NovelToon NovelToon
Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Beda Dunia / Wanita Karir
Popularitas:685
Nilai: 5
Nama Author: Leo.Nuna_

Prolog:
Claretta Fredelina Beryl adalah seorang wanita dewasa yang belum juga menikah di usianya yang ke 28 tahun.

Dan karena itu Letta sering kali di teror dengan pertanyaan "kapan nikah?" Bahkan keluarga besarnya sampai mengatur sebuah perjodohan dan kencan buta untuknya, tapi dengan tegas Letta menolaknya namun tetap saja keluarganya menjodoh-jodohkannya.

Tanpa keluarga Letta ketahui, sebenarnya Letta mencintai seorang pria namun sayangnya pria itu bukanlah pria yang berstatus lajang. Yah, Letta mencintai seorang pria yang sudah menjadi seorang suami. Meskipun Letta mencintai pria itu Letta tidak pernah memiliki niat untuk menjadi orang ketiga dalam hubungan pria itu.

Lalu bagaimana jika tiba-tiba Letta berubah pikiran? Apa yang menyebabkan Letta berani menjadi orang ketiga di rumah tangga yang harmonis itu? Yuk simak ceritanya!
Selamat Membaca Guy's!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 15 (Harga Sebuah Pilihan)

Happy Reading (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

⋇⋆✦⋆⋇ 

Keesokan harinya, Felicia akhirnya menghubungi Letta. Setelah mempertimbangkan segalanya, ia memutuskan untuk menerima tawaran Letta. Urusan dengan Zidan akan ia pikirkan nanti.

Pagi itu, Felicia bersiap-siap untuk menemui Letta di kantornya. Letta sendiri yang menentukan lokasi pertemuan. Dengan perasaan campur aduk antara gugup dan antusias, Felicia meninggalkan rumah kecilnya. Untungnya, Zidan sudah kembali ke rumah sakit, sehingga Felicia tak perlu repot mencari alasan kepergiannya.

Setibanya di kantor Letta, Felicia terkesima melihat desain interior yang mewah dan elegan. Ia menelusuri koridor dengan penuh kekaguman.

Mewah banget, gumamnya dalam hati, matanya menyapu setiap sudut ruangan yang tertata rapi.

Tak lama kemudian, seorang resepsionis menghampirinya dengan ramah.

“Permisi, ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya resepsionis itu.

"Eh, saya ingin bertemu dengan Nona Letta," ucap Felicia kepada resepsionis.

Resepsionis itu tampak mengenali Felicia, mungkin karena asisten atasannya sudah memberitahunya sebelumnya. Tanpa banyak tanya, ia segera mengantar Felicia ke ruangan Letta.

Tok... tok... tok...

"Masuk," sahut Letta dari dalam ruangan.

Sang resepsionis membuka pintu dan masuk bersama Felicia. "Permisi, Nona. Saya ingin mengantar Ibu ini," ucapnya sopan.

Letta mengangguk singkat. Setelah itu, resepsionis pamit dan meninggalkan mereka berdua di ruangan yang luas dan elegan itu.

"Duduklah," ujar Letta sambil menunjuk ke arah sofa di hadapannya.

Felicia menurut, duduk dengan anggun namun gugup. Belum sempat ia membuka pembicaraan, Letta langsung bertanya tanpa basa-basi.

"Jadi, apa keputusan yang kamu ambil?"

Felicia menggenggam tangannya erat, menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Letta dengan penuh keyakinan.

"Aku terima tawaran itu," ucapnya tegas, tanpa ragu sedikit pun.

Letta tersenyum puas. Gotcha, batinnya bersorak senang.

"Bagus. Kalau begitu, kita tandatangani sekarang," katanya sambil mengambil telepon untuk memanggil Etan. Ia butuh saksi dan bukti resmi.

Beberapa menit kemudian, Etan masuk membawa dokumen yang sudah disiapkan. Ia menyerahkannya kepada Letta, yang kemudian menyodorkannya ke Felicia.

"Tandatangani di sini. Hari ini juga semua utangmu lunas, dan Etan akan mengurus sisanya. Tapi ingat, setelah ini kau harus menceraikan Zidan," ucap Letta tegas, membuat senyum di wajah Felicia seketika menghilang.

