My Husban Perfect Imam
Ciara Salsabila, dia seorang gadis yatim piatu. Gadis itu tidak menyangka, pria yang merupakan king badboy di sekolahnya sekaligus ketua geng motor yang paling menakutkan kini sudah sah menjadi suaminya. Menurutnya ini sebuah mimpi buruk bagi Ciara, kehidupan bagi wanita itu idam-idamkan kandas setelah dirinya di nikahi seorang pria angkuh dan keras kepala. Dafi Firmansyah, pria yang tidak mau mengalah dan keras kepala. Seorang anak tunggal sekaligus pewaris perusahaan Firmansyah group yang namanya sangat tersohor di dunia bisnis.
Dafi dan Ciara sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka untuk kenyamanan bersama. Namun, sepertinya kehidupan Ciara tidak berjalan mulus. Satu hal yang Ciara ketahui, ternyata Dafi memiliki seorang kekasih yang merupakan siswi paling popular sekaligus seorang pembully yang paling di takuti di sekolah Taruna.
Bagaimana Ciara menghadapi situasi itu ? akankah Dafi bisa menaruh hati kepada Ciara ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Menanti Kedatangan Ciara
“Hah ? Suami ?” Tanya Ahsan dengan wajah bertanya-tanya
“Loh ? ada Ahsan ?. maaf, saking paniknya om sampai tidak memperhatikan sekeliling” Ucap Riza
“Oh, iya om. Maksud om tadi apa ya ? suami siapa maksudnya ?” Tanya Ahsan
Ciara merapatkan bibirnya karena merasa panik, dia yakin kebenaran sebentar lagi akan terungkap. Ciara juga ingin melihat bagaimana reaksi Ahsan setelah mengetahui hubungannya dengan Dafi yang sebenarnya.
Riza tertawa pelan …
“Maaf ya, om bulem memberitahu kamu tentang pernikahan Dafi dan Ciara untuk sementara di rahasiakan dulu dari public. Om tidak mau anak-anak om akan menjadi bahan pembicaraan. Jadinya om hanya menggelar pernikahan yang hanya di hadiri penghulu dan sakisi saja” Jawab Riza
Ahsan tercengang dengan wajah yang syok …
“I-ini bercanda kan om ?” Tanya Ahsan
“Tidaklah, kenapa om harus bercanda menyangkut anak-anak om” Jawab Riza
Ahsan masih belum percaya sepenuhnya, lantas dia melirik kea rah Ciara. Saat ini gadis itu hanya diam dengan kepala yang tertunduk.
“Ini seriusan Cia ? Lo istrinya Dafi bukan adik Dafi ?” Tanya Ahsan memastikan
Ciara menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
Ahsan tersenyum kecut …
“Selamat ya, Ciara. Kalau begitu Ahsan pamit ya om tante” Ucap Ahsan
“Iya, terima kasih telah mengantarkan Ciara. Titip salam buat papih dan mamih kamu, ya” Sahut Riza
“Iya, om” Jawab Ahsan
Setelah Ahsan pergi tanpa menoleh kembali ke arah Ciara, baginya ini kebohongan yang sangat menyakitkan. Baru saja dia merasakan terbang di atas awan yang paling tinggi, namun detik itu juga dia terhempas tanpa ada sanggahan untuk menopang tubuhnya.
Ahsan pergi dengan sejuta kesedihan, sedangkan Ciara Nampak sedih. Dia tahu dengan perasaan Ahsan, dia juga tahu dengan keinginan hati kecil Ahsan yang akan melamarnya setelah lulus nanti. Tapi mungkin Allah sudah memilih rencana lain, Ahsan memang harus tahu kebenarannya agar tak merasajan sakit yang teramat mendalam.
