NovelToon NovelToon
Lovely Lawyer

Lovely Lawyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:74.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.

Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.

Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.

Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidang Pertama

“Elina Garvita Hikmat, Am I right?” tanya Carya.

“Sepertinya aku cukup terkenal.”

“Tentu saja aku mengenalmu. Mentormu adalah orang yang sangat kukenal, Gerald Adrian Novak.”

“Lalu? Apa anda ingin melampiaskan kebencian mu padanya melaluiku?”

“Hahaha.. aku memang tidak menyukainya, tapi tidak membencinya. Dan kamu tidak seistimewa itu untuk mendapatkan kebencianku. Jangan terlalu percaya diri. Ibarat seorang anak, kamu hanyalah bayi yang baru lahir.”

Carya menepuk pelan lengan Elina lalu segera menuju mejanya. Elina tersenyum miring mendapatkan perlakuan meremehkan dari Carya. Wanita itu bergegas menuju mejanya karena sebentar lagi sidang akan dimulai. Satu per satu orang yang akan menyaksikan jalannya sidang memasuki ruangan. Semua peserta sidang langsung berdiri ketika Majelis Hakim memasuki ruang sidang. Majelis Hakim terdiri atas tiga orang Hakim. Satu Hakim Ketua dan dua Hakim anggota.

Hakim Ketua segera membuka jalannya persidangan. Carya selaku Jaksa Penuntut Umum memanggil Santi sebagai terdakwa kasus ini. Santi memasuki ruangan sidang dikawal oleh seorang penjaga. Wanita itu didudukkan di kursi terdakwa. Hakim Ketua memeriksa identitas terdakwa sebelum memulai jalannya sidang.

“Apa terdakwa sudah menerima dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum?” tanya Hakim Ketua.

“Sudah, Yang Mulia.”

“Apa terdakwa dalam keadaan sehat dan siap menjalani pemeriksaan?”

“Siap, Yang Mulia.”

“Apa terdakwa didampingi penasehat hukum?”

“Iya, Yang Mulia.”

Setelah memeriksa terdakwa, Hakim Ketua mempersilakan Jaksa Penuntut Umum untuk membacakan dakwaannya. Carya segera berdiri. Sambil memegang kertas yang berisi dakwaan pada Santi, pria itu memulai dakwaannya. Santi dijadikan terdakwa atas kematian Hadi, suaminya sendiri. Santi terbukti bersalah sudah menghabisi nyawa suaminya sendiri dengan cara menusuk pria itu dengan pisau. Setelah membunuh suaminya, Santi langsung melarikan diri. Tidak ada niatan dari wanita itu untuk menyerahkan diri ke polisi.

“Apa terdakwa mengakui tuntutan Jaksa?” tanya Hakim Ketua setelah Carya selesai membacakan dakwaannya.

“Tidak, Yang Mulia. Terdakwa tidak menolak mengakui dakwaan Jaksa. Terdakwa tidak bersalah!” tegas Elina.

“Apa terdakwa akan mengajukan eksepsi?”

“Iya, Yang Mulia,” jawab Elina.

Wanita itu berdiri dari duduknya. Di tangannya sudah terdapat selembar kertas yang berisi eksepsi untuk Santi. Dalam pembelaannya, Elina mengungkapkan kalau penusukan yang terjadi malam itu adalah bentuk pembelaan diri Santi ketika mengalami KDRT yang dilakukan suaminya. Dalam keadaan panik, Santi segera meninggalkan TKP. Elina juga mengungkapkan bahwa kematian Hadi bukan disebabkan oleh tusukan Santi. Melainkan ada pelaku lain yang memanfaatkan situasi dan membunuh Hadi. Menyamarkan kejadian itu sebagai pembunuhan yang dilakukan oleh Santi.

“Apa anda bisa membuktikan apa yang anda sampaikan?” tanya Carya.

“Saya tidak akan mengatakan ini kalau tidak bisa membuktikannya. Yang Mulia, saya meminta waktu untuk menyusun pembelaan, melampirkan bukti dan menghadirkan saksi.”

Hakim Ketua lebih dulu berdiskusi dengan dua Hakim Anggota. Setelah mendapat kata sepakat, Hakim Ketua mengatakan keputusannya.

