Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Suara tawa Lucas dan Elena mengisi ruang keluarga dengan hangat, kontras tajam dengan keheningan yang menyelimuti kamar Alice. Mereka duduk berdekatan di sofa, mata Lucas berbinar-binar saat Elena melempar candaan ringan yang membuatnya tertawa lepas.
Sementara itu, di balik pintu tertutup kamar, Alice menahan perih di dada, menatap dinding yang tak berjawab. Rasanya seperti tubuhnya ada di sana, tapi hatinya telah jauh mengambang dalam kesepian yang pekat. Suara tawa dan canda dari ruang tamu itu bagai pisau yang perlahan mengiris hati Alice, membiarkan luka pengkhianatan menganga tanpa seorang pun yang peduli. Lucas, dengan santainya menyesap minuman di tangannya, bahkan tak menyadari betapa dinginnya malam itu untuk istrinya sendiri.
Malam semakin larut, Lucas mengantar Elena ke salah satu kamar tamu yang berada di rumahnya.
"Lucas, tolong temani aku tidur. Aku takut tidur sendirian di kamarku, rumah ini masih terasa asing bagiku" pintanya dengan wajah penuh harap.
"Tapi El, bagaimana dengan Alice?aku takut dia mengadu kepada kakek. pasti dia berpikir aku selingkuh denganmu" ucap Lucas ragu.
"Tidak mungkin dia berani mengadu kepada kakek, lagian kita ini tidak ngapa-ngapain kan. cuma tidur doang tidak lebih" bujuk Elena.
Elena tampak gelisah, menarik selimutnya lebih erat sambil melihat ke seluruh sudut kamar yang masih terasa begitu asing dan menakutkan. Cahaya lampu yang remang-remang semakin menambah suasana mencekam, membuat bayangan di dinding terlihat seperti bergerak.
Di sisi lain, Lucas terlihat bimbang, matanya terarah pada pintu yang tertutup rapat. Wajahnya tampak cemas memikirkan kemungkinan Alice yang bisa saja melapor kepada kakek mereka tentang situasi ini.
"Apakah ini benar-benar baik-baik saja?" gumamnya dalam hati.
Namun, melihat wajah Elena yang penuh harap, rasa khawatirnya perlahan pudar. "Baiklah, El, aku akan menemanimu, tapi kita harus benar-benar hanya tidur, ya," ucap Lucas sambil duduk di tepi tempat tidur Elena.
Elena mengangguk cepat, sebuah senyum lega terukir di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya karena tidak harus menghabiskan malam itu sendirian dalam ketakutan. "Tentu, Lucas. Aku hanya butuh seseorang di sini, hantu-hantu di kepala ku ini terlalu banyak."
Mereka berdua lalu membaringkan diri dengan jarak yang cukup di antara satu sama lain. Suasana hening sejenak, hanya suara detak jam yang terdengar bersahutan dengan desah nafas mereka. Dalam gelap, mata Elena perlahan terpejam, merasa lebih aman dengan keberadaan Lucas di sisi lain tempat tidur. Lucas, meskipun masih merasa canggung, memutuskan untuk menutup matanya, berharap ini adalah keputusan yang tidak akan membawa masalah nantinya.
Dengan mata masih terbuka lebar, Elena menatap Lucas yang telah tenggelam dalam tidur lelap, napasnya teratur dan dengkuran halus mengisi keheningan kamar. Sebuah senyum licik mengembang di bibirnya saat ide nakal itu merayap di benaknya.
"Ini waktunya membuat hubungan mereka hancur" batin Elena.
Perlahan, dia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas, jari-jarinya gemetar menahan semangat kecil yang membuncah. Elena memeluk Lucas dengan erat, kepala lembutnya bersandar di dada bidang pria itu.
Tangannya meraih dan menggenggam tangan Lucas, memposisikannya seolah-olah Lucas sedang memeluknya balik.
Hati kecilnya berdebar, campuran antara rasa bersalah dan kegembiraan karena permainan kecilnya akan segera dimulai. Dengan penuh hati-hati, Elena mengarahkan kamera ponselnya ke arah mereka berdua.
Suara "cekrek" terdengar samar, mengisi ruang sunyi malam itu. Kilatan layar menandai momen yang akan ia gunakan untuk memicu api cemburu—sebuah langkah kecil yang mungkin akan mengguncang dinamika hubungan mereka.
Wajah Elena menegang, matanya berkilat penuh rencana, sementara tubuhnya masih terpaut erat dengan Lucas yang tak menyadari apa pun.
Dengan senyum menyeringai Elena mengirim foto tersebut ke nomor Alice.
Alice yang hendak memejamkan mata di malam yang sunyi, tiba-tiba terkejut oleh suara notifikasi yang memecah keheningan. Dengan perasaan malas, dia meraih ponsel di meja samping tempat tidurnya dan membuka pesan yang masuk.
Detak jantungnya meningkat seiring dengan matanya yang memperhatikan layar ponsel. Di sana, sebuah gambar muncul, menampilkan suaminya, yang terlihat begitu nyaman, tertidur bersama Elena di kamar tamu.
Alice merasakan perasaan tercekik, seolah udara di sekitarnya menjadi semakin sempit. Matanya terpaku pada gambar tersebut, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Kepalanya terasa berputar, dan sebuah rasa sakit menyayat hati mulai muncul, dia merasa dikhianati.
"Mereka" batin Alice dengan perasaan tidak karuan, dia marah sekaligus kecewa dengan suaminya.
jgn cuma 1 episode,bikin penasaran dan greget gitu thor🙄
tekdung kah
nyesel kan kamu luc
semoga masih berjodoh ma mantan kalau tidak ku do"akan kamu gila 😠
.dan biarkn lucas tambah dalam penyesalany,,biar lucas jg bebas tuh ngurusin sahabat terbaik buat dia
TPI kenapa Alice meraba perutnya?
apa Alice sedang Hamidun?
TPI tak apalah
biarkan Lucas menjalani kehidupannya dengan penuh ke pahitan