Sepuluh tahun setelah dunia porak-poranda akibat perang nuklir, para penyintas hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Monster hasil mutasi berkeliaran, kelaparan menjadi musuh sehari-hari, dan manusia yang seharusnya saling membantu justru menjadi ancaman paling mematikan.
Di tengah kekacauan itu, sekelompok pejuang mencoba bertahan, menggenggam harapan tipis di dunia yang nyaris mati. Dalam upaya mereka untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi global ini, akankah mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chubby Lion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan
Dengan bantuan Kai, Lira mulai mengambil jantung dari.mayat mutasi tingkat empat tersebut, komponen yang berharga dan dibutuhkan. Setelah selesai, mereka membawa hasilnya kembali ke zona aman, dimana Deren, dan Elen sedang menunggu mereka, serta Kael yang masih berada dalam kondisi pingsan.
Kai dan Lira melangkah dekat secara perlahan dan melambaikan tangannya.
“Bagaimana situasi di sana?” tanya Elen.
“Semuanya terkendali, komandan Revar telah mengalahkan mutasi itu. Kita juga telah berhasil membersihkan wilayah ini."
"Mungkin perlu sedikit konfirmasi tambahan,"ucap Lira menatap kearah Deren.
"Ya ya, aku tau tugasku." Deren segera melakukan tugasnya dalam memeriksa kondisi disekitar.
"..."
"sudah aman seharusnya, disekitar sini mutasi-mutasinya telah teratasi semua,"ucap Deren.
"Baiklah, terima kasih semuanya atas kerja keras kalian hari ini, akhirnya misi kita selesai juga."
"Walaupun kita mengalami sedikit kesulitan, tapi semuanya masih tergolong lancar bukan?"ucap Kai
"Ya sekarang wilayah Gorgon seharusnya sudah siap untuk dikonstruksi, ini kabar baik untuk Radovile," lanjut Lira.
"Ey mataharinya udah mau tenggelam tuh, sebaiknya kita segera kembali,"ucap Kai menaruh kedua tangannya dibelakang kepala.
Bersamaan dengan ajakan Kai, perlahan Kael mulai merasa lebih baik dan siuman, semuanya segera mengerumuni Kael dan bertanya mengenai keadaannya.
"Kael? kau sudah bangun?"tanya Kai
"Jangan terlalu banyak bergerak, dirimu masih tidak dalam kondisi prima"ucap Elen.
"Uhk... apa yang terjadi? mengapa aku disini?" tanya Kael
Setelah memastikan kondisi Kael, Lira dan Kai menjelaskan apa yang terjadi setelah Kael pingsan.
"..."
"Singkatnya, dirimu telah menjadi seorang Radiant Kael, selamat ya."ucap Kai tersenyum.
"Kekuatanmu mungkin belum begitu terkontrol dengan baik, tetapi secara perlahan dirimu akan menjadi terbiasa dan semakin berguna di misi-misi mendatang.”
"Kemampuan radiantmu juga sangat menakjubkan dan energik,"ucap Lira berusaha menghibur Kael.
"Ya!! itu meledak-ledak!!"seru Kai sangat antusias.
Saat mereka mengobrol, tanpa mereka sadari seseorang mengawasi dari kejauhan, sosok berjubah hitam dengan mata merah menyala, berdiri di atas gedung tua, memperhatikan setiap gerakan mereka.
Setelah beberapa saat, ia berbalik dan melompat dari satu bangunan kebangunan lain dengan cepat, menghilang dibalik bangunan tanpa meninggalkan jejak.
"Oyyy mau sampai kapan kita disini, ayo pulang,"ajak Kai sudah merasa bosan.
Kael mengangguk dan bangun perlahan.
Ketika bulan mulai menampakkan dirinya, tim itu melangkahkan kaki mereka untuk kembali ke Radovile.
Saat sedang dalam perjalanan, sesekali Kael melamun, ia mulai berpiki, dengan kemampuan khususnya saat ini, ia seharusnya bisa memulai progres untuk semakin dekat dengan ingatan yang ia cari-cari.
Walau belum menemukan kepingan ingatan yang baru, setidaknya ini adalah sebuah harapan kecil bagi Kael.
