bagaimana rasanya ketika kamu mendapatkan sebuah penawaran uang kaget?
Rara di hina dan di maki selama hidupnya.
Ini semua karena kemiskinan.
Tapi ketika dia merasa sudah menyerah, Dia mendapatkan aplikasi rahasia.
Namanya uang kaget.
Singkatnya habis kan uang, semakin banyak uang yang kau habiskan maka uang yang akan kamu kantongi juga akan semakin banyak.
Tapi hanya ada satu kesempatan dan 5 jam saja.
Saksikan bagaimana Rara menghasilkan uang pertama kali di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Langkah Arya terdengar berat saat ia keluar dari pintu utama Rumah Sakit Internasional Pusat. Angin malam berembus pelan, membawa serta aroma disinfektan yang masih tertinggal di hidungnya. Lampu jalan menyinari wajahnya yang sayu, matanya merah namun kering ,seakan air mata pun sudah enggan turun.
Ia tidak berkata apa-apa.
Tidak juga pada satpam yang membungkuk sopan kepada nya. Tidak pada perawat yang menoleh penuh iba, dan tidak pada dirinya sendiri yang sudah lama kehilangan arah.
Tangannya gemetar saat membuka aplikasi taksi online. Ia tak tahu ke mana harus pergi. Tapi jari-jarinya menulis dengan sendirinya.
"Perusahaan Mahesa."
Tidak berselang lama, taksi online tiba dan Arya dengan penuh kesuraman masuk tanpa banyak kata.
Sepanjang perjalanan, Arya hanya menatap keluar jendela. Lampu kota yang berkelip-kelip seakan mengejeknya. Ia merasa seperti bayangan yang tak berguna—anak yang gagal, kakak yang membebani, pemimpin yang menghancurkan segalanya.
Saat ia tiba di depan kantor Mahesa, gerbang sudah terbuka sedikit. Mungkin karena petugas keamanan lupa menutup rapat. Ia masuk tanpa suara, seperti hantu di tempat yang dulu ia perjuangkan mati-matian.
Bangunan itu yang dulu dipenuhi semangat kerja, tawa, dan ambisi.
Kini sunyi.
Sepi.
Sama seperti hatinya.
Lorong-lorong yang kosong menyambutnya dingin. Tak ada suara, tak ada sapa. Hanya bunyi langkahnya sendiri yang menggema di dinding-dinding kosong itu.
Arya dengan mata kosong berhenti di pintu lift.
Lift berdenting saat pintunya terbuka. Arya masuk dan memencet tombol "Rooftop."
Di dalam lift, ia mengeluarkan ponsel. Tangannya masih gemetar, tapi hatinya sudah bulat. Ia membuka WhatsApp dan menulis pesan singkat untuk adiknya.
Sekarang adik perempuannya sendiri membenci .
Harapan apa lagi yang tersisa untuk Arya.
"Maaf ya, Ra. Kakak cuma bikin kamu capek. Kamu berhak dapat hidup yang lebih baik... Maaf karena Kakak gagal jaga semuanya. Kalau besok Kakak nggak bangun lagi, tolong jaga Mama dan Papa. Kakak sayang kalian berdua..."
Ia tekan tanda kirim dan seketika rasa sesak itu menjadi tenang.
Palsu tapi tenang.
"Maaf...
Lift berdenting lagi, pintu terbuka. Hembusan angin malam menerpa wajahnya. Di atas sana, langit hitam terbentang luas. Bintang-bintang seakan menatapnya tanpa suara, menyaksikan seorang manusia yang sudah kehilangan pijakannya.
Arya melangkah perlahan ke tepi bangunan, napasnya teratur namun berat. Dia tak menangis, tak berteriak. Hanya diam. Karena mungkin, ini satu-satunya keputusan yang menurutnya bisa menyelesaikan semuanya.
Di tempat lain,Rara membuka matanya perlahan lahan. Cahaya putih lampu LED menyilaukan, masuk ke dalam penglihatannya, membuatnya sedikit menyipitkan mata. Bau khas antiseptik segera menyeruak ke dalam hidungnya.
Rara mengerang pelan, merasa tubuhnya sedikit berat. Suara "beep" monoton terdengar di dekatnya, seolah menandakan bahwa dirinya masih hidup.
"Rumah sakit?"
Pikirannya masih kabur. Rara mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dia kehilangan kesadaran. Terakhir kali dia ingat, dia masih berbelanja…
Tidak, bukan sekadar berbelanja,dia sebenarnya telah memborong segalanya dengan gila gilaan.
