Istri Kesayangan Bule Sultan

Tak terasa, pernikahan Maizah dan Arvid semakin dekat. Persiapannya juga sudah 100%. Tinggal tunggu hari esok di mana Arvid dan Maizah akan sah menjadi pasangan suami istri.

Maizah baru pulang dari Kota setelah perawatan sebelum menikah bersama dengan keluarganya. Mereka satu keluarga melakukan perawatan seluruh badan agar besok di acara pernikahan terlihat lebih segar dan glowing tentunya.

Melati tak lupa membeli oleh-oleh untuk tetangga yang sudah bekerja di rumah. "Ini di ambil ini, satu orang satu ya," ujar Melati setelah semua yang dia beli di simpan di ruang keluarga.

"Weh, makasih ya,"

"Sama-sama. Ayo yang lain ambil juga, makasih yang sudah bantu-bantu,"

Para tetangga mengambil oleh-oleh yang dibeli oleh Melati dengan tertib.

Maizah sudah mulai di make up untuk acara mappacci. Tak lama kemudian Maizah pun selesai. Gadis itu tampak sangat mempesona dengan pakaian adat bugis yang berwarna merah muda. Rencananya untuk akad dia akan memakai yang berwarna Hijau, lalu pada pesta akan memakai warna merah.

Keluarga besar Maizah langsung mengambil foto. Mereka juga foto bersama secara bergantian hingga acara mappacci di mulai.

Dengan didampingi Melati dan Akhdan, Maizah mengikuti prosesi mappacci.

Satu persatu keluarga mengusapkan daun pacci pada kedua telapak tangan Maizah, tak lupa memberikan doa dan nasehat pada calon pengantin. Setelah itu mereka akan memberikan hadiah yang dibawanya. Hadiah itu bisa berubah uang, sarung, pakaian, perhiasan dan lain sebaginya.

Di luar sana orang-orang menjadi heboh setelah Kedatangan pacelleng-celleng. Ini juga merupakan salah satu tradisi di pernikahan.

Keluarga mempelai dari pihak laki-laki akan datang membawa sesuatu serupa jajanan. Jajanan itu terdiri dari snack, mie instan, gula-gula dan jajanan lainnya.

Kali ini Elio datang bersama beberapa pria. Elio membawa sepuluh goodie bag yang penuh dengan jajanan yang di telah di beli.

"Banyak banget!"

"Weh... bawa pulang banyak jajan ini mah,"

"Ayo oy sini-sini udah mau mulai."

Seruan beberapa orang yang bersemangat untuk ikut macelleng-celleng.

"Semuanya harap tenang, nak Elio dan yang lain di sini baru pertama kalinya mengikuti adat kita jadi mohon untuk tidak terlalu riuh." Jelas Akhdan pada semua orang sebelum pacelleng-celleng di mulai.

"Siap!" Seru mereka bersemangat, tak sabar untuk mendapatkan banyak jajanan.

"Baik, silahkan mulai nak Elio. Kalian bisa membagikannya dari sini."

Elio mengangguk mengerti. Untung saja dia juga sudah lancar berbahasa Indonesia. "Terima kasih pak Akhdan,"

Pada tradisi ini jajanan yang di bawa akan di lemparkan hingga bertebaran dan orang-orang akan berlomba-lomba untuk mengambil jajanna tersebut.

Elio yang dibantu oleh tiga pria yang ikut bersamanya mulai melemparkan isi dari goodie bag tersebut.

Suasana malam mappacci itu sangat ramai dan riuh oleh suara orang-orang yang berteriak berlomba-lomba mengambil jajanan yang telah di lemparkan.

"Lagi-lagi!"

Elio dan ketiga pria yang membantunya tertawa lalu kembali melemparkan jajanan itu. "Seru juga yah," gumam Elio ikut tersenyum melihat orang-orang yang begitu bahagia saat mendapatkan jajanan itu.

"Rame banget di luar zah," ucap Melati duduk menghampiri Maizah, membereskan alat-alat mappacci itu karena sudah selesai.

Cukup lama Maizah duduk selama prosesi mappacci tersebut. Ia begitu sangat lega setelah acara ini berakhir. Keluarga, teman dan temu lainnya tak henti-henti datang mappacci. Bahkan kamarnya sudah penuh dengan hadiah dari mereka.

Maizah akhirnya bisa istirahat setelah membersihkan badannya. Berbaring di kasur hingga tertidur pulas.

Tak lama setelah Maizah tertidur Lily datang. Naik ke atas kasur dan duduk di sisi sang Kakak.  Liliy memijat lengan Maizah dengan lembut. Dia tahu bahwa Kakaknya pasti pegal setelah menyelesaikan acara mappacci nya.

Liliy memijat dengan sangat pelan karena Maizah berbeda dengan orang lain. Mungkin di orang lain ini enggak ada rasanya tapi pada Maizah ini sudah keras.

Di balik pintu Melati tersenyum melihat kedua putrinya yang begitu akur. Tak ingin mengganggu dengan pelan Melati menutup pintu dengan pelan agar tidak mengeluarkan suara.

***

Keesokan harinya, hari yang paling di tunggu-tunggu oleh semuanya.  Hari di mana status Maizah akan berubah menjadi istri orang.

Rombongan keluarga Arvid sudah sampai di rumah Maizah. Keluarga besarnya datang untuk menjadi saksi di hari bersejarah ini. Mereka di sambut oleh tetua keluarga Maizah. 