“Ciara, kenapa kamu melamun sayang ?” Tanya Risva
“Gak papa, Mah. Cia mau ke kamar dulu, gak nyaman habis dari rumah sakit gak langsung mandi. Mamah dan papah hat-hati ya, titip salam sama Dafi nanti Cia akan ke sana lagi” Balas Ciara cepat
“Gak usah, nak biara mamah dan papah yang menjaga Dafi. Nanti papah hubungi jika Dafi sudah di pindahkan ke ruang rawat inap” Ujar Riza
“Iya pak kalau begitu” Jawab Ciara
Setelah berpamitan, Ciara pergi ke kamarnya. Kamarnya yang masih tercium aroma mawar dan melati khas pengantin baru, Ciara bergegas untuk membersihkan badannya ke kamar mandi.
Ciar keluar dari kamar mandi dengan rambut yang tergerai, Ciara duduk di depan meja rias. Ciara bingung, kenapa di kamar pria ada meja rias untuk perempuan ?. Ciara kemudian mencari sisir, namun tak juga ketemu. Memang kebiasaan, sisir selalu saja menjadi benda yang sulit untuk di temukan jika butuh.
Ciara membuka laci demi laci yang ada di meja rias, saat membuka laci paling bawah.ciara di kagetkan dengan banyaknya lembar foto yang begitu familiar. Di raihnya lembar fato itu yang mungkin saja berjumlah sepuluh lembar atau lebih. Ciara mulai mengamati satu per satu hasil jepretan yang membuat hatinya berdebar.
“I-ini aku ?” Gumam Ciara
“Foto-foto ini di ambil waktu aku ada di pndok pesantren. Tapi, bagaimana bisa Dafi memiliki foto aku ?” Lirih Ciara
Ciara kemudian menyimpan hasil jepretan itu di tasnya, Ciara berencana akan menanyakan langsung pada Dafi saat sudah sembuh dan pulang ke rumah.
*****
Jam dinding menunjukkan pukul 9 malam, Ciara sudah mulai jenuh sendirian di kamar. Biasanaya ada saja suara Dafi yang mengomelinya, Ciara tersenyum kecil saat mengingatnya. Tidak bisa di pungkiri Ciara saat ini sedang merindukan suaminya itu.
“Semoga besok dia sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat inap” Lirih Ciara
Ting
Bunyi suara pesan masuk dari ponsel Ciara, Ciara kemudian meraih ponselnya yang tergeletak asal di atas Kasur. Ia buka dan rupanya banyak pesan dari Sukma, teman sebangkunya alias pacarnya Ihsan.
Isi pesannya hanya menanyakan kenapa Ciara tidak balik ke sekolah, setelah membalasnya Ciara kembali memilih untuk menarih ponselnya ke atas meja. Namun, bersamaan dengan itu suara deringan ponsel terdengar bunyi pesan masuk.
Ting
Tertera nama Ahsan di ponselnya
Ahsan {Cia, gue tahu gue cowok gak tahu diri ngomong begini. Tapi gue gak mau nahan perasaan gue seorang diri. Gue cuma mau bilang, kalau gue suka sama lo. Tapi gue baru sadar, saat ini lo sudah menjadi miliknya Dafi, sahabar gue. Terima kasih Sudha menjadi bagian terpenting dalam hidup gue, Cia}
Ciara terdiam setelah membaca isi pesan dari Ahsan, tidak bisa di pungkiri Ciara sungguh tidak tega. Tapi, lebih tidak tega lagi jika Ahsan masih mengharapkan Ciara tanpa tau status hubungan Ciara bersama Dafi.
Ciara lebih memilih tak membalas pesan dari Ahsan, gadis itu kemudian melerakkan ponselnya di atas meja lalu memaksankan diri untuk keluar.
*****
Tepat pukul 5 pagi Ciara terbangun, bersamaan dengan deringan ponselnya. Ciara segera meraihnya dan terlihat nama Riza di sana.
Ciara [Assalamu’alaikum]
Riza [Wa’alaikumsalam, Cia. Papah Cuman mau kasih tahu kalau Dafi sudah pindah ke ruang rawat inap, keadaan Dafi sudah membaik. Nanti kamu ke sini ya sama supir]
Ciara [Alahamdulillah. Baik pah, Cia ke sana sama supir]
Riza [Tolong bawakan pakaian ganti Dafi, katanya gak enak pakai baju pasien]
Ciara [Iya pah, ada lagi pah ?]