“Baiklah, sidang akan ditunda selama satu minggu. Minggu depan sidang akan dilanjutkan dengan menghadirkan bukti dan saksi. Sidang ditutup!”

Hakim Ketua mengetuk palu sebanyak tiga kali yang menandakan sidang sudah berakhir. Hakim Ketua beserta dua Hakim Anggota keluar dari ruang sidang. Sontak semua peserta sidang berdiri sebagai tanda penghormatan. Santi dibawa keluar dari ruang sidang oleh dua petugas. Elina sendiri masih bertahan di mejanya. Dia tengah membereskan berkas yang dibawanya. Carya mendekati meja Elina.

“Kenapa kamu meyakinkan terdakwa menolak gugatan? Apa dia tahu kalau dia menolak dan tidak bisa membuktikan dirinya tidak bersalah, maka hukuman yang dijatuhkan padanya akan lebih lama? Jangan memberikan harapan palsu pada klienmu. Lebih baik yakinkan dia untuk menerima gugatan dan aku akan bermurah hati menuntutnya dengan hukuman ringan.”

“Kenapa? Anda tidak percaya diri bisa memenangkan kasus ini dariku?”

“Hahaha.. lucu sekali. Kamu dan Gerald benar-benar memiliki persamaan. Kesombongan.”

“Dengan segala hormat, Jaksa Penuntut Umum. Apa yang saya lakukan tadi bukanlah kesombongan, tapi kepercayaan diri. Saya harap kita bisa bertarung secara adil di hadapan Majelis Hakim. ada hidup seorang Ibu yang dipertaruhkan di sini.”

“Apa kamu yakin Santi bukan pembunuhnya?”

“Apa anda yakin kalau Santi pembunuhnya?”

“Tentu saja. Bukankah berkas dan bukti yang dilaporkan polisi sudah jelas semua?”

“Ya. Dan saya tahu anda memaksa polisi yang bertugas untuk segera melakukan P21. Apa saya salah?”

“Buktikan mulut besarmu itu!”

Dengan kesal Carya segera meninggalkan meja Elina. Pria itu merapihkan berkasnya yang ada di meja lalu bergegas meninggalkan ruang sidang. Elina menghembuskan nafas panjang sepeninggal Carya. Harus diakui kalau pria itu memiliki aura intimidasi yang begitu besar. Elina mengambil tasnya dan bermaksud meninggalkan ruang sidang. Di dekat pintu, nampak Gerald menunggunya.

“Apa Abang sengaja datang ke sini?”

“Tidak, aku kebetulan lewat. Aku ada sidang lain,” Gerald memperlihatkan berkas di tangannya.

“Bagaimana Carya?” tanyanya lagi.

“Oh dia menyebalkan sekali.

Terdengar kekehan dari mulut Gerald. Bersama dengan Elina, pria itu meninggalkan ruangan persidangan.

“Aku harap kamu bisa memenangkan persidangan ini.”

“Aamiin.. semoga saja. Tapi aku tidak yakin bisa menemukan pembunuh aslinya.”

“Tidak ada kejahatan yang sempurna. Orang itu pasti meninggalkan celah walau pun kecil. Kamu hanya perlu menemukan celah itu.”

“Terima kasih, Bang.”

“Hai El!”

Percakapan Elina dan Gerald terhenti ketika Zahran mendekat. Gerald hanya menghembuskan nafasnya ketika melihat sang rival mendekat. Kedua pria itu memang memiliki ketertarikan yang sama pada Elina dan keduanya pun memahami perasaan masing-masing.

“Sudah selesai sidangnya?” tanya Zahran sesampainya di dekat Elina.

“Sudah.”

“Aku juga sudah selesai. Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Perutku lapar.”

“Di tempat kemarin?”

“Iya.”

“Oke. Bang Ge, aku pergi dulu ya. Sukses buat sidangnya.”

Hanya anggukan kepala saja yang diberikan oleh Gerald. Elina dan Zahran segera meninggalkan Gerald. Keduanya segera menuju mobil masing-masing. Gerald masih terpaku di tempatnya, memandangi Elina dan Zahran. Setelah keduanya menghilang dari pandangannya, barulah Gerald melangkah pergi.

