Istrimu Ingin Bercerai

Mereka berdua lantas melanjutkan mengobrol, tiba-tiba Dilan melihat jam di tangannya, lalu berkata: "Aku ada janji temu dengan karyawanku, dia mau mengenalkan aku kepada orang yang ahli dalam algoritma, katanya sih orang itu baru saja balik ke negara ini, kebetulan kita bertemu di sini, bagaimana kalau sekalian kamu ikut?"

Clara menggelengkan kepalanya: "Aku masih belum kenal dengan karyawannya, mungkin lain kali saja."

"Oke deh."

Tak lama Dilan pergi, Clara melihat Maya kakak sepupu Erwin berjalan menghampirinya.

Clara juga melihatnya di berita.

Dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu di sini.

Clara pun menyapanya, "Kak Maya"

Maya tidak langsung menjawabnya, dia menatap Clara sambil mengerutkan kening: "Kenapa kamu ada di sini."

"Hari ini perayaan ke 100 universitas Nano, jadi aku datang untuk melihat-lihat saja."

Kalau saja Clara tidak mengatakannya, Maya pasti lupa kalau Clara juga alumni universitas Nano.

Selain dosen dan mahasiswa aktif, semua yang hadir dalam acara tersebut adalah alumni kehormatan yang sengaja diundang oleh pihak kampus.

Tapi kenapa orang seperti Clara yang bukan siapa-siapa bisa juga hadir?

Lupakan saja.

Asalkan wanita itu tidak sembarangan bicara, mempermalukan keluarga, Maya malas mengobrol dengannya.

Memikirkan hal itu, Maya pun mengutarakan tujuannya, dan berkata, "Arya bilang dia ingin makan masakanmu, Aku akan minta orang mengantarnya ke tempatmu nanti."

Arya adalah putra Maya, usianya lebih tua satu atau dua tahun dari Elsa.

Pernikahan Maya tidak begitu harmonis, beberapa tahun terakhir dia sangat sibuk dengan pekerjaannya hingga anaknya jarang terurus, jadi dalam dua tahun ini Arya semakin memberontak, Maya pun semakin susah untuk mengaturnya.

Mengetahui Arya sangat suka memakan masakan Clara, Maya lantai sering menitipkannya di tempat Clara selama 2 tahun ini.

Tidak ada yang peduli kepadanya, selain nenek di keluarganya.

Anak remaja cenderung meniru sikap orang dewasa.

Meski suka masakan Clara, Arya justru merendahkan Clara yang notabene adalah tantenya, dia sering menganggap tantenya sebagai pembantu yang bebas dia perintah.

Sebelumnya demi Erwin Clara selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam menjaga Arya, tidak pernah memasukkan ke dalam hati semua perlakuan tidak hormat kepadanya.

Tapi sekarang Clara sudah bersiap untuk bercerai dengan pria itu, jadi tentu dia tidak ingin melakukannya lagi.

Karena alasan itulah, Clara langsung menolak dan berkata: "Maaf kak Maya, besok aku tidak ada waktu."

Clara sudah bertekad untuk kembali menekuni bidangnya, semua waktu yang dimiliki tentu akan berfokus pada urusannya semata.

Maya tidak menyangka Clara akan menolaknya.

Bagaimanapun dulu, demi mendapatkan perhatian Erwin, Clara selalu berusaha mengambil hati keluarganya.

Hanya saja, Maya tidak terlalu memperdulikannya.

Clara tidak pernah menolak sebelumnya, jadi saat dia mendengar bahwa Clara ada urusan, dia langsung merasa bahwa Clara memang ada urusan, kalau tidak mana mungkin dia akan melepaskan kesempatan menjilatnya?

Meski begitu, Maya tanpa kesal: "Erwin dan Elsa bahkan tidak ada di rumah, Kamu sibuk apa?"

Begitu mendengar ini, Clara langsung tersenyum pahit.

Selama ini, dia rela membuang jati dirinya, hanya fokus pada Erwin dan putrinya.

Jadi saat mendengar perkataan Maya, dia merasa itu tidak salah.

Tapi dia yakin tidak akan seperti itu lagi.

Saat memikirkannya, Clara hendak mengatakan sesuatu, tapi, tidak tiba-tiba muncul beberapa orang berjalan ke arah mereka.

