NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arga Kasih Tahu Sesuatu

Kedatangan Valerie yang tiba-tiba sontak mengejutkan Amira dan juga Ika. Amira segera menyambut Valerie dengan sapaan dan senyum sopan, disusul Ika yang menganggukkan kepala hormat. Ika tahu benar siapa wanita tu, dia adalah bibi dari Tuan Arga, dan itu cukup untuk membuatnya bersikap hati-hati, bahkan sedikit gentar.

"Nona, apakah ada yang mau saya pilihkan aksesoris di sini?" Amira berusaha membuat suasana tampak stabil meskipun sekarang perasaannya lagi tidak menentu. Dia sedang kepikiran ingin mengetahui dimana Gladys.

"Panggil saja bibi, tidak usah sungkan. Tadi saya hanya penasaran, siapa manusia yang berbelanja hingga mensterilkan satu lantai? Dan ternyata dugaan saya benar."

"Ah iya, maaf bi, kami jadi merepotkan begini. Hari ini jatah libur kami, dan ternyata Tuan Kecil sedang tidak mau di tinggal."

"Tidak apa-apa, Amira. Tidak perlu minta maaf. Memang seharusnya Arkha terus bersamamu."

Melihat Valerie mengenal baik Amira, dalam hati Ika mulai merasa curiga. Sejauh apa sebenarnya Amira terlibat dengan keluarga Tuan Arga? Ia menduga, jangan-jangan suatu hari nanti Amira adalah Nyonya Arga.

Sekilas Valerie melirik ke arah Ika, kemudian pandangannya kembali terarah pada Amira. Valerie mulai berbasa-basi dengan Amira, membangun percakapan ringan yang terkesan biasa saja, padahal sesungguhnya mengarah pada sesuatu yang lebih serius.

Dari percakapan itu, Amira akhirnya menyadari bahwa Valerie tahu dirinya telah mengetahui tentang Gladys.

Amira memang belum terlalu dekat dengan Arga, namun Valerie jelas sudah sangat mengenal keponakannya itu. Ia pasti memahami risiko yang tengah dihadapi Ika saat ini.

Beruntung, baik Amira maupun Ika cukup cerdas. Mereka tidak pernah membicarakan hal ini secara gamblang, apalagi melalui ponsel yang mudah dilacak. Justru karena itulah Valerie merasa harus turun tangan.

Dalam hati, Valerie sudah membuat keputusan. Jika situasi memburuk, ia akan mengaku pada Arga bahwa dirinyalah yang memberi tahu Amira soal Gladys. Ini adalah strategi diam-diamnya. Ia tidak bisa membicarakannya sekarang, karena ia tahu, di tempat itu mungkin ada telinga-telinga Arga yang mengawasi.

Setelah percakapan usai, Amira dan Ika berpamitan kepada Valerie dengan penuh hormat. Sebelum mereka benar-benar pergi, Valerie menyodorkan sesuatu kepada Amira.

"Pegang saja. Siapa tahu suatu saat kamu membutuhkannya."

Amira menerimanya tanpa banyak tanya, menyimpannya dengan hati-hati. Gestur itu tampak sederhana, tetapi cukup menunjukkan kedekatan antara mereka berdua.

"Mbak Ika, belanjanya sudah selesai kan? Atau ada lagi yang mau dibeli?"

"Tidak ada, Nona. Sudah selesai."

Amira terhenyak. Ini Ika atau bukan? Apakah dia sedang kesurupan?

Ika refleks merombak sikapnya total. Ia langsung berubah drastis 180 derajat karena berfikir Amira adalah nyonya Arga di masa depan. Atau mungkin sebenarnya sudah menjadi nyonya Arga dalam mode senyap.

Nada bicaranya jadi lebih kaku, geraknya lebih tertata, dan yang paling mencolok, Ika memanggil Amira dengan sebutan Nona, sama persis seperti yang biasa dilakukan Pak Genta.

Ika pun mulai menyadari satu hal yang selama ini luput dari perhatiannya. Di rumah Tuan Arga, dia baru sadar bahwa hanya Amira satu-satunya pekerja yang dipanggil Nona oleh kepala pelayan itu.

...*****...

Pikiran Amira terus dipenuhi bayangan Gladys. Rasa rindu dan penasaran yang menumpuk membuatnya tidak lagi mampu menahan diri. Ia memutuskan menemui Pak Genta dan berbicara jujur.

"Pak, saya ingin bertemu dengan mamanya Tuan Kecil, Mbak Gladys."

Pak Genta terdiam. Wajahnya tampak tercengang. Ia tidak menyangka Amira akan sampai pada titik ini, menyebut nama yang selama ini berusaha ditutupi.

