perjalanan anak remaja yang berusaha bekerja keras , namun perjuangannya penuh dengan duri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Delapan Penjuru
Beberapa bulan Rangga hanya mengangkat air dan membelah kayu , rotan yang di pakainya pun kini hanya sebesar jari telunjuk untuk memikul air, dan kampak yang di pakai benar benar Kampak tumpul yang tak pernah di asah, namun Rangga bisa menyelesaikan semua walau dia harus beradaptasi setiap rotan itu di kurangi besarnya.
" besok kamu ga perlu lagi mengambil air dan membelah Kampak, besok mulai berlatih jurus" kata Kakek Jayeng memberitahukan Rangga saat Rangga baru selesai membelah kayu .
" ya guru, Terima kasih" ucap Rangga senang, akhirnya dia bisa berlatih jurus untuk melengkapi tenaga dalamnya .
Ternyata latihan jurus yang di maksud kakek Jayeng tidak langsung berlatih gerak tapi Rangga harus berlari 50 kali memutari lapangan dengan kaki dan tangan di kasih beban , dan tak boleh menggunakan tenaga dalamnya . Rangga tak mengeluh ia tahu ini juga demi kekuatan tubuhnya. Kalau dia tidak mengolah tubuhnya agar kuat maka tenaga dalamnya tidak akan stabil .
Selama satu bulan Rangga hanya di suruh berlari tapi tidak hanya di lapangan dia juga di suruh mendaki di sekitaran kaki gunung Anjasmoro dengan beban yang selalu bertambah beratnya setiap hari. Bahkan tidak boleh di lepas selain mandi dan sholat .
"Nah sekarang kamu lepas semua beban yang ada di badan kamu" ucap kakek Jayeng , Rangga melepas beban di tubuhnya .
Sekarang kamu berlari ke arah pohon itu dan tebas seperti kamu membelah kayu, tapi jangan memakai tenaga dalam " perintah kakek Jayeng menunjuk sebuah pohon sengon sebesar pohon kelapa berjarak 30 meter dari tempat mereka berdiri.
" baik guru" ucap Rangga ,
" dengan kecepatan penuh," teriak kakek Jayeng lagi.
" ya guru "
Rangga mengambil ancang ancang dan di dalam otaknya sudah .memperkirakan jarak satu meter dia akan berhenti dan memukul pohon sengon itu
wuuuush
braaaak
aduuuh
Rangga yang berlari sekencang kencangnya tak bisa menahan gerak laju tubuhnya hingga menabrak pohon sengon itu , pohon sengon juga roboh tapi bukan karena di pukul melainkan di tabrak Rangga.
Ha ha ha
para murid yang melihat itu pada tertawa, Ki Jayeng memiliki 6 murid tujuh dengan Rangga dan Rangga juga yang termuda di antara mereka. mereka semua juga pernah mengalami seperti Rangga dan sang guru tidak boleh memberitahukan pada Rangga .
" Aduuh kak, bukannya tolongin malah di ketawain" gerutu Rangga sambil berusaha bangun.
" ha ha ha , kami juga dulu begitu " ucap kak Narto murid pertama Ki Jayeng.
Rangga kini menyadari manfaat dari latihan yang dia lakukan selama ini , larinya semakin kencang tanpa menggunakan tenaga dalam, dan tubuhnya semakin kuat terbukti ia menabrak pohon tapi tak merasa sakit .
" Terima kasih guru" Rangga menangkupkan tangan memberi hormat dengan tulus pada kakek Jayeng .
" sekarang kamu berlatih menyesuaikan langkahmu " ucap kakek Jayeng
" baik guru" Rangga berlatih sendiri , kakak kakak seperguruannya memiliki jadwal tersendiri dan mereka yang mengolah kebun dan sawah milik kakek Jayeng.
Beberapa kali Rangga harus menabrak pohon karena larinya terlalu kencang hingga tak bisa ngerem.
"Sepertinya aku harus memakai beban itu dulu dan secara perlahan mengurangi beratnya" gumam Rangga, ia mengambil beban yang tadi ia lepas dan memasang kembali ke kaki dan tangannya .
" he he he nah ini baru ga nabrak" Rangga tertawa sendiri kini ia mengurangi beban itu sedikit dan membiasakan diri , setiap sudah terbiasa ia akan mengurangi sedikit demi sedikit , hingga akhirnya Rangga bisa menyesuaikan diri saat tanpa pemberat di kaki dan badannya.