Riza [Sepertinya tidak ada lagi, tapi …]
Ciara [Tapi ?, tapi apa pah ?]
Riza [Tapi kamu ke sininya agak cepetan, ya. Dari tadi Dafi nyariin kamu, hehehehe]
Ciara [Yang bener pah ?, kalau begitu Cia sekarang gerak cepat]
Riza [Hahahaha, santai saja nak. Dafi aja yang so drama, kamu hati-hati di jalannya]
Ciara [Iya pah]
Sambungan terputus
Setelah mengakhiri sambungannya dengan Riza, Ciara lantas bergegas ke kamar mandi. Dia raih segala yang di perlukan untuk kebutuhan mandinya,setelah semuanya selesai Ciara kemudian melaksanakan sholat subuh.
Di rasa doanya sudah puas yang di panjatkan kepada sang pemilik segalanya, Ciara kemudian mengakhiri sembahyangnya di atas sajadah. Ciara lalu membawa beberapa pakaian untuk Dafi dan tak lupa celana dalam Dafi yang di bawakannya.
Ciara mengulum senyum menahan malu saat menyentuh celana dalam milik Dafi.
“Ih… malu” Cicit Ciara
“Gau usah maul Ciara, ini milik suami kamu” Ucap Ciara mensugesti dirinya sendiri
Tepat pukul 6 pagi, Ciara lantas pergi menemui supir untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
“Sudah siap non ?” Tanya Supir yang sudah berdiri di depan mobil
Ciara yang baru saja tiba pun mengangguk
“Sudah pah, bapak sudah di kasih tahu ya sama papah ?” Ucap Ciara
“Iya non, tuan besar tadi sudah menelpon dari 1 jam yang lalu. Silahkan masuk non” Jawab Sopir
“Iya, terima kasih pak” Ucap Ciara
“Sama-sama non Ciara” Jawab Sopir
Mobil yang di tumpangi Ciara kini sudah keluar dari kediaman Firmansyah, entah kenapa Ciara menjadi gugup bahkan debaran jantungnya sangat kencang.
“Non sedang nervous ya ?” Tebak pak supir
“Iya pak, hehehe” Jawab Ciara
“Maaf kalau saya lancang sana non, soalnya kelihatan sekali kalau non sedang gugup. Tarik nafas dulu non perlahan-lahan, di ulangi terus sampai membaik. Biasanya itu trik saya kalau sedang di omelin sama tuan besar, hehehehe” Tuturnya
Ciara terkekeh pelan dari balik cadarnya, dia kemudian mengikuti saran dari supirnya. Dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan-lahan, begitu terus sampai perasaannya berangsur membaik.
*****
Tak butuh waktu lama, akhirnya dia sampai di depan rumah sakit. Setelah mengucapkan terima kasih dan salam, Ciara kemudia meraih barang-barang yang dia bawa lalu bergegas masuk ke dalam rumah sakit.
Setelah mendapatkan nomor kamar milik Dafi, Ciara segera masuk ke dalam. Dan dengan jelas Ciara dapat melihat binar wajah Dafi yang tersenyum ke arahnya, seperti seseorang yang menanti-nanti.
“Dafi” Panggil Ciara, Ciara mendekati Dafi yang masih terbaring di tas brankar
“Kamu sudah baikkan ?” Tanya Ciara lagi yang di balas dengan anggukan kepala oleh Dafi
“Heleh, sok kalem kamu Dafi. Dari tadi kamu kayak orang kesurupan nanyain dimana Ciara” Ceplos Riza
Dafi langsung memasang wajah cemberut mendengar celotehan papahnya.