***

Berdasarkan informasi yang didapat dari Santi, Elina mendatangi warung remang-remang di mana Lani bekerja. Wanita itu datang di pukul delapan malam. Fathir lebih dulu tiba di sana. Pria itu menempati salah satu meja sambil menikmati kopi hangatnya. Tak lama kemudian Elina mendatangi warung tersebut. Pengunjung warung yang semuanya laki-laki melayangkan pandangannya pada wanita itu. Fathir langsung bersikap waspada. Berjaga-jaga kalau ada yang berusaha mengganggu Elina.

Tanpa mempedulikan tatapan para pria yang berada di warung, Elina segera menuju Lani yang berada di belakang etalase. Wanita itu tengah membuat kopi untuk salah satu pengunjungnya. Dia cukup terkejut melihat kedatangan Elina, pasalnya warung tempatnya mengais rejeki jarang bahkan tidak pernah didatangi pengunjung perempuan.

“Dengan Ibu Lani?”

“Iya.”

“Saya Elina, pengacara Ibu Santi. Apa kita bisa bicara?” Elina menyerahkan kartu namanya pada Lani.

“Silakan tunggu di meja yang kosong. Saya ke sana sebentar lagi.”

Elina segera menuju meja yang kosong, sementara Lani menyelesaikan pekerjaannya. Setelah mengantarkan pesanan kopi, wanita itu segera menuju meja di mana Elina berada.

“Apa yang bisa kubantu?” tanya Lani seraya mendudukkan diri di depan Elina.

“Apa anda mengenal Pak Hadi?”

“Ya. Dia pernah datang ke sini beberapa kali.”

“Apa anda tahu kalau dia terbunuh sekitar tiga minggu yang lalu?”

“Ya, saya melihat beritanya.”

“Apa yang anda lakukan di tanggal 24 Maret jam sebelas malam?”

“Aku sudah memberikan pernyataanku pada polisi. Apa aku harus melakukannya lagi?”

“Saya hanya melakukan cross check. Apa yang anda lakukan di tanggal itu?”

“Aku berada di sini. Tanyakan saja pada para pengunjungku.”

“Apa hubunganmu dengan Pak Hadi dekat?”

“Aku dekat dengan semua pengunjungku. Itu hal biasa yang dilakukan olehku kan? Menjaga pengunjung agar tetap datang ke warungku.”

“Apa anda memiliki hubungan istimewa dengan Pak Hadi?”

“Hubungan istimewa? Jangan bercanda. Hubunganku dengannya sama seperti hubunganku dengan pengunjung lainnya.”

“Bukankah Pak Hadi sering memberimu uang? Apa anda tahu, penyebab pertengkaran mereka malam itu karena istri Pak Hadi mengetahui perselingkuhan kalian.”

“Dengar! Aku tidak punya hubungan apapun dengan Hadi!” tegas Lani.

Wajah wanita itu nampak memerah. Elina terus memperhatikan Lani. Jelas wanita itu tidak nyaman dengan perbincangan yang mereka lakukan.

“Anda pernah melayani Hadi di ranjang. Apa anda melakukannya dengan sukarela? Apa suami anda tahu soal itu?”

Rona keterkejutan nampak di wajah Lani. Wanita itu terlihat semakin gelisah saja. Perhatian Elina teralihkan ketika mendengar dentingan ponselnya. Salah satu tim keamanan Hikmat baru saja mengirimkan profil Lani dan suaminya padanya.

“Mungkin nanti anda akan dipanggil sebagai saksi di pengadilan.”

“Kalau saya tidak mau?”

“Berarti itu membuktikan kalau anda terhubung dengan kematian Pak Hadi.”

Tanpa menunggu jawaban Lani, Elina segera bangun dari duduknya. Wanita itu segera meninggalkan warung remang-remang tersebut. Tak lama setelah Elina pergi, Fathir pun segera meninggalkan warung. Dia bergegas mengejar Elina yang hampir sampai ke mobilnya.

“Selidiki soal Mirwan, dia suami dari Lani. Sehari-harinya dia bekerja sebagai supir truk pengangkut gallon air mineral.”