Munculnya sosok merah itu dan kemampuannya ini membuat Kael semakin yakin perlahan ingatannya akan kembali, "Aku pasti akan mengembalikan ingatanku"gumam Kael.
sementara itu Kai juga terlihat melamun sejenak, ia memikirkan semua kejadian hari ini dalam benaknya.
Kai benar benar menyesal menganggap remeh misi ini, ia tidak menyangka mutasi tingkat 1 bisa melukainya begini, ia sedikit tersadarkan bahwa ia harus berubah.
"Aku harus mengurangi kecerobohan ku mulai dari sekarang, huh...."
"Btw, Lira mau traktir aku ayam goreng ga ya?"pikir Kai
"Melamunkan apa?"tanya Lira menatap Kai memergokinya melamun.
"Ah tidak, tidak ada"ucap Kai tersenyum, "sial dia seperti membaca pikiranku."
"Hnmm, jarang-jarang bisa melakukan misi bersama seperti ini, pulang dari sini bagaimana jika kita makan bersama lagi?"tanya Lira
"Ayam goreng??!"tanya Kai lansung antusias dengan wajahnya mendekat kearah Lira.
Lira menghela nafas dan menganggukkan kepalanya.
"Yeahhh, ayo kita percepat langkah kita, ayam aku datang!!"teriak Kai semangat.
BUKK!!!, Kai berujung mendapatkan sebuah pukulan ringan dikepala dari Lira.
"Pelan kan suaramu ini sudah malam!!"tegas Lira.
Misi ini mungkin penuh dengan tantangan, tetapi mereka berhasil melewatinya. Wilayah Gorgon kini akan menjadi bagian dari Radovile dan dunia yang lebih aman perlahan tercipta, selangkah demi selangkah.
Lira, Kai, Deren, Elen, dan Kael akhirnya tiba di Radovile, mereka berjalan menuju ruangan Komandan Revar untuk melaporkan hasil misi mereka.
Aroma khas besi dan kertas tua memenuhi markas Radovile, membuat suasana terasa berat. Namun, sesampainya di ruangan Komandan Revar, mereka menemukan kursi besar itu kosong.
“Sepertinya pria tua itu sedang mengalami sakit punggung,” gumam Kai dengan nada mengejek. Dia melipat tangan di belakang kepala, menatap langit-langit dengan ekspresi santai.
Lira hanya menggeleng pelan, sementara Elen menahan tawa kecil. Sebelum mereka sempat berbicara lebih lanjut, seorang wanita berseragam rapi, sekretaris Komandan Revar, mendekati mereka.
“Komandan Revar sedang beristirahat. Namun, beliau telah memberikan instruksi untuk penghargaan misi kalian,” katanya singkat.
Wanita itu menyerahkan amplop berisi uang kepada masing-masing anggota tim. “Selain itu, kalian juga mendapatkan 3 jantung mutasi tingkat dua untuk masing-masing. Itu akan sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan kalian.”
Mereka semua mengangguk puas setelah menerima hadiah itu kecuali Kai.
"Hunmm kalau aku korupsi aku bisa mendapatkan belasan jantung mutasi tingkat 2, mereka juga tidak akan tau kan?"pikir Kai.
Lira segera berbicara, “Dengan ini, misi kita akhirnya selesai, senang bekerja sama dengan kalian, walau kita baru saja saling mengenal."
"Namun yang kita lakukan hari ini adalah kerja sama yang baik, terima kasih semuanya."
"Jika terdapat misi lagi nanti, mungkin kita akan bertemu di kesempatan yang akan datang.”
"Mari saling menjaga diri masing-masing."ucap Deren.
Kai menepuk bahu Kael, tersenyum lebar. “Oh jangan lupa Lira, janjimu"
"Iyaa"Lira menghela nafas
"Ayo guys, kita makan malam bersama, Lira traktir!!"ucap Kai
"Ikuti aku, aku tau restoran yang bagus" lanjut Kai semangat.
Elen mengangguk antusias, sementara Deren hanya tersenyum kecil.
