NovelToon NovelToon
Gelora Berbahaya Pria Simpanan

Gelora Berbahaya Pria Simpanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Rahm

Laura tidak pernah membayangkan pernikahannya akan terasa seperti penjara. Nicholas, suaminya, selalu sibuk, dingin, dan jauh. Di tengah sunyi yang menusuk, Laura mengambil keputusan nekat-menyewa lelaki bayaran untuk sekadar merasa dicintai.Max hadir seperti mimpi. Tampan, penuh perhatian, dan tahu cara membuatnya merasa hidup kembali. Tapi di balik senyum memikat dan sentuhannya yang membakar, Max menyimpan sesuatu yang tidak pernah Laura duga.Rahasia yang bisa menghancurkan segalanya.Ketika hasrat berubah menjadi keterikatan, dan cinta dibalut bahaya, Laura dihadapkan pada pilihan: tetap bertahan dalam kebohongan atau hancur oleh kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Rahm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebetulan

Hari itu hujan deras mengguyur kota, memaksa Laura untuk berteduh di sebuah toko buku kecil yang tidak terlalu ramai. Ia bukan tipe yang sering menghabiskan waktu di toko buku, tetapi aroma kayu dan lembaran kertas yang lembab memberikan rasa nyaman yang tidak terduga.

Sambil menunggu hujan reda, Laura berkeliling, matanya tertuju pada rak buku fiksi klasik. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil sebuah buku berjudul Pride and Prejudice karya Jane Austen, sebuah novel yang sudah lama ingin ia baca ulang.

Namun, saat jari-jarinya menyentuh sampulnya, tangan lain juga meraih buku yang sama. Laura mendongak, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Max berdiri di sebelahnya, dengan senyum tipis yang penuh arti.

“Sepertinya selera kita mirip,” ujar Max sambil menatap Laura, masih memegang sisi lain dari buku itu.

Laura mengerutkan dahi, merasa aneh dengan pertemuan kebetulan ini. “Hanya kebetulan.”

"Kebetulan yang menyenangkan." Max tertawa kecil, suaranya terdengar santai. “Pride and Prejudice. Kisah tentang cinta yang penuh kesalahpahaman. Cocok sekali.”

Laura menarik buku itu sedikit lebih kuat, membuat Max melepaskannya dengan mudah. “Aku tidak menyangka orang sepertimu membaca Austen.”

Max menyandarkan tubuhnya ke rak buku, memandang Laura dengan santai. "Orang sepertiku?"

Laura berdehem, ia memalingkan wajah, memilih untuk tidak menjawab.

“Aku menyukai cerita yang mengajarkan bahwa cinta tidak selalu sempurna. Selain itu, Elizabeth Bennet adalah karakter yang luar biasa. Menurutku, dia mengingatkanku pada seseorang.”

Laura mendengus kecil, ia membawa bukunya ke sudut lain toko. Max tetap mengikutinya. Pria itu mengambil buku lain dari rak, The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald.

“Kalau ini,” Max berkata sambil memamerkan buku itu kepada Laura, “juga favoritku. Kisah tentang ambisi dan cinta yang tidak pernah bisa dicapai.”

Laura meliriknya, tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. “Kamu benar-benar suka cerita klasik?”

Max mengangkat bahu. “Mungkin.”

Mereka duduk di area baca kecil di pojok toko buku, masing-masing memegang buku mereka. Percakapan berubah dari buku menjadi kehidupan.

"Kamu sering ke sini?" Tanya Laura saat beberapa kali ia melihat orang menyapa Max.

“Lumayan. Tempat ini seperti pelarian dari kehidupan nyata.” Max tersenyum.

"Apa kehidupanmu sangat membosankan?" Laura menyesali pertanyaannya di detik itu juga.

"Terkadang," sahut Max singkat. "Bagaimana denganmu, Lau?" Max menatapnya dengan intens, bahkan mengunci pergerakan matanya.

Laura menunduk, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Max. Ia pura-pura sibuk dengan bacaannya.

“Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi." Max bersuara lagi.

Laura terdiam sejenak, lalu berkata, “hanya kebetulan.”

Ketika mereka berpisah, Max memberikan komentar yang membuat Laura berpikir sepanjang perjalanan pulang.

“Aku tidak percaya pada kebetulan, Lau. Mungkin ada alasan kenapa kita terus bertemu.”

***

Senyum samar terpatri di wajah Laura saat mengingat pertemuannya dengan Max.

Namun, senyumnya memudar perlahan ketika ia melihat sebuah mobil terparkir di halaman. Mobil Nicholas. Tidak biasanya suaminya pulang lebih awal dari kantor.

Laura melangkah masuk ke rumah, melepas sepatunya, dan mencari sosok Nicholas. Ia menemukannya di ruang kerja, duduk di depan meja dengan beberapa dokumen berserakan.

Laura berdiri di ambang pintu, menyandarkan bahunya pada bingkai pintu. “Kamu pulang lebih awal.”

Nicholas mendongak, menatapnya sejenak dengan ekspresi datar sebelum kembali memfokuskan pandangannya pada dokumen di depannya. “Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan di rumah.”

Laura melangkah masuk, mendekat, tapi tetap menjaga jarak. “Hal apa yang begitu penting sampai kamu meninggalkan kantor lebih awal?”

Nicholas menghela napas, tangannya bergerak merapikan dokumen. “Proyek baru. Ada banyak detail yang perlu aku cek ulang.”