Felicia terdiam. Ia tahu harga yang harus dibayar. Demi materi, demi kebebasan dari lilitan utang, ia harus mengorbankan orang yang selama ini setia berada di sisinya. Namun sebelum ia sempat berubah pikiran, Felicia langsung membubuhkan tanda tangannya di atas kertas perjanjian itu.

Letta tersenyum puas melihatnya. Di sisi ruangan, Etan sempat merekam proses itu diam-diam, menggeleng pelan sambil membatin, Nonaku benar-benar gila.

Setelah semua dokumen ditandatangani, Felicia menyerahkannya kembali kepada Letta. Letta pun membubuhkan tanda tangannya dan menyerahkan satu salinan kepada Felicia. Keduanya kini menyimpan bukti perjanjian yang sama—jika salah satu mengingkari, perjanjian itu bisa dijadikan alat tuntutan.

"Saya rasa cukup sampai di sini. Saya harap kamu menepati janjimu," kata Letta sebelum mengakhiri pertemuan.

Felicia meninggalkan kantor Letta dengan campuran lega dan getir, menggenggam erat dokumen perjanjian di tangannya.

Sementara itu, Zidan tengah berada di rumah sakit, merawat ibunya, Bu Puspa.

"Satu suap lagi ya, Bu," ucap Zidan sambil menyuapi ibunya dengan sabar.

"Ibu nggak suka, makanannya nggak enak. Ibu mau pulang aja, Zidan," rengek Bu Puspa manja.

"Iya, nanti Zidan konsultasi dulu ke dokter ya, Bu," jawab Zidan lembut.

Bu Puspa mendesah, lalu menatap anaknya dengan tatapan sayu. "Maaf ya, Nak. Ibu sama Aya cuma nambah beban kamu."

Zidan tersenyum tipis. "Kok Ibu ngomong gitu? Justru Zidan yang harus minta maaf, belum bisa bahagiain Ibu sama Aya."

Bu Puspa menggeleng pelan. "Nak, gimana kalau tanah di kampung kamu jual aja? Buat bayar utang istrimu."

Zidan langsung menolak. Tanah itu adalah peninggalan ayahnya, satu-satunya harta yang tersisa untuk ibunya.

"Bu, nggak usah mikirin itu. Biar Zidan yang urus. Sekarang Ibu fokus aja sama kesehatan," katanya meyakinkan.

Setelah Aya datang untuk menjaga ibunya, Zidan pun pergi. Ia berniat menemui rentenir untuk membicarakan keringanan pembayaran utang Felicia.

Namun sesampainya di tempat rentenir, Zidan justru terkejut.

"Utangnya sudah lunas," kata sang rentenir datar.

Zidan terdiam, hatinya penuh tanya. Siapa yang melunasi? Felicia? Tapi bagaimana bisa...? pikirnya, cemas dan bingung.

Dengan perasaan penuh tanda tanya, Zidan akhirnya memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi kebingungan—siapa yang melunasi utang Felicia? Dan kenapa?

Setibanya di rumah, Zidan langsung mencari keberadaan istrinya. Dapur kosong. Ia pun melangkah cepat menuju kamar mereka. Namun, begitu membuka pintu kamar, Zidan terpaku melihat sejumlah paperbag berisi barang-barang baru tersusun rapi di atas ranjang.

"Apa ini?" tanyanya heran, matanya menyapu isi kamar.

Felicia, yang sedang membongkar isi paperbag itu, menoleh cepat. "Eh, kamu sudah pulang?" katanya ringan, mengabaikan pertanyaan Zidan.

"Apa ini semua? Dari mana kamu dapat barang-barang ini? Jangan bilang kamu ngutang lagi?" Zidan mendesaknya dengan nada penuh kekhawatiran.

Felicia tampak kesal. Ia berdiri, mengambil dua dokumen yang tergeletak di meja, lalu berjalan mendekati Zidan.

"Mas, ayo cerai," ucapnya tiba-tiba, menatap suaminya tanpa berkedip.

"A... Apa?" Zidan mematung, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Ayo cerai," ulang Felicia dengan nada lebih mantap.

