Arumi tidak menyangka. Jika tawa Ibu mertua nya selama ini, hanya lah untuk menutupi lu-ka yang ada di dalam diri nya. Ibu mertua yang begitu baik, ternyata selama ini hidup tersik-sa di rumah nya. Beliau bukan hanya di sik-sa oleh kakak ipar nya Arumi. Tapi juga Abang ipar nya. Mereka berdua, benar-benar manusia yang tak punya hati.
Sanggup kah Ibu mertua nya Arumi bertahan dengan kelakuan anak dan menantunya? Atau, apakah Arumi bisa membawa Ibu mertuanya pergi dari neraka itu?
Ayo temukan jawaban nya langsung! Baca nya jangan lompat-lompat, ya. Biar author semangat nulis nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Bu Aminah dan Arumi tiba di rumah di sore hari. Mereka sengaja jalan-jalan terlebih dahulu. Arumi ingin membuat Bu Aminah nyaman sebelum mereka pulang.
Sesampainya di depan rumah, Ayu dan Dika sudah menunggu. Entah apa yang mereka lakukan di sana. Arumi tidak mau peduli.
"Enak ya. Setiap hari jalan-jalan dan makan diluar." Ucap Ayu dengan wajah sinis nya.
"Ya enak dong. Situ mau? Maka nya, suami nya di suruh kerja, dong."
Arumi pun membalas perkataan Ayu tak kalah sinis. Ia harus membalas wanita itu kali ini. Enak saja, semua yang di beli Arumi malah di ambil seenak nya oleh nya.
"Heh! Sembarangan kalau bicara. Suami ku kerja kok. Cuma,,"
"Cuma apa? Cuma masih malas? Karena selama ini, suami ku Bang Romi selalu ngirim uang?"
"Arumi! Kamu ini jadi adik ipar, tak ada sopan-sopan nya, ya."
"Udah ah, aku capek. Habis jalan-jalan sama Ibu. Yuk, Bu. Kita masuk dan istirahat."
Arumi menggandeng tangan Ibu mertua dan membawa nya masuk. Sedangkan Ayu dan Dika, mereka sudah sangat kesal.
Arumi mengantar Bu Aminah terlebih dahulu ke kamar nya. Betapa terkejutnya ia, saat melihat kamar sudah acak-acakan. Bungkusan jajan, berserakan kemana-mana.
Doni, anak Dika dan Ayu, sedang bermain ponsel dan makan cemilan di atas tempat tidur.
"Bu, diam dulu di sini. Biar Rumi kasih dia pelajaran."
Arumi masuk ke dalam kamar dan langsung menggendong Doni. Ia membawa nya ke luar. Arumi langsung meletakan Doni ke atas Dika dan Ayu yang sedang santai sore itu.
"Eh,,eh,,eh apa ini?"
"Ambil kembali anak mu! Jangan tahu nya buat rusuh saja."
Huwaaaaaaa
Doni menangis karena terkejut. Ia sedang asyik bermain ponsel dan makan cemilan. Lalu tiba-tiba, Arumi malah mengangkat nya dan membawa nya keluar.
"Hey Arumi! Berani sekali kamu membuat anak kami menangis."
"Lah terus kenapa? Kan tidak aku apa-apa in. Kalian itu, harus tanggung jawab jadi orang tua. Jangan tahu nya, buat saja."
Arumi pun langsung masuk kembali, dan membereskan kamar mertua nya. Semua barang-barang Doni dan jajan yang berserakan, ia kumpulkan menjadi satu.
Setelah semua nya terkumpul menjadi satu, semua itu di lemparkan ke dalam kamar Ayu dan Dika.
Bam
Bum
Tam
Tum
Suara barang-barang yang dilemparkan, membuat mereka semua masuk ke dalam dan melihat.
"Sayaaaaang,, kenapa kamar kita jadi begini?" Ayu berteriak saat melihat kamar mereka yang berantakan.
"Arumi, kamu mau cari masalah lagi?"
"Tidak. Kalian yang selalu cari masalah. Itu kamar Ibu. Kamar yang kami buat khusus untuk Ibu. Jangan seenaknya buat kotor, dong."
"Haaaa,, kamu ini minta di ha-jar ya. Habis sudah kesabaran ku menghadapi perempuan lak-nat seperti kau ini, Arumi."
Plak..
Wajah Dika di tam-par oleh Arumi. Arumi kesal sekali saat mendengar apa yang dikatakan oleh Abang dari suami nya itu.
Mereka yang salah. Tapi mereka juga yang malah marah.
"Sekali lagi kau menghina ku, bakal rontok tu gigi! Aku nggak peduli jika kau adalah saudara dari suami ku. Jika kau mengganggu Ibu mertua ku. Berarti kau juga mengusik ku."
Arumi langsung pergi setelah mengatakan hal itu. Walaupun kesal, ia tidak melanjutkan lagi amarah nya.
Arumi meninggal kan keluarga itu dan kembali lagi menemui Ibu mertua nya.
"Bu, kamar Ibu sudah bersih. Ayo Ibu istirahat kembali. Bu, ini kamar Ibu. Dan hanya Ibu yang boleh tidur di sini. Rumi dan Bang Romi, tidak ingin siapapun ada yang mengusik Ibu."
"Terima kasih, Arumi."
*****
Sepeninggal Arumi, Ayu dan Dika pun membersihkan kamar mereka. Doni, seperti biasa hanya bermain ponsel dan santai.
"Sampai kapan kita akan hidup begini. Aku capek. Aku tidak sanggup lagi. Aku mau pulang saja ke rumah Ibu ku." Ucap Ayu.
"Sayang, jangan begini dong. Kamu harus mengerti aku."
"Aku udah nggak nyaman lagi tinggal di sini. Semenjak penyihir itu datang, kita tidak bisa lagi berkuasa di rumah Ibu."
"Kamu tenang saja. Akan adukan kejadian hari ini pada Romi. Biar dia tahu, Istri seperti apa yang telah ia nikahi. Kamu tenang saja sayang. Serahkan semua nya pada ku." Ucap Dika sambil membelai lembut kepala Istri nya itu.
Dika pun mengambil ponsel nya. Ia mencoba untuk menghubungi Romi.
Tut
Tut
Tut
"Halo. Ada apa, Bang Dika?"
"Romi, tolong kami. Istri mu itu sudah gi-la. Berani sekali dia menam-par Abang mu ini. Bukan itu saja, dia juga berbuat hal yang tidak baik pada Doni."
"Oh."
"Kok cuma, oh?"
"Terus, Romi harus bagaimana?"
"Kau harus bayar biaya untuk pengobatan Abang. Wajah Abang sa-kit ni, di buat nya."
"Baiklah."
Tut.
Panggilan pun berakhir. Dika senang sekali saat Romi mengatakan akan mengirim kan uang. Hal ini, bisa ia manfaatkan untuk kehidupan nya.
"Bagaimana, sayang?"
"Tenang saja. Sebentar lagi, Romi akan kirim uang. Sabar ya sayang. Nanti malam, kita bisa jalan-jalan dan makan enak."
"Benarkah sayang?"
"Tentu saja. Pasti Romi lebih percaya pada Abang nya ini."
Dika dan Ayu sudah terlalu berharap. Mereka sudah menghayal akan jalan-jalan nanti malam dan makan makanan enak.
Mereka tahu, biasa nya Romi akan mengirimkan banyak uang pada mereka seperti sebelumnya.
Namun, satu hal yang mereka lupa. Romi saat ini, tidak sebodoh itu. Romi sudah lebih dulu menghubungi Arumi dan Arumi pun, menceritakan apa yang terjadi.
Tok
Tok
Tok
Pintu kamar di ketuk. Dika dan Ayu pun saling menatap satu sama lain.
"Cepat buka. Siapa diluar."
"Siapa lain. Kalau bukan Ibu, pasti Arumi. Mungkin dia mau minta maaf pada kita."
Dika dengan cepat membuka pintu kamar itu. Dan benar saja seperti dugaan nya. Arumi berdiri di sana sambil menatap wajah Abang ipar nya itu.
"Enak, di marahi?" Ucap Dika.
"Nih, ambil."
Arumi memberikan sesuatu yang ada di dalam amplop.
"Apa itu?" Tanya Dika pura-pura tak tahu.
"Titipan dari Bang Romi. Tadi Bang Romi menghubungi ku."
"Oh,, bagus deh kalau begitu. Kalau memang tak ada lagi yang mau di katakan, kamu boleh pergi." Usir Dika.
Arumi pun tak ingin berlama-lama. Ia langsung pergi sambil sesekali terkikik geli.
Dika dan Ayu, tidak sabar ingin membuka amplop. Mereka mengira, pasti banyak uang di dalam nya.
"Sayang, cepat buka."
Dika langsung membuka amplop tersebut. Namun, saat mereka membuka amplop tersebut, mereka begitu terkejut.
Pecahan uang seribu dan uang logam keluar dari amplop tersebut. Total nya, Sepuluh ribu rupiah.
Ada kata-kata yang tertulis di sana. Dan kata-kata itu, membuat mereka benar-benar kesal.
"Bang, ini uang untuk beli salep. Lain kali, kalau mau uang, ya kerja. Arumi masih baik loh, udah mau kasih jajan."
Hihihihi
"Arumiiiiiiiiiiiii."
mau ku getok 🔨
biar encer lgi tuh otak apa ya bikin esmosi aja
tp q rasa kek gitu juga krn bu aminah sllu membela kali jd kyk gtu juga 🤔
wis lah sakarep mu dik