Akad akan dilangsungkan pada pukul sembilan pagi dan Arvid serta keluarga datang pada pukul setengah sembilan.

Keadaan saat ini sangatlah ramai, banyaknya warga yang datang untuk melihat akad berlangsung serta melihat bule-bule yang tampan dan cantik jelita.

Anggota keluarga Arvid tampak membawa seserahan. Masing-masing dari mereka membawa. Tak lupa bodyguard Arvid juga datang bersama mobil yang penuh dengan buah-buahan. Pria itu sangat effort mengikuti semua prosesi adat bugis yang wajib bagi pengantin pria.

Sebelum masuk, Arvid dan keluarga di sambut dengan tari mappaduppa. Tampak sekali Arvid dan keluarga sangat menyukainya. Ada juga dari mereka yang merekam tari tersebut. Setelah tari selesai mereka pun berjalan masuk.

Warga yang datang langsung berebutan mengambil buah. Untung saja semuanya dapat diatasi oleh bodyguard tersebut. Bodyguard itu membuat mereka berbaris dan mengantri untuk mendapatkan buah-buahan tersebut.

Beralih dari sana. Kini Arvid dan keluarga sudah duduk. Karena tidak cukup jika semua keluarga Arvid masuk di dalam rumah jadi sebagian duduk di luar.

Tetap pada pukul sembilan Arvid menjabat tangan Akhdan. Bukan hanya Arvid yang gugup, Akhdan juga sangat gugup. Masih belum percaya bahwa secepat ini dia menyerahkan putri sulungnya pada pria lain.

Sebelum mengucapkan akad, Akhdan dan Arvid mappasitumpu' jari. Di mana ini merupakan salah satu adat bugis dan Makassar. Selain itu Arvid juga membaca alquran sebelum mulai akad.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda  Huan Arvid Magnus bin Halbert Magnus dengan anak, putri saya Kalila Maizah binti Muhammad Akhdan dengan maskawin berupa uang sebesar satu Miliar rupiah, sebuah Rumah, satu unit mobil, sertifikat tanah, tujuh set perhiasan berliah, dan seperangkat alat salat, tunai!"

"Saya terima nikahnya Kalila Maizah Binti Muhammad Akhdan dengan maskawin tersebut, tunai!" Dengan sekali ucap, Arvid dengan lancar mengucapkan akad.

"SAH!"

"Sah!"

"Sah,"

"Sah,"

"Alhamdulillah,"

Romlah dan Melani melotot saat mendengar mahar Maizah. Bukan cuma uang panai nya yang tinggi, ternyata maharnya pun sangat tinggi.

Selama ini hanya uang panai nya yang semua orang bicara. Uang panai sebesar tujuh ratus juta rupiah sudah sangat fantastik, lalu di tambah lagi dengan maharnya.

"Aaa.. selamat ya Mai, kamu udah jadi seorang istri sekarang," Putri dan Citra Memeluk Maizah bergantian.

"Makasih," mata Maizah tampak berkaca-kaca. Dia juga tidak menyangka akan menjadi seorang istri secepat ini.

Setelah membaca doa Arvid masuk ke kamar Maizah bersama tetua keluarga Maizah untuk mappasikarawa.

Arvid tidak dapat menahan senyuman nya saat melihat istrinya yang duduk di tengah-tengah kasur. Arvid serasa tersihir oleh pesona gadis bugis itu.

Setelah mappasikarawa Arvid dan Maizah keluar untuk menandatangani surat nikah. Setelah semuanya selesai pasangan suami istri tersebut duduk di pelaminan.

Jepretan kamera tak henti-hentinya terdengar di telinga. Mengambil gambar maupun video mengabadikan momen yang bersejarah bagi mempelai maupun keluarga mempelai.

Maizah dan Arvid menyambut tamu dengan senyuman. Keluarga besar Arvid sangat senang melihat Arvid dapat tersenyum begitu mudah. Tidak seperti sebelumnya yang sangat datar.

Di pelaminan Arvid tidak melepaskan tangan Maizah dari gengamannya. Bahkan sekali-kali pria itu mengecup punggung tangan sang istri.

Acara selesai saat memasuki waktu salat dzuhur, pengantin baru kita mengganti pakaiannya.

Maizah yang lebih dulu selesai membersihkan badannya dan bergantian pakaian kini duduk di pinggir kasur seraya memainkan gawainya.

Selagi menunggu Arvid yang masih dalam kamar mandi, Maizah membalas pesan dari temannya yang tidak sempat datang. Mereka banyak mengirim hadiah untuk dirinya.

Setelah membalas pesan Maizah menyimpan gawainya lalu berjalan di sudut kamarnya yang sudah penuh dengan tumpukan hadiah hasil mappacci kemarin malam.

Cklek.

Maizah menoleh pada pintu kamar di mana Arvid muncul setelah mandi. Kamar mandi di rumahnya hanya satu dan itu berada di dekat dapur.

"Ini ada baju dan sarung untuk solat," Ucapnya seraya memberikan baju kokoh dan juga sarung pada sang suami.

"Terima kasih honey,"

Arvid pun mengenakan baju kokoh dan sarung tersebut. Maizah juga ikut membantu saat Arvid memakai sarung, dia belum terlalu tahu mengenakannya.

Cup.

"Aku ke masjid dulu ya," Pait Arvid setelah memberikan kecupan di kening sang istri, Maizah hanya mengangguk seraya tersenyum.

Tbc.

...Jangan lupa like dan komen yaa...

^^^Mawar Jk^^^