Zidan melangkah mundur, wajahnya menunjukkan luka yang mendalam. "Kenapa? Apa ini karena hutang kamu itu? Aku sudah bilang aku bisa—"

"Bukan," potong Felicia cepat. "Aku... aku sudah membuat perjanjian dengan seorang wanita."

Zidan mengerutkan kening, jelas kebingungan.

"Perempuan itu menawarkan kesepakatan. Dia bersedia melunasi semua hutangku... tapi..." Felicia tiba-tiba terdiam, ragu melanjutkan ucapannya.

"Tapi apa?" tanya Zidan pelan, tapi nadanya mendesak.

"Dia ingin kamu menikah dengannya... dan menceraikan aku."

Perkataan itu menghantam Zidan seperti palu godam. Matanya membelalak. "Dan kamu... kamu menyetujuinya?" suaranya meninggi, amarah mulai menyelimuti wajahnya.

Felicia mengangguk pelan.

"Kamu gila?" bentak Zidan. "Kamu pikir aku ini apa? Barang yang bisa kamu tukar begitu saja demi uang?"

"Aku nggak punya pilihan, Mas..." suara Felicia mulai bergetar.

"Pilihan? Kamu jelas punya pilihan! Aku nggak ngerti apa yang kamu pikirkan! Bagaimana bisa kamu memperlakukan aku seperti ini?" Zidan nyaris berteriak.

"Aku... aku takut. Aku terpaksa. Aku nggak tahu harus gimana lagi..." jawab Felicia, suaranya nyaris tenggelam oleh rasa bersalah.

"Aku nggak setuju!" tegas Zidan. "Kali ini aku nggak akan ikut permainanmu. Kalau kamu mau dituntut, silakan. Aku nggak peduli!"

Zidan membalikkan badan hendak melangkah pergi, tapi Felicia buru-buru menarik lengannya.

"Mas... jangan pergi, Mas... aku mohon," tangis Felicia akhirnya pecah. "Aku nggak tahu harus bagaimana lagi... cuma kamu yang aku punya. Aku mohon, bantu aku... Aku udah tandatangani perjanjian itu, Mas. Kalau aku langgar... aku bisa dituntut. Aku nggak mau dipenjara, Mas... aku mohon..."

Zidan terdiam. Matanya menatap kosong ke arah Felicia. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini. Di satu sisi, ia terluka dan marah merasa dipermainkan oleh orang yang ia cintai. Tapi di sisi lain, rasa cintanya pada Felicia tak serta-merta hilang.

"Apa hanya segitu nilai aku di mata kamu selama ini?" ucapnya lirih, suara itu nyaris patah. "Aku berusaha keras memenuhi semua keinginanmu... dan ini balasan yang aku dapat?"

Zidan menunduk. Dadanya sesak, seperti ada batu besar menghimpit jiwanya.

Hari itu, dua insan yang dulu dipersatukan oleh cinta, akhirnya harus terpecah karena pilihan yang salah. Satu keputusan, satu pengkhianatan—cukup untuk meruntuhkan segalanya.

TBC...

1
Mira Esih
ditunggu terus update terbaru nya thor
Leo Nuna: siap kak🫡
total 1 replies
Mira Esih
sabar ya letta nnti jg ada perubahan sikap Zidan masih menyesuaikan keadaan
Mira Esih
terima aja Zidan mungkin ini takdir kamu
Leo Nuna: omelin kak Zidan-nya, jgn dingin2 sma Letta😆🤭
total 1 replies
Okto Mulya D.
Zidan Ardiansyah hidupnya pas²an..
Okto Mulya D.: sama²
Leo Nuna: iya nih kak, makasih loh udh mampir😉
total 2 replies
Okto Mulya D.
Kasihan ya, cintanya ditolak
Okto Mulya D.
Zidan Ardiansyah cinta putih abu-abu yaa
Okto Mulya D.
semangat Letta
Okto Mulya D.
udah mentok kalii sudah 28 tahun tak kunjung ada
Okto Mulya D.
Letta coba kabur dari perjodohan.
Okto Mulya D.
jadi pelakor yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!