"Ug apa yang terjadi, kenapa aku di sini?"
Rara menegakkan punggungnya sedikit dan melihat infus menancap di tangannya. Jantungnya berdegup lebih cepat.
"Bagaimana aku bisa sampai di sini? Apa yang terjadi? Siapa yang membawa aku ke rumah sakit?" pikir nya berulang kali.
Pikirannya berputar-putar, mencoba menyusun kepingan-kepingan ingatan terakhirnya. Dia mengingat suara transaksi yang terus berbunyi di ponselnya, melihat angka yang semakin membesar, merasakan euforia ketika uangnya terus berkurang, tetapi…
Setelah itu?
Kosong.
Seolah ada sebuah kehilangan besar dalam ingatannya.
Rara menoleh ke sekeliling.
Ruangan ini cukup luas, dengan dinding putih bersih dan tirai yang menutupi jendela besar di samping tempat tidurnya. Monitor jantung masih berdetak dengan stabil di sebelahnya.
"Apa aku pingsan? Apa karena kelelahan?"
Rasa takut mulai merayap dalam benaknya. Bagaimana kalau ada seseorang yang mencurigai semua transaksi gila yang dia lakukan tadi?
"Sistem?"
Rara berteriak dalam benaknya sendiri.Tapi tidak ada suara, tidak ada layar aneh di depannya.
"A... apakah ini semuanya mimpi?"
Rara jadi ketakutan sendiri.
Dia sudah menaruh semua harapan nya pada aplikasi uang kaget bergetar.Tapi...
Tapi semua nya hanya lah sebuah mimpi belaka.
Tangannya meraba-raba ponsel yang seharusnya ada di sampingnya, tapi tidak ada.
Jantungnya berdetak lebih cepat.
"Di mana ponselku?! Apa ada yang mengambilnya? Apa ada yang tahu tentang uang itu?"
Berbagai kemungkinan buruk memenuhi kepalanya.
Dia menelan ludah, mencoba menenangkan diri.
Tidak, aku..aku tidak boleh panik.
Pertanyaan paling penting sekarang adalah…
Siapa yang membawanya ke rumah sakit ini?
Dan yang lebih penting…
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Di mana uang yang di janjikan.
Rara masih tenggelam dalam pikirannya ketika suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Pintu terbuka, dan sekelompok dokter serta perawat masuk ke dalam ruangan.
Salah satu dokter, seorang pria paruh baya dengan jas putih rapi dan stetoskop di lehernya, tersenyum ramah. "Bagaimana perasaanmu sekarang, Nona ?"
Rara berkedip, lalu menghela napas. "Aku merasa... agak pusing. Tapi lebih baik daripada sebelumnya.Dokter..dokter. Apa..apa yang terjadi padaku?"
Dokter mengangguk, membuka berkas catatan medis di tangannya. "Kami sudah melakukan pemeriksaan lengkap. Secara fisik, tidak ada masalah serius. Kamu hanya mengalami kelelahan dan sedikit dehidrasi. Sepertinya tubuhmu merespons stres yang berlebihan."
Rara mengernyit." Stres?"
Dokter melanjutkan, "Kau pasti mengalami aktivitas berat dalam waktu singkat. Mungkin terlalu banyak bergerak atau terlalu banyak berpikir?"
Rara hampir tertawa. "Terlalu banyak berbelanja lebih tepatnya," pikirnya, tapi dia tidak mengatakannya.
Namun kemudian senyum nya segera menghilang lagi.
"Jadi aku baik-baik saja,dok?" tanyanya.
Dokter tersenyum, menutup berkasnya. "Iya. Tapi kau harus lebih banyak beristirahat.Kami akan mencabut infusmu sebentar lagi.Jika tidak ada keluhan lain, kau bisa pulang hari ini."
Rara mengangguk, dia merasa sedikit lega dan kecewa di saat yang sama.Tapi sebelum Rara sempat bertanya lebih lanjut, pintu kamar kembali terbuka.
Sekelompok orang masuk ke dalam.
Rara terkejut.
Dia tidak mengenal mereka.
Beberapa pria mengenakan pakaian kasual, tapi wajah mereka terlihat serius. Namun, ada satu orang yang langsung menarik perhatiannya.
Sopirnya.
"Bukankah ini supir tadi , apakah ini juga mimpi?"
"Ya ini pasti sebuah mimpi, masakan ada sebuah aplikasi yang bisa membuat mu kaya dalam waktu Lima jam saja.Ahhh..aku terlalu banyak menghayal "Kata Rara dalam hati.
