NovelToon NovelToon
Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28: Kudeta Senyap dan Runtuhnya Menara Gading

**Bursa Efek Indonesia (IDX) - Ruang Server Digital.**

**H+1 Pasca Insiden "Gula Donat".**

**Pukul 09.00 WIB.**

Layar perdagangan saham pagi itu berdarah-darah. Khususnya untuk satu kode emiten: **RASA (PT. Rasa Nusantara Tbk)**.

Skandal polisi korup yang menanam "narkoba palsu" (yang ternyata gula) menjadi viral global. Kepercayaan investor terhadap Rasa Nusantara Group—yang diduga kuat sebagai dalang di balik serangan itu—hancur lebur.

Di layar komputer Maya di "Command Center" Apartemen Rian, angka itu terlihat mengerikan bagi Bramantyo, tapi indah bagi Rian.

**RASA: Rp 500 (-85% dalam 3 hari)**

**Status: Margin Call Massal.**

"Bos," lapor Kenzo sambil mengetik cepat. "Sesuai prediksi. Saham-saham pribadi Bramantyo yang dia gadaikan ke bank (Repo) kena *forced sell* karena harganya jatuh terlalu dalam. Bank membuang saham itu ke pasar sekarang juga."

Rian menyesap kopinya dengan tenang.

"Ini waktunya. Maya, hubungi Pak Hartono. Bilang ke beliau: 'Diskon besar-besaran sudah dibuka'. Kita serok semuanya di harga dasar."

"Siap, Pak!"

Dalam hitungan detik, miliaran rupiah dana likuid Rian (dan triliunan dana Pak Hartono) membanjiri pasar, menampung jutaan lot saham yang dibuang panik oleh investor dan bank.

Operasi senyap dimulai. Perpindahan kepemilikan raksasa pangan sedang terjadi tanpa disadari oleh Sang Naga yang sedang terluka.

***

**Kantor Pusat Rasa Nusantara Group.**

**Lantai 50 - Ballroom Eksekutif.**

**Pukul 14.00 WIB.**

Suasana Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) itu mencekam. Ratusan pemegang saham minoritas hadir dengan wajah marah. Mereka menuntut penjelasan kenapa aset mereka menyusut 85% dalam seminggu.

Bramantyo duduk di kursi Komisaris Utama di atas panggung. Wajahnya tampak lelah, kantung matanya hitam, tapi arogansinya masih tersisa. Di sampingnya, Indra (Direktur Legal) tampak gemetar.

"Tenang!" bentak Bramantyo lewat mikrofon. "Ini hanya badai sementara! Media memfitnah kita! Saya jamin dalam sebulan harga saham akan kembali naik!"

"Omong kosong!" teriak seorang investor. "Bapak mau masuk penjara kan?! Polisi sudah tetapkan Indra sebagai tersangka suap!"

"Diam!" Bramantyo memukul meja. "Saya masih Pemegang Saham Pengendali di sini! Saya punya 51% suara! Keputusan saya mutlak! Rapat ini saya tutup!"

Bramantyo hendak mengetuk palu untuk membubarkan rapat secara sepihak.

*KRIEET...*

Pintu ballroom terbuka lebar.

Cahaya blitz kamera wartawan menyilaukan ruangan.

Rian masuk.

Diapit oleh Pak Teguh dan Maya. Di belakangnya, Pak Hartono (Sang Konglomerat Ritel) berjalan santai sambil tersenyum.

"Tunggu dulu, Pak Bramantyo," suara Rian bergema tanpa mikrofon. "Bapak yakin masih punya 51%?"

Bramantyo berdiri, matanya melotot. "Kau... Mau apa kau ke sini?! Satpam! Usir mereka!"

Tidak ada satpam yang bergerak. Para satpam justru menunduk hormat pada Rian. (Efek Poin Dominasi yang sudah menyebar).

Rian berjalan santai naik ke atas panggung, mengambil mikrofon dari podium Indra yang membeku ketakutan.

"Perkenalkan, Bapak Ibu sekalian," sapa Rian pada hadirin. "Nama saya Rian. Hari ini, saya mewakili konsorsium baru yang terdiri dari PT Bahagia Sejahtera, Pak Hartono, dan ribuan investor ritel yang sudah memberikan kuasa suaranya (Proxy) kepada saya lewat aplikasi online pagi ini."

Maya menyambungkan iPad-nya ke layar proyektor raksasa di belakang panggung.

Sebuah diagram lingkaran (Pie Chart) muncul.

**STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERBARU (Real Time):**

* **Konsorsium Rian & Hartono:** 55%

* **Publik (Non-Voting):** 10%

* **Bramantyo (Sisa):** 35%

"Mustahil..." desis Bramantyo. Lututnya lemas. Dia menatap layar itu dengan tatapan kosong. "Saham saya... saham repo saya..."

"Benar, Pak," bisik Rian, mematikan mikrofon agar hanya Bramantyo yang dengar. "Bank menjual saham Bapak tadi pagi karena Bapak gagal bayar *margin call*. Dan saya membelinya. Murah sekali. Lebih murah dari kerupuk."

Rian kembali menyalakan mikrofon.

"Berdasarkan UU Perseroan Terbatas, dengan kepemilikan 55%, kami mengajukan agenda tunggal: **Perombakan Total Direksi dan Komisaris**."

"Siapa yang setuju melengserkan Tuan Bramantyo dan kroni-kroninya?" tanya Rian lantang.

"SETUJU!" teriak seluruh ruangan serempak. Gema suara itu meruntuhkan harga diri Sang Naga.