“Oke.”

***

Siapa pendukung Zahran🙋🏻‍♀️

Siapa pendukung Gerald🙋🏻‍♀️

1
fifia
favorit pokok ny
fifia
bau bau nya elina milih zahran
sum mia
Dengan banyaknya dukungan buat El , untuk mencoba bekerja sama dengan Gita semoga dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Gita . mungkin awalnya gita juga akan menolak dan julid tapi semoga kedepannya mereka bisa akur .
aku yakin Gita suka sama Gerald , tapi sayangnya Gerald suka sama Elina . dan pada akhirnya nanti Elina malah mendukung Gita dengan Gerald .
pikiranku terlalu jauh gak sih , tapi namanya juga nebak , bener sukur , kalau salah ya udah berarti gak sesuai dengan ide cerita kak othor . jadi nikmati aja ya El......

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
❤Rainy Wiratama Yuda❤️
Ya udah deh, aku dukung El sama Zahran aja, jadi kesel.juga sama Ge.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
aq tau maksudmu menggiring opini thor. tetep aq pendukungnya bang Ge🤣🤣🤣🤣.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
pointnya itu loh elina. kelak kau akan sadar kemana hatimu lebih lebih pantas berlabuh.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
ga rela oeeekkkkk 🤣🤣🤣🤣
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
zahran cmn bisa menghibur elina tp tidak bisa membimbing dan mengarahkan nya, apalg mslh pekerjaan
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
nah ini yang dibutuhkan seorang elina. yang balance. klo salah blg salah, klo benar blg benar. bkn yg hny bs kasih kata2 mutiara dan penyemangat.
Febri Nayu
kok aku lebih suka el sama Gerald yaa. embuh opoo lebih sreg kesana
Nabila hasir
mak author kayaknya ke zahran deh. padahal nabila pengen El ma bang Ge.
tapi nabila ikutin alurnya mak author deh
Jenong Nong
sebenarnya aku lebih sreg klo elina sm bang Ge... bang Ge tahu menempatkan diri memanjakan bisa memang bisa tegas jg bisa... ❤❤🙏🙏
anonim
baru pertama kali sidang Carya sudah mrepet aja nih...Elina tidak gentar menghadapimu pak Jaksa...tunggu Elina bisa mencari bukti-bukti Santi tidak bersalah
☠ᵏᵋᶜᶟ⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
tapi aku gak suka kalau Elina sama Zahran aku lebih suka sama bang GE😀
Popy Desiana
he he hee... menurut qu apa yg di Arahkan Gerald bener kalo untuk urusan pekerjaan Gerald cocok sama Elina sepemahaman dan tegas... tapi kalau urusan rumah tangga Gerald keras dan pemaksa sedang kan Elina orang nya manja dan gak mau di paksa jadi agak susah menyatukan 2 hati kemungkinan Elina akan sering menangis..
sedangkan sama Zahran , Zahran bisa mengimbangi Elina biar kata Zahran menuruti elina tapi dia bisa membujuk Elina dan mengarahkan insyaallah bahagia terus kalau sama Zahran..
ardiani rosanti
Iya hilalnya udah keliatan,
E..tapi kok aq lebih sreg EL sam bang Ge ya 🤭🤭🤭
Ya walaupun duda sih, kan skrg Duda semakin didepan 🤣🤣🤣
Tapi aq manut aja apa yg ditulis kak icha.,
Siapa tw dgn kasus ini akhrnya El sama Gita bisa jadi bestie ye kan....
Trys gita jadian sama zahran 🤣🤣🤣
Lila
bang ge sdng mempersiapkan diri dg apapun pilihan hati el/Smile/
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
tim Gerald pada Ter potek potek hatinya 💔💔🤣🤣🤭
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
kok aku condongnya ke Gerald ya Bun untuk pasangan Elina 🤭tapi balik ke ibun yg punya cerita,mo ma Zahran atau Ge yg penting tulus mencintaimu Elina.
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
bun bun bun pleaseee elina lgi keasal itu jnagan bkin dia slah pilih,zahran ksih jdooh yg lain aja bun😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!