“Gue, baru dapat kabar kalau Tomi di rawat juga” Ungkap Dafi dengan suara yang masih parau
“Iya, mungkin karena insiden itu” Sahut Ciara
“Insiden apa ?” Tanya Dafi penasaran
“Eh, enggak kok. Kamu udah makan ?” Ucap Ciara mengalihkan pembicaraan
“Belum, gak nafsu” Jawab Dafi singkat
“Biar gak nafsu kamu harus tetap makan, biar tenaga kamu bisa kembali pulih. Biar kamu bisa kembali sehat, sekarang dimana makannnya ?” Ucap Ciara
“Tuh” Ucap Dafi sambil menunjukkan dengan dagunya ke piring di atas meja
“Aku suapin, ya ?” Tanya Ciara
“Gak, kayak bocah aja” Jawab Dafi
“Jadi kamu mau makan sendiri ?” Tanya Ciara
“Gue bilang gak nafsu, bagaimana mau makan sendiri ?” Ujar Dafi
“Dia sengaja tidak sarapan, dia nungguin kamu datang buat nyuapin dia. Maaf ya nak, suami kamu itu memang gengsinya tinggi” Timpal Riza
“Apaan sih, pah” Protes Dafi
Riza hanya tersenyum jahil, sedangkan Dafi membalasnya dengan tatapan mautnya.
“Dafi ayo makan” Titah Ciara
Dafi segera menetralkan wajahnya kembali normal, dia itu lalu menoleh kea rah Ciara dengan wajah datarnya.
“Ck, gue bukan anak kecil” Ucap Dafi
“Makan atau aku kasih hamster ?” Ancam Ciara
“Ish” dafi berdecak kesal, kemudian mulutnya terbuka lebar
Ciara yang melihat itu tersenyum lebar, dengan cepat Ciara menyuapinya dengan penuh kasih sayang. Hati Ciara seperti berbunga-bunga, dia sangat bahagia dengan momen yang seperti ini.
“Kenapa kamu senyum-senyum ?” Tanya Dafi
“Gak papa, ayo buka mulutnya” Jawab Ciara
“Sabar, ni masih menguyah” Ucap Dafi
“Nguyah kok sambil ngomong ?” Tanya Ciara dengan senyuman jahilnya
“Terserah guelah, suapin gue lagi” Jawab Dafi
Ciara tersenyum senang …
“Baiklah suamiku” Goda Ciara
“Apaan sih lo” Ucap Dafi, setelah mengucapkan itu Dafi kembali memalingkan wajahnya ke samping sambil mengulum senyum.
“Dafi, dari tadi kamu menoleh ke arah samping terus. Aku di sini loh, di sebelah kiri bukan di sebelah kanan. Jangan-jangan di sebelah kana nada teman tak kasat mata, ya ?” Ujar Ciara
Dengan cepat Dafi menoleh ke arah Ciara
“Sembarangan kalau ngomong” Ucap Dafi
“Lepaskan cadar lo” Titah Dafi
“Gak mau” Jawab Ciara
“Lepas, gue kan udah bilang sama lo kalau sama gue lo wajib lepas cadar” Ujar Dafi
“Oh iya” Jawab Ciara
Sedangkan Risva dan Riza dari tadi hanya mengamati gerak-gerik anak-anaknya, mereka berdua terlihat sangat senang dengan kedekatan Dafi dan Ciara.
“Sepertinya sifat keras kepala Dafi mulai luntur ya mas” Ucap Risva terlihat senang
“Iya sayang, mereka pasangan yang cocok sama seperti kita” Jawab Riza menggoda istrinya
“Apaan sih kamu, mas” Sahut Risva dengan wajah merona
“Malu ya ? udah lama kita gak olahraga malam, aku kangen loh sayang” Ucap Riza
“Mas ih, nanti kedengeran sama anak-anak” Jawab Risva langsung melihat ke arah anak-anaknya
“Hehehe, maaf” Balas Riza sambil cengengesan
Sementara itu, Ciara masih dengan cekatan menyuapi Dafi hingga tibalah suapan terakhir.
“Buka mulutnya lagi, ini terakhir” Ucap Ciara
“Gak, yang terakhir buat lo” Tolak Dafi
“Buat kamu aja” Jawba Ciara
“Mau melawan ucapan suami ?” Ancam Dafi
“Nggak, ini aku makan” Jawba Ciara kemudian memasukkan satu suapan itu, Ciara ke dalam mulutnya dan menguyah dengan senang hati.
Sedangkan Dafi dari tadi mengulum senyumannya.
“Cantik” Gumam Dafi dengan bibir yang tanpa sadar terangkat membentuk sebuah senyuman