" sekarang kamu ikuti gerakanku" kakek Jayeng yang melihat Rangga sudah bisa beraaptasi mulai mengajari jurus jurus , kakek Jayeng mengajari jurus pertahanan dulu ,yang mana gerakan nya semua berupa tangkisan terhadap serangan lawan ,baik serangan kaki maupun serangan tangan , Rangga juga di ajarkan langkah kaki Delapan Penjuru yang menurut Rangga gerakannya sangat aneh,
untuk mempelajari langkah kaki itu Rangga sampai menghabiskan waktu dua bulan ,dan ia tak di bolehkan mempelajari yang lain dulu sebelum langkah kaki itu berhasil di kuasai.
Hari ini semua murid berkumpul di halaman , Rangga sudah berhasil menguasai langkah Delapan Penjuru itu, dan para murid kakek Jayeng di suruh mengetes benar apa tidak langkahnya,
" kalian serang Rangga, jangan ragu , dan kamu Rangga jangan menggunakan jurus yang lain selain langkah Delapan Penjuru itu" teriak kakek Jayeng.
" baik guru" Rangga dan ke enam murid menjawab serempak.
" hati hati Rangga " ucap Narto mengingatkan , bila guru sudah berkata demikian maka bila ketahuan mereka main main mereka akan kena hukum.
" terima kasih mas, aku siap" ucap Rangga mantab.
Hiaaat
hiaaat
hiaaat
Tiga kakak seperguruan Rangga menyerang dari tiga sisi berbeda, di sini baru terlihat keistimewaan langkah delapan penjuru itu , Rangga yang menggunakan langkah delapan penjuru tak tersentuh oleh ketiga kakak seperguruannya , melihat tiga orang tak mampu , ketiga kakak seperguruan yang lain turut bergabung menyerang Rangga.
Kini Rangga di serang dari berbagai penjuru oleh ke enam kakak seperguruan mereka , namun dengan santai Rangga berhasil mengelakkan serangan serangan itu.
" sekarang tangkis" kakek Jayeng yang melihat Rangga benar benar berhasil menguasai langkah delapan Penjuru merasa senang, karena hanya Rangga yang di kepung oleh enam orang tak terkena satupun pukulan dan semua hanya di elakan tanpa di tangkis, kakak seperguruan yang lain hanya mampu di kepung oleh tiga orang, lebih dari itu maka ia tak bisa menghindari serangan lagi.
Plak
Plak
Rangga mulai menangkis serangan kakak kakak seperguruannya , Narto kaget saat serangannya di tangkis tangannya kesemutan
dua jam berlalu ,Rangga dan ke enam kakak seperguruannya sudah bermandi keringat, namun mereka tak berhenti karena sang guru belum menyuruh mereka berhenti ,Narto dan yang lainnya tak berani lagi beradu tangan dengan Rangga , tangan mereka selalu kesemutan bila beradu.
" cukup!" dari pinggir lapangan Kakek Jayeng memberi aba aba berhenti
ke enam murid kakek Jayeng langsung duduk ngedeprok di tanah, tenaga mereka sudah hampir habis karena tiga jam menyerang Rangga .
Rangga yang berada di tengah bersemedhi buat mengembalikan tenaganya, dengan pertarungan tadi , pondasi Rangga menjadi sangat stabil , dan saat bersemedhi tenaga dalam Rangga semakin kuat .
kakak seperguruan Rangga yang melihat itu ikut bersemedi.
Setelah merasa agak segar baru mereka membuka mata, begitu juga dengan Rangga.
" nah kamu besok mulai berlatih gerak menyerang , aku tak akan mengajari gerak jurus yang lain, kamu harus bisa menggabungkan sendiri ,gerak pertahanan dengan gerak serangan nanti, sesuai dengan kondisi pertarungan." ucap kakek Jayeng
" ya guru, terima kasih." ucap Rangga tulus.
ia sudah merasakan manfaat dari latihannya selama beberapa bulan ini.
" hebat kamu Rangga , bisa menguasai langkah Delapan penjuru sampai mahir, kamu memang berbakat
" terima kasih kakak ,tanpa kalian aku juga ga akan bisa menguasai langkah itu" ucap Rangga memberi hormat.
" ha ha ha, ayo kita beristirahat , besok kamu harus latihan jurus menyerang" Narto mengajak semua nya ke dalam untuk beristirahat