Dikhianati oleh dua orang yang paling ia percayai—tunangannya dan adiknya sendiri—Aluna Kirana kehilangan semua alasan untuk tetap hidup. Di tengah malam yang basah oleh hujan dan luka yang tak bisa diseka, ia berdiri di tepi jembatan sungai, siap menyerahkan segalanya pada arus yang tak berperasaan.
Namun takdir punya rencana lain.
Zayyan Raksa Pradipta, seorang pemadam kebakaran muda yang dikenal pemberani, tak sengaja melintasi jembatan itu saat melihat sosok wanita yang hendak melompat. Di tengah deras hujan dan desakan waktu, ia menyelamatkan Aluna—bukan hanya dari maut, tapi dari kehancuran dirinya sendiri.
Pertemuan mereka menjadi awal dari kisah yang tak pernah mereka bayangkan. Dua jiwa yang sama-sama terbakar luka, saling menemukan arti hidup di tengah kepedihan. Zayyan, yang menyimpan rahasia besar dari masa lalunya, mulai membuka hati. Sedangkan Aluna, perlahan belajar berdiri kembali—bukan karena cinta, tapi karena seseorang yang mengajarkannya bahwa ia pantas dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Aluna terdiam selama beberapa saat sembari mengamati mimik muka Zayyan yang terlihat sangat terkejut sekaligus kecewa saat mengetahui ada pesanan atas nama Tasya dan Niko.
Aluna tahu meskipun Tasya dan Niko tidak ada hubungannya dengan laki laki itu, namun tetap saja ia tahu apa yang sudah mereka berdua lakukan terhadap Aluna.
"Beberapa hari yang lalu, ibuku dan juga Tasya kemari. Mereka...." belum sempat Aluna melanjutkan perkataannya, Zayyan langsung memotong perkataannya dengan begitu saja.
"Mereka berdua kemari? Kenapa kau tidak memberitahuku mengenai semua ini? Apakah mereka telah melakukan sesuatu yang macam macam kepadamu, Aluna? Demi tuhan tolong jawab aku!" ucap Zayyan dengan nada tidak sabaran.
"Aku hanya tidak ingin kau terlalu mencemaskan keadaanku setelah tahu mereka berdua kemari. Zayyan, kau tenang saja mereka tidak melakukan sesuatu yang macam macam kepadaku." ucap Aluna yang membuat Zayyan menggelengkan kepalanya karena menganggap Aluna terlalu baik memaafkan mereka begitu saja.
"Aluna, aku tahu hatimu itu baik dan lembut. Tapi, apakah kau tidak bisa membuat dirimu sedikit saja mengambil sikap tegas kepada mereka? Ibu dan adikmu sudah mengecewakanmu berkali kali. Kenapa kau masih bisa menerima kedatangan mereka berdua? Dan mengenai pesanan gaun pengantin ini, kenapa kau tidak langsung menolaknya saja?" ucap Zayyan dengan sedikit menggebu gebu karena peduli terhadap Aluna.
"Zayyan, aku tahu kau mencemaskan ku. Tapi aku tidak bisa bersikap tegas dan menolak permintaan Tasya seperti apa yang kau minta lakukan kepadaku. Aku hanya tidak ingin menjadi orang jahat dengan membalas semua perbuatan mereka kepadaku." ucap Aluna.
"Jadi... kau benar-benar akan membuatkan gaun untuk mereka?" suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya.
Aluna berdiri. Ada kegugupan dalam sorot matanya, tapi ia tetