"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DRAMA
"PLAK"
"Maksud kamu apa bicara begitu Al? Ini anak aku, jelas saja aku yang merawat anak ini." pekik Kara membuat seisi kantin menatap kearahnya.
Sontak saja Ares panik melihat keributan ini, terlebih membahas hal yang cukup sensitif. Bisa-bisa nanti semua tau jika Kara hamil anaknya, diapun segera menarik tangan Alle dengan sangat kasar. Padahal dia masih tersungkur di lantai akibat tamparan Kara yang begitu keras.
"Kak Ares pelan." Alle sampe terseret-seret, karna langkah kaki Ares yang begitu cepat dan terburu-buru. membuatnya kesulitan untuk menyamakan langkah kaki pria itu.
Sampai disudut toilet yang begitu sepi, Ares menghempaskan tangan Alle hingga tersungkur ke lantai, membuat lutut Alle berdarah.
"Kak Ares sakit." ringis Alle sembari mengusap kakinya yang terasa nyeri untuk kedua kalinya.
"Gue udah bilang berkali-kali Al, jangan bahas masalah Kara hamil di kampus, apa Lo tuli? Gue udah diam dengan sikap gila Lo selama ini tapi Lo udah keterlaluan. Selain Lo mempermalukan gue, Lo juga udah mempermalukan Kara."
Allesya mendongak dengan mata berkaca-kaca, tak nyangka jika Ares mampu membentaknya dan berprilaku kasar seperti itu.
"Kak sebenarnya ada apa? Aku cuma mau tau sebenernya apa yang terjadi. Kenapa kakak mau tanggung jawab sama kandungan Kara, Kakak bukan orang yang mengahamili dia kan?" meskipun agak takut karna kemarahan Ares yang terlihat masih membara, dia memberanikan diri untuk bertanya.
Ares meggusak rambutnya dengan kasar, wajahnya begitu terlihat frustasi. "Diam Al, udah gue bilang, gue bosan sama Lo, dan gue emang udah menjalin hubungan sama Kara udah lama, gue selingkuh sama dia di belakang Lo."
"BOHONG!!" teriak Alle keras.
"Terserah." terlampau kesal, Ares berbalik mengabaikan Alle yang terus-terusan memanggil namanya.
"Sampai aku belum tau yang sebenarnya apa yang terjadi, aku ngak akan menyerah kak. Aku percaya kakak ngak mungkin Setega itu, dan sebejat itu. Aku yakin."
********
Sedangkan di kantin Kara masih ditenangkan sepupunya, Saskia. Wanita yang membuly Alle waktu itu bersama kedua dayangnya yang setia mengikuti.
"Gila emang cewek itu, ngak terima Ares beralih cinta dengan Lo jadi gitu, keterlaluan banget."
"Aku ngak tau cara agar Alle memaafin aku, apa aku salah kalau membalas cinta kak Ares, padahal mereka juga udah putus sebelumnya. Apa seharusnya aku ngak terima cinta kak Ares?"
"Apa sih, emang Alle saja yang ngak tau diri. Udah jangan pikir dia, yang penting Lo udah milih Ares."
"Sas, apa aku minta maaf aja sama Alle yah. meskipun ucapannya jahat tapi aku tadi udah keterlaluan. Malah tampar dia, pasti dia sekarang sedang kesakitan."
Semua orang berbisik-bisik membicarakan Alle yang seolah-olah gila karna Ares lebih memilih Kara dan memutuskannya. Bahkan tak sedikit yang mencibir jika selama ini sebenarnya Ares sudah tidak tahan dengan sikap Alle, hingga ada juga yang menghancurkan, jika emang sebelumnya Kara dan Ares selingkuh, bukan menjalin hubungan saat hubungan Ares dan Alle masih terjalin. hingga hamil, tidak ada seorangpun yang membela Alle, karna memang Alle sependiam itu. Dia di kampus hanya dekat dengan Ares seorang.
Hingga saat Ares hilang dari hidupnya, dia juga seolah kehilangan pegangan hidup.
Saat Ares sampai disana, Kara segara mendekati pria itu.
*Ares, Alle tadi kemana? Aku mau minta maaf sama dia, dia pasti kesakitan. Aku reflek tampar dia tadi."
"Udah biar aja, dia pantas mendapatkannya."
"Tapi aku benar-benar ingin minta maaf. Dia tadi dimana Ares." Kara sampai menggoyang-goyangkan lengan Ares sangking ingin taunya wanita itu dimana berada.
"Di toilet." balas Ares singkat, memang tadi saat dia belum benar-benar pergi, dia sempat melihat Alle berjalan menuju toilet.
"Makasih."
Namun baru saja akan beranjak, tangan Kara di tahan Ares, membuat wanita itu menatap Ares bingung.
"Kenapa?"
"Sebaiknya kamu jangan kesana, suasana hatinya dengan ngak baik-baik saja. Aku takut dia malah ngelakuin yang nggak-nggak sama kamu."