"Bu Maya!"

Terlihat jelas kedatangan mereka untuk bertemu dengan Maya.

Mereka menatap Clara, dari atas sampai bawah lalu bertanya: "Bu Maya, siapa dia?"

Maya tidak mengakui Clara sebagai iparnya, dia lantas berkata dengan nada dering, "hanya teman."

"Oh, teman.."

Mereka semua memang datang untuk menghadiri perayaan ke 100 universitas Nano, tentunya mereka mempunyai status sosial yang tinggi.

Saat melihat Maya bertemu dengan seseorang, mereka mengira seseorang itu adalah orang penting.

Tapi saat melihat sikap Maya pada Clara, tidak ada seorangpun yang memperhatikan Clara lagi, kecuali ada beberapa orang yang merasa dia cantik, dan tidak tahan untuk meliriknya sebentar.

Setelah berkumpul dengan Maya, mereka langsung pergi begitu saja.

Kalau dulu, mungkin Clara akan sakit hati, setiap mendengar Maya tidak mengakuinya sebagai adik ipar.

Sekarang dia masa bodoh.

Selepas kepergian Maya, Clara juga mengambil tasnya, lalu berbalik dan pergi.

Tepat di hari itu sekitar pukul 10.00 malam lebih, pesawat yang ditumpangi Erwin dan Elsa tiba di bandara tepat waktu.

Saat waktu menunjukkan hampir dini hari, barulah mereka tiba di rumah.

Sementara Elsa sudah terlarut dalam tidurnya bahkan sebelum tiba di rumah.

Erwin menggendong Elsa ke atas, saat melewati kamar tidur utama, dia menyadari pintu terbuka, tapi dalam keadaan gelap tanpa cahaya.

Setelah mengantar Elsa ke kamarnya, Erwin kembali ke kamar tidur utama, dia menyalakan lampu kecil di kamar, lalu melirik ke arah ranjang, tampak kosong.

Tidak ada Clara di sana.

Pada saat ini, kepala pelayan kebetulan sedang membawa koper Erwin ke atas, Erwin pun melonggarkan dasi di lehernya, sambil bertanya: "Ke mana dia?"

Kepala pelayan buru-buru berkata: "Bu Clara pergi dinas."

Setengah bulan lalu, kebetulan Erwin tidak berada di rumah saat Clara pergi.

Pelayan menjelaskan kalau Clara membawa koper saat pergi, seharusnya wanita itu pergi untuk urusan pekerjaan.

Tapi ada yang aneh, Clara jarang sekali pergi dinas, kalaupun pergi biasanya hanya 2 sampai 3 hari.

Tapi kali ini sudah setengah bulan dia belum kembali.

Erwin hanya menjawab singkat, tak lanjut bertanya.

keesokan harinya.

Setibanya di perusahaan, Erwin berpapasan dengan Clara.

Clara tidak tahu tentang kepulangan Erwin dan Elsa Maro.

Bertemu tiba-tiba dengan Erwin di perusahaan, membuat langkah kaki Clara terhenti sejenak.

Ada sedikit keterkejutan di mata Erwin saat melihat Clara.

Namun, dia hanya mengira Clara baru saja tiba dari perjalanan dinasnya.

Yah, pria itu tidak berpikir macam-macam.

Ekspresi wajah Erwin tampak datar, bang anggap Clara layaknya orang asing.

Dia berjalan melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam perusahaan.

Jika itu dulu, mungkin Clara akan senang saat mengetahui Erwin kembali ke Maro.

Meski tak bisa memeluknya, Clara akan merasa bahagia hanya dengan menatapnya, seolah dalam dunianya hanya ada Erwin seorang.

Sekalipun sikap pria itu dingin terhadapnya, Clara tetap akan menyapanya dengan ucapan: "Selamat pagi."

Namun kini, Clara hanya menatap wajah tampan itu sekilas lalu menundukkan pandangannya.

Antusias dan kebahagiaan sebelumnya sudah tidak terpancar di wajahnya.

Erwin tentu tidak memperhatikannya dan telah pergi terlebih dahulu.

Saat melihat sosok pria yang tenang dan tegap itu, di benak lara terbersit tentang kapan pria itu kembali.