Pikiran Pak Genta tanpa sadar mengarah pada Ika, menyiratkan tuduhan bahwa Ika mungkin telah membocorkan sesuatu. Melihat air muka Pak Genta yang terlihat berfikir, Amira langsung menangkap sinyalnya.

"Pak, tanpa mengurangi rasa hormat, jangan salahkan siapa-siapa. Saya tahu ini karena insting saya, bukan karena orang lain. Saya hanya ingin tahu ke mana Mbak Gladys pergi. Saya ingin memastikan dia baik-baik saja."

Pak Genta menarik napas berat.

"Nona Amira, soal itu hanya Tuan Arga yang berhak menjawab. Tidak ada seorang pun di rumah ini yang bisa atau berani menjelaskan." Ujar Pak Genta, berharap Amira berhenti sampai di sini.

Tapi Amira tidak lagi mudah dihalangi.

"Kalau begitu, saya akan tanyakan langsung pada Tuan Arga. Saat beliau pulang nanti."

Pak Genta terkejut dengan jawaban Amira. Amira sekarang lebih berani, membuat Pak Genta tidak bisa membiarkan ini. Akhirnya Pak Genta menghubungi Buana, dan ternyata Arga setuju untuk bicara langsung dengan Amira tapi tidak di rumah. Amira diminta menemuinya di suatu tempat.

Hanya butuh tiga puluh menit bagi Amira untuk tiba di tempat yang telah disepakati. Begitu turun dari kendaraan, pintu sudah dibukakan oleh seseorang. Ia melangkah masuk tanpa ragu dan gentar.

Di dalam, Arga dan Buana sudah menunggunya. Amira memberi salam dan sedikit menunduk dengan hormat.

"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Arga drngan suara dingin namun penuh kuasa.

"Saya ingin tahu kabar Mbak Gladys. Saya yakin hanya Tuan yang bisa menjelaskannya."

Tidak ada basa-basi. Arga mengangguk pelan. "Baiklah, akan aku beri tahu. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya dulu pada seseorang."

Pintu kembali terbuka. Seseorang masuk perlahan dengan langkah terseok. Amira terbelalak, itu Ika.

Jantung Amira mencelos. Bagaimana bisa? Ia yakin tidk ada satu pun bukti, tidak ada jejak chat, tidak ada rekaman suara. Lalu bagaimana Arga bisa sampai pada kesimpulan itu?

Buana yang duduk di samping Arga segera bertanya tajam, "Ika, jawab dengan jujur. Apakah kau yang memberitahu nama istri Tuan Arga kepada Nona Amira?

Ika melirik ke arah Amira, gugup sekali. Sekilas mata mereka bertemu. Amira segera memberi kode kecil dengan sorot matanya, jangan akui, biar aku saja yang tanggung.

Amira pun angkat suara, "Maaf, Tuan, bukan Ika yang memberitahu saya."

Namun Buana langsung memotong, "Maaf, Nona Amira. Bukan jawaban Anda yang diminta."

Amira terdiam. Arga hanya duduk santai, menonton jalannya penghakiman.

Kekhawatiran mulai menyelimuti Amira. Ini salahnya. Gara-gara dirinya, Ika terseret ke dalam situasi berbahaya ini.

Sebelum Ika sempat bicara, suara lain memotong. Valerie datang dari arah belakang menyela, "Aku yang sudah memberitahu Amira, Ga."

Namun Buana kembali menggeleng tegas. "Maaf, Nyonya. Bukan jawaban nyonya juga yang diperkenankan."

Kini semua mata tertuju lagi pada Ika.

Dengan napas berat, Ika akhirnya menjawab, "Iya, saya yang kasih tahu ke Mbak Amira."

Jawaban itu seperti bom kecil yang meledak di ruangan. Arga tertawa pelan, lalu berdiri.

"Bagus. Setidaknya kau jujur, itu sudah meringankan hukumanmu." Ujar Arga puas. "Buana, asingkan dia ke sebuah pulau selama satu bulan."

"Baik Tuan."

Lalu Arga menatap ke arah Amira dan bibinya, ekspresinya berubah.

"Bisnis milikku menjalar ke mana-mana. Hal kecil seperti ini bukan apa-apa dibanding apa yang pernah kuhadapi. Kalian pikir aku bisa ditipu semudah itu? jangan berbohong hanya untuk melindungi, tapi jujurlah untuk meringankan keadaan."

Ia lalu melangkah mendekat ke Amira, berdiri tepat di hadapannya.

"Sekarang, giliranku yang bertanya padamu. Sebegitu besar sayangmu pada Gladys sampai-sampai kau berani melangkahi semua batas ini? Atau kau hanya ingin tahu sesuatu yang seharusnya tetap jadi rahasia?"