Kara tersenyum melihat Ares yang begitu perhatian kepadanya, bahkan banyak para mahasiswa dan mahasiswi dibuat baper dengan adengan manis yang disuguhkan itu.
"Astaga manis banget sih." ujar salah satu diantaranya.
"Kara baik banget deh, kalau gue tadi bukan cuma gue tampar, malah gue garuk mukanya biar cepat sadar."
"Lebih cocok sama yang ini daripada sama si Drama Alle."
"Kara lebih elegan jika sama Ares, bukan kaya Alle manja, bikin jijik."
"Aku ngak apa-apa Ares, Alle ngak mungkin kayak gitu." setelah melepaskan tangan Ares dari lengannya, Kara berjalan menuju toilet dimana Alle berada.
Dan benar saja, disaat membuka pintu toilet dia melihat Alle yang tengah menangis di wastafel sembari menunduk dan menutup wajahnya.
Dan begitu melihat seorang yang masuk diapun segera menghapus air matanya dan mendongak, lalu menatap Kara yang tersenyum melihatnya.
Belum sempat Kara mengucapkan sepatah katapun, Alle sudah berjalan mendekat kepadanya. Lalu mengguncang lengan Kara dengan cukup keras.
"Kara bilang sama aku, sebenarnya anak yang kamu kandung itu bukan anak kak Ares kan? Atau kak Ares hanya bersandiwara. Ngak mungkin kak Ares mengkhianati aku, tolong Kara bilang yang sejujur-jujurnya."
Kara menatap Alle perihatin, lalu menggenggam tangan wanita itu yang masih mengguncang tubuhnya. Sebelum akhirnya mendorongnya dengan kuat hingga membuat Alle tersungkur jatuh dengan cukup keras.
Melihat itu Alle terkejut bukan main. "Ra..."
"Apa? Ngak percaya gue bisa ngelakuin itu?" Kara berjalan mendekat dengan wajah sinis, lalu menunduk mensejajarkan tubuhnya dengan Alle lalu dengan tiba-tiba saja, Kara mencengkram rahang Alle, membuat wanita itu meringis sakit. "Lo mau tau apa sebenarnya yang terjadi? Benaran? Apa Lo kuat dengarnya?"
"Apa maksudmu Ra?" Alle bertanya dengan susah payah, karna tangannya masih dicengkram hebat dengan Kara.
"Maksud gue adalah." Kara menghempaskan tangannya hingga cengkramannya terlepas, lalu beralih mengusap perutnya dengan gerakan pelan, terkesan sensual. "Bayi ini hadir karna malam yang begitu panjang, gue masih ingat betul desahan.."
"CUKUP!!" Alle menutup telinganya dengan kuat, dan menjerit.
"Gue belum selesai Al, Lo tadi tanya apa betul ini anak Ares atau bukan. Gue mau menjelaskan."
"Ngak, kamu pasti bohong, kak Ares ngak mungkin begitu."
Kara menaikkan sebelah alisnya sembari tersenyum miring. "Buktinya, dia sendiri yang mengaku kan? buat apa gue maksa Al. Kalau dia benar-benar cinta sama Lo ngak mungkin kan dia ngelakuin ini."
Alle tetap menggeleng tak percaya, lalu bangkit menatap Kara dengan berani. "Ngak mungkin, kamu pasti ancam dia buat tanggung jawab sama kandungan kamu yang entah siapa ayahnya kan?"
Kara menggigit bibir dalamnya dengan kesal, ingin sekali menampar pipi Alle sekali lagi, namun pipi itu sudah merah ditamparnya tadi dua kali.
Hingga tiba-tiba saja terdengar langkah kaki yang sepertinya akan mendekat ke arahnya.
Tanpa Alle duga, Kara malah mencakar pipinya sendiri. Mengacak-acak rambutnya sendiri dan terakhir membenturkan dahinya sendiri ketembok. Lalu bersipuh kelantai dan menunduk.
"Apa yang ..." baru saja Alle akan berucap, tiba-tiba saja pintu terbuka dan di luar sudah banyak orang. Termasuk Ares dan teman-temannya yang menatapnya tak percaya.
Sedangkan Kara, entah sejak kapan sudah menangis tersedu-sedu.
"Kenapa Lo berubah Al, Lo udah keterlaluan." dengan cukup keras, Ares menghempaskan tubuh Alle yang menghalangi jalannya untuk berjalan menuju Kara yang menghalangi jalannya.
"Kamu ngak apa-apa?" Ares berjongkok dan menagkup wajah Kara agar mendongak, dan begitu melihat wajah lebam-lebam dan bekas cakar di pipinya yang masih memerah dan ada darah yang menetes, diapun cemas dan langsung membawa Kara dalam gendongannya.
"Ini ngak yang seperti kakak lihat dia nyakiti dirinya sendiri kak Ares." mencoba menghentikan langkah Ares dan menjelaskan apa yang terjadi.
"Lo keterlaluan Al, Lo monster."