“Hey aku hanya bilang kita akan makan, aku tidak bilang akan teraktir, bagaimana kalau kali ini menjadi traktirannya Kai,” kata Lira dengan nada bercanda.
"Setujuu"ucap yang lainnya kompak.
"Ehhh aku???" Kai mendesah. “TIDAKKKK DOMPETKU!!!"
"Dompetkuuu..."
Pada akhirnya mereka tiba di restoran bernuansa tradisional di Radovile, tempat yang terkenal dengan hidangan lezat dan suasana hangat. Seperti biasa, Kai memesan ayam goreng favoritnya, sementara yang lain memesan makanan pilihan mereka.
Percakapan penuh canda tawa mengisi ruangan. Mereka mengenang momen-momen lucu selama misi, termasuk kebiasaan Kai yang suka bergumam tanpa sadar.
“Terima kasih atas kerja samanya, semuanya,” kata Lira, mengangkat gelasnya.
“Jika ada kesempatan, mari kita bekerja bersama lagi.”
Mereka semua mengangkat gelas, bersulang untuk misi yang sukses. Malam itu ditutup dengan perpisahan yang hangat sebelum masing-masing kembali ke tempat tinggal mereka dan tentunya dompet Kai yang kini semakin kosong.
Namun, malam yang tenang itu tidak berakhir begitu saja untuk Kael. Saat semua orang tertidur, Kael terduduk di kamarnya, memandangi salah satu jantung mutant tingkat dua yang ia terima. Rasa penasaran dan ingin menjadi lebih kuat menguasainya.
“Aku harus tahu apa efeknya,” gumam Kael.
"Dan aku tidak bisa ragu untuk berkembang, aku tidak punya waktu, aku harus bertambah kuat"
Tanpa ragu, ia menelan salah satu jantung tersebut. Dalam sekejap, kontraksi kuat terasa di seluruh tubuhnya. Otot-ototnya menegang, dan rasa sakit yang luar biasa menjalar ke setiap inci tubuhnya. Kael menggertakkan gigi, mencoba menahan teriakan.
Namun, rasa sakit itu terlalu besar, Kael berusaha menahannya, namun rasanya seperti ditusuk oleh ribuan jarum panas.
Tak kuat menahannya, akhirnya Kael kehilangan kesadaran nya dan pingsan.
Kael lagi dan lagi tiba dialam bawah sadarnya, Kael kembali bertemu dengan sosok merah itu.
Sosok tersebut berdiri di tengah kegelapan, matanya bersinar merah.
“Aku belum sempat memperkenalkan diriku, namaku Redvi, sosok mahakuasa, kau bisa memanggilku Raja!!"
"Namun sekarang aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbincang denganmu, hanya saja aku ingin menyampaikan beberapa hal"
Sosok tersebut mendekat dan menyentuh Kael, menunjuk jantungnya."Dirimu spesial Kael, diantara orang-orang lain kamu adalah yang spesial,” kata sosok itu dengan suara berat.
“Kau harus sadar akan itu dan segera meningkatkan kekuatanmu, ketika ingatanmu kembali, lebih banyak masalah akan muncul."
"Dunia ini tidak akan memberimu waktu untuk bersantai.”
Kael mencoba mendekat. “Siapa aku sebenarnya? Apa yang terjadi padaku?”
Sosok merah itu hanya menggeleng. “Jawaban itu ada di dalam dirimu, ada alasan aku tidak memberitahumu secara lansung"
"Namun ketika saatnya tiba, kau akan mengetahuinya dan jangan sia-siakan waktumu, Kael....”
"Jangan..."sebelum kalimat dari sosok tersebut selesai dan sebelum Kael bisa bertanya lebih banyak, bayangan sosok tersebut segera memudar.
Sinar mentari mengenai kelopak mata Kael, pagi telah datang, dan Kael terbangun dengan keringat yang membasahi dahinya.
Ia memandang keluar jendela, di mana cahaya matahari pagi mulai menyinari Radovile. Meski tubuhnya masih terasa sedikit lemah, ia merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya.
"...."
"ini terasa berbeda"
Kael mengepal tangannya, saatnya melangkah sedikit lebih maju.