"Kalau yang Tuan maksud adalah sayang, maka iya, saya sayang Mbak Gladys. Tapi bukan seperti yang Tuan bayangkan. Dia sahabat saya, satu-satunya orang yang pernah menggenggam tangan ini saat saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Tanpa saya sadari, justru Mbak Gladys lah yang membuat saya bangkit dari kenaifan saya sendiri. Suaranya yang terus-menerus menyuruh saya meninggalkan keluarga toxic itu masih terus terngiang di kepala saya sampai sekarang."

"Iya kamu benar. Bahkan sampai detik ini, apa yang kau alami dan terima, Gladys lah yang memintanya."

Apa?

Amira menatap Arga, "Jadi..."

.

.

Bersambung.

Jadi gini pemirsa, besok-besok kalian akan mengarungi flashback yang agak panjang.

1
Zaskia Natasya
lanjut kak up doubel dong/Rose//Rose/
Zenun: siap, ini lagi ditulis
total 1 replies
Muliana
Author hebat ya /Heart/
Zenun: Kakak juga hebat❤
total 1 replies
Muliana
Ahh,,, perih ya!! Mau nangis juga.
Terlena dengan bab ini, karena ikut merasakan kehilangan seperti Arga.
Zenun: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
Muliana: Sangat! Apalagi, kala orang tersayang pergi selamanya
total 3 replies
Santi
gladys,jdi seperti itu,makanya serasa arga sudah mengenal Amira,tpi dimana Amira pernah lihat asistennya Arga?
Santi: Siap kak
Zenun: ada di next bab kak, pantengin aja ya hehe
total 2 replies
RE💜
Sad 😭
Zenun: Bisa, mungkin dengan pertumpahan darah dulu. Atau bisa juga nggak
RE💜: Bisakah Amira mencairkan hati Arga
total 3 replies
RE💜
Aku jg msh heran, banyak sodaraku yg sadar dulu malah makan dlu, sblm akhirnya meninggal ternyata emang ada bahasa medisnya ya
Zenun: entah kenapa tik tok aku muncul terminal lucidity mulu😁
RE💜: Baru tau aku dek
total 3 replies
RE💜
emg yg kena otak pst ada masalah sm ingatan
Zenun: betul sekali
total 1 replies
Teteh Lia
Si Ardi emang kudu di getok biar bener. Arga, Ardi... baru ngeh sama2 berawalan huruf A
Zenun: dari A semuanya, ke Amira juga
total 1 replies
Teteh Lia
Ternyata Arga manis banget. meleyot dagu ini 😍
Zenun: hehehhe, uhuuyy
Teteh Lia: Daku... malah jadi dagu /Facepalm/
total 2 replies
Muliana
Amira, berbakti pada mertua boleh, tapi dibodoh-bodohi mertua jangan ya
Zenun: ih ada kakak😁
total 1 replies
Muliana
Mungkin itulah, peran orang tua sangat-sangat penting untuk anak-anak. Karena apa, karena kita tidak tahu, apa yang akan di alami sang anak kedepannya. Setidaknya, sebelum kita meninggalkan mereka, kita udah memberikannya beberapa pesan dan jug kasih sayang.
Sehingga ia tahu, mana yang tulus mana yang modus
Zenun: Betul sekali kakak. Biar gak salah arah
total 1 replies
RE💜
sebenarnya aku pikir Gladys sm Amira itu teman sblm Gladys menikah mkanya mikir kok bisa nikah sm Arga gitu, tp di bab sebelumnya dijelaskan jd ngerti
Zenun: hehehe, yang lain juga nyangkanya gitu
total 1 replies
Lestari Riie
galak
Zenun: hihihi
total 1 replies
Teteh Lia
Kalau udah soal duit mah... yang tadinya merah langsung jadi ijooo
Zenun: betuuul
total 1 replies
Teteh Lia
Aq malah takut naik sepeda listrik. 🙈
Zenun: sama aku juga
total 1 replies
nowitsrain
Udeh dapet duit tuh padahal, masih aje ngomel-ngomel /Smug/
Zenun: Ora danta emang
total 1 replies
nowitsrain
🤧🤧 sedih banget sih... di keluarga sendiri nggak dapet kasih sayang, nemu mertua juga kayak titisan dajja
nowitsrain: Betulll
Zenun: tapi sekarang giliran dia senangnya
total 2 replies
nowitsrain
Nggak ada begitu. Jangan positif thinking kalau sama manusia lucknut kek gini
nowitsrain: Emang harus bodoh dulu sih biar comeback smarter
Zenun: masih anu
total 2 replies
nowitsrain
Gundulmu
nowitsrain
Busuk hatiiiiiii
Zenun: hehehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!