Dia menatap si supir yang memiliki kemiripan yang sama dengan supir dalam supir dalam mimpi nya.
Pria itu tampak canggung, berdiri di antara orang-orang yang juga asing di mata Rara.
"Apa yang terjadi? Kenapa dia datang ke sini? Dan siapa orang-orang ini?"
Jantung Rara mulai berdetak lebih cepat.
Apakah sesuatu telah terjadi?
Tatapannya beralih dari sopir itu ke dokter, lalu ke orang-orang asing di ruangan itu.
"Ada apa ini?" tanyanya dengan suara pelan tapi tajam.
Tidak ada yang langsung menjawab.
Ruangan tiba-tiba terasa jauh lebih sunyi dan tegang.
Rara masih berusaha memahami situasinya ketika salah satu pria di antara orang-orang asing itu melangkah maju dan memperkenalkan diri.
"Selamat pagi, Nona Rara. Nama saya Dimas, saya manajer keuangan yang mengurus seluruh transaksi saham yang Anda beli kemarin."
Rara mengerjap. "Saham?"
Rara tambah bergetar dan ragu.Kenapa mimpi dan kenyataan nya saling tindih.
Dimas yang tidak tau apa yang di pikirkan oleh Rara,masih tersenyum sopan, dia tampak profesional. "Benar. Dengan jumlah dana yang Anda keluarkan kemarin, Anda kini memiliki saham mayoritas di beberapa perusahaan besar. Saya diutus untuk mengelola dan memastikan semua investasi Anda berjalan dengan baik."
Rara membuka mulutnya, tapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, pria lain maju.
"Nona Rara, saya Anton. Saya mewakili beberapa perusahaan yang kemarin Anda beli properti dari mereka. Ini berkas-berkas untuk pesawat pribadi Anda, vila mewah di Bali, dan apartemen di Jakarta."
Dia menyerahkan setumpuk dokumen pada Rara. Tangan Rara hampir gemetar saat menerimanya.
"A..apa..Pe Pesawat? Vila? Apartemen?"
Seolah belum cukup, seorang pria tua dengan rambut yang mulai memutih membungkuk hormat padanya.
"Saya Wijaya, pelayan pribadi yang telah ditugaskan untuk mengurus segala kebutuhan Anda di vila mewah. Semua sudah dipersiapkan dan saya siap melayani Anda mulai saat ini."
Rara hampir tersedak napasnya sendiri.
"Pftt...Pelayan pribadi?!"
Belum sempat pikirannya pulih, seorang wanita dengan jas elegan maju ke depan.
"Saya Nyonya Ratna, manajer keuangan pribadi Anda. Mulai hari ini, saya akan menangani seluruh pengeluaran Anda, termasuk gaji karyawan, kebutuhan harian, dan pengelolaan aset agar tetap seimbang."
Rara menatap semua orang ini dengan mata lebar. Apakah ini semua nyata?
Di tengah kekacauan pikirannya, sopir yang kemarin menemaninya ikut melangkah maju.
Dengan suara sedikit ragu, dia bertanya, "Nona , saya ingin mengonfirmasi… Apakah benar semua yang Anda janjikan untuk saya , maksudnya apa kah Nona akan berubah pikiran?"
Rara masih belum bisa bicara,dia bengong sendiri.
"Apakah ada yang bisa mengatakan apa yang sedang terjadi?"
Manajer keuangannya, Nyonya Ratna, mengambil alih.
"Kami telah memverifikasi semua aset yang diakuisisi oleh Nona Rara dan telah mengalih namakannya kepada Anda, nona
"Nona juga yang memperkerjakan saja sebagai manajer keuangan profesional Anda "
Dia berkata mewakili Rara belum sadar."Barang yang kami kirim, tidak akan di ambil lagi.Yakin lah Tuan"
Sopir itu terlihat terkejut, hampir tidak percaya. "Jadi... mobil mewah, sepeda motor mahal, dan beberapa toko yang kemarin dibeli... Semuanya benar-benar milik saya?"
Nyonya Ratna mengangguk. "Semuanya telah sah secara hukum. Anda kini memiliki surat kepemilikan resmi atas semuanya."
Sopir itu tampak berkaca-kaca. Dia menoleh pada Rara, yang masih terdiam dalam keterkejutan. "Terima kasih… terima kasih banyak, Nona . Saya tidak tahu harus berkata apa…"
Sementara itu, ponsel Rara tiba-tiba bergetar.
Apa mngkin rara menghancurkan bisnis mereka sprt arya lakukan
dasar si doni masa si rara mau dbeli emangnya barang🥴