Bramantyo jatuh terduduk di kursinya. Tamat.

Kerajaan yang ia bangun selama 30 tahun dengan darah dan cara kotor, dirampas dalam 3 hari oleh pemuda penjual nasi rames.

***

**Pukul 15.00 WIB.**

Pintu samping ballroom terbuka lagi. Kali ini bukan pemegang saham, tapi rombongan pria berjaket merah dengan tulisan **KPK** dan **BARESKRIM POLRI**.

Mereka naik ke panggung, menghampiri Bramantyo yang masih melamun.

"Saudara Bramantyo," kata petugas KPK tegas. "Anda ditangkap atas dugaan penyuapan pejabat negara, pembakaran aset, dan manipulasi pasar modal. Silakan ikut kami."

Borgol besi terpasang di tangan Bramantyo yang keriput.

Saat digiring melewati Rian, Bramantyo berhenti sejenak. Ia menatap Rian dengan mata merah penuh kebencian.

"Kau pikir ini kemenangan, Nak?" desis Bramantyo. "Kau baru saja memakai mahkota duri. Semua orang akan mengincarmu sekarang."

Rian menatap balik dengan tenang.

"Setidaknya durinya tidak beracun seperti Bapak. Selamat menikmati masa tua di sel, Pak. Makanannya mungkin nggak seenak di Warung Bahagia."

Bramantyo diseret pergi, diiringi jepretan kamera yang akan menjadi *headline* koran besok: **"RUNTUHNYA DINASTI RASA NUSANTARA"**.

***

**Ruang CEO Rasa Nusantara (Lantai 50).**

**Pukul 16.00 WIB.**

Rian berdiri di depan jendela kaca raksasa yang menghadap Bundaran HI. Ruangan ini sangat luas, mewah, dan dingin. Dulu ini singgasana Bramantyo. Sekarang, ini milik Rian.

Maya masuk membawa berkas.

"Pak Dirut," panggil Maya sambil tersenyum menggoda. "Maaf, maksud saya Pak Komisaris Utama."

"Jangan panggil gitu, geli dengernya," Rian tertawa kecil, melonggarkan dasinya. "Panggil Rian aja kayak biasa."

"Nggak bisa dong, Pak. Sekarang Bapak membawahi 20.000 karyawan. Bapak harus jaga wibawa."

Rian duduk di kursi kulit yang empuk itu.

Ia memejamkan mata.

**[TING!]**

**[MISI UTAMA SELESAI: The Titan Slayer]**

**[Target: Mengalahkan Konglomerat Rasa Nusantara Group]**

**[Status: COMPLETE DOMINATION]**

**[REWARD DITERIMA:]**

**1. Aset Perusahaan Senilai Rp 5 Triliun (Dikurangi Utang).**

**2. Jalur Distribusi Nasional (50.000 Outlet).**

**3. Poin Kebahagiaan: +50.000**

**4. Poin Dominasi: +20.000**

**5. TITLE BARU: "THE NEW TYCOON"**

**[FITUR SISTEM TIER 3 TERBUKA:]**

**[Selamat datang di Liga Besar, Host. Mulai sekarang, Anda bisa membeli Teknologi Masa Depan (Future Tech).]**

Rian membuka matanya.

"Teknologi Masa Depan?"

Ia melihat menu baru di Sistem. Isinya bukan lagi resep makanan atau mesin pabrik biasa.

* **Nano-Health Drink (Penyembuh Penyakit Ringan).**

* **AI Logistics System (Efisiensi 300%).**

* **Weather Control Device (Prototipe).**

Rian tersenyum.

Perang dengan Bramantyo hanyalah tutorial. Permainan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

"Maya," panggil Rian.

"Ya, Bos?"

"Siapkan rapat direksi besok. Agenda pertama: Turunkan harga semua produk makanan Rasa Nusantara sebesar 20% biar rakyat kecil bisa beli. Agenda kedua: Naikkan gaji buruh pabrik 10%."

Maya tersenyum bangga. "Siap, Bos. Keuangan mungkin agak berdarah, tapi kita pasti bisa atur."

"Bagus. Sekarang... ayo kita pulang ke Warung. Gue kangen masakan Bu Ningsih. Makanan hotel di sini rasanya hambar."

Rian bangkit dari kursi CEO triliunan rupiah itu, meninggalkannya begitu saja demi sepiring nasi rames. Karena bagi Rian, kekayaan bukan tentang kursi yang diduduki, tapi tentang kebebasan untuk memilih di mana dia mau makan.

**[AKHIR ARC 4: CORPORATE WAR]**

1
Purbalingga Jos
jangan kelamaan thor
Sukma Firmansyah: adohhhh, kopinya mana kopinyaaaa
biar author semangat wkwkwkkww
total 1 replies
Paulina al-fathir
wiiihh ceritamu memang the best lah 👏👏👏🤩🤩👍👍
Purbalingga Jos
jangan kelamaan dong
Sukma Firmansyah: baik diusahakan
total 1 replies
Paulina al-fathir
bagus banget ceritanya 😍😍smpi deg2an bacanya.mantap 👍💪
Denn King
gasss thorrr
Purbalingga Jos
lanjuuut donk
Travel Diaryska
mantull
Travel Diaryska
ini ceritanya bagus banget, tolong dilanjutin sampe tamat ya thorr🙏✨
Sukma Firmansyah: terimakasih atas support nya, jangan lupa like dan vote
agar author tetap semangat
total 1 replies
DREAMS
ini dilanjutkan atau sampai sini aja?
Sukma Firmansyah: baik
dibantu like/upvote
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!