Laura memperhatikan gerak-geriknya sejenak, lalu berkata, “Kamu hampir tidak pernah pulang lebih awal. Ada sesuatu yang terjadi di kantor?”

Nicholas berhenti sejenak, lalu menatapnya dengan dingin. “Kamu terlalu banyak bertanya, Laura.”

Nada suaranya membuat Laura mengerutkan dahi. Ia merasa seolah ada tembok besar di antara mereka, seperti biasa. “Aku hanya ingin tahu, Nicholas. Aku istrimu, ingat?"

Nicholas berdiri, merapikan jasnya. Tingginya yang menjulang membuat Laura merasa lebih kecil dari biasanya. “Aku bekerja untuk perusahaan, untuk karyawan yang katamu harus diperjuangkan. Jadi, berhentilah mengaitkan urusan pekerjaanku dengan statusmu."

Laura tersentak. Kata-katanya begitu menusuk, tapi ia menutupinya dengan ekspresi datar. “Kupikir aku bisa membantumu."

Nicholas mengangkat salah satu alisnya, nyaris mencemooh. “Setelah membuat perusahaan bangkrut?"

Ya, sebelumnya Laura lah yang memegang perusahaan yang diwariskan mendiang ibunya padanya. Laura membuat kesilapan yang membuat Nicholas turun tangan sepenuhnya.

"Aku bekerja lebih karena ulahmu."

Laura terdiam, menahan napas untuk tidak melontarkan kata-kata tajam yang sudah di ujung lidahnya. Akhirnya, ia hanya berkata, “Baiklah. Aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu.”

Ia berbalik pergi, meninggalkan Nicholas yang hanya menatap punggungnya dengan ekspresi sulit diterjemahkan.

Di dalam kamar, Laura duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke luar jendela. Kehidupan nyata, dengan segala kekakuan dan kesepiannya, kembali menghantam.

Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya: apakah seharusnya hidupnya seperti ini selamanya?

Ponselnya berdenting, membuyarkan lamunannya. Ponsel itu sangat jarang berbunyi, sehingga saat benda itu mengeluarkan suara, dia mengerutkan kening sambil mengambil ponselnya.

Laura membaca pesan di ponselnya dengan hati-hati. Dari nomor tidak dikenal.

"You must allow me to tell you how ardently I admire and love you.’

Kutipan dari Mr. Darcy. Aku penasaran, bagaimana menurutmu cinta bisa bertahan di tengah kebekuan dan jarak? Dan bagaimana dengan Gatsby? Apa yang kamu pikirkan tentang obsesinya terhadap Daisy? – Max."

Maniknya sampai terbelalak lebar, darimana Max tahu nomornya?

Laura mengernyit, membaca ulang pesan itu, merasakan campuran perasaan aneh yang mengalir di dadanya. Kutipan dari Pride and Prejudice itu membuatnya tersenyum tipis, tapi pertanyaan Max tentang cinta dan kebekuan seperti memukul bagian rapuh dalam dirinya.

Ia melirik ke rak buku kecil di sudut ruang tamu. Di sana, Pride and Prejudice dan The Great Gatsby berdiri berdampingan, keduanya adalah buku favoritnya. Tapi kenapa justru sekarang, di saat ia merasa jauh dari Nicholas, pertanyaan seperti ini muncul dari seseorang yang hampir asing?

Dengan hati-hati, Laura mengetik balasannya:

"Kutipan itu indah, tapi juga menyesakkan. Aku selalu merasa cinta Darcy lebih murni dibandingkan Gatsby. Darcy mencintai Elizabeth karena dirinya, sementara Gatsby mencintai Daisy karena gambaran sempurna yang ia ciptakan."

Laura menekan tombol kirim dan menyandarkan punggungnya di sofa. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan kutipan itu memenuhi pikirannya.

"You must allow me to tell you how ardently I admire and love you."

Ia menghela napas panjang, lalu membuka mata. Suara langkah Nicholas terdengar mendekat dari ruang kerja. Laura mendongak, berharap menemukan sesuatu di tatapan suaminya yang sudah lama hilang. Tapi seperti biasa, hanya ada jarak.

1
lyani
bang iky...vote nya k lau aja y ....elara ngga usah?
lyani
semoga max tak jauh beda dengan Nic.
apakah seila narik uang sepengetahuan Nic?
lyani
korban lagi... kalian mgkn senasib
lyani
nahhhh betul
lyani
paman Robert bukan si yg nyuruh
lyani
pasti
lyani
nahhhh
lyani
sdh menduga ada org dibalik max....nah siapakah?
lyani
ahhhh akhirnya setelah sekian lama terlihat
lyani
nahhhh betul
lyani
kesalahan Laura saat memegang perusahaan sepertinya Krn jebakan
lyani
hati2 dengan dokumen lau
lyani
max ini teman kecil Laura mgkn?
lyani
betul
lyani
ooooooooooo
lyani
max....mata2 ayah Laura kali.....maximal bener penasarannya dahhhhhhh
lyani
seila dan ibunya?
lyani
msh seribu tanya....
lyani
hidup si pilihan lau...
istri itu hrs patuh sama suami tp patuhnya atuh jangan kebangetan. diselidiki dl kek ntu suami
lyani
meninggalnya ortu Nic ada hubungannya dengan ortu Laura atau mungkin dengan Laura sendiri ngga si?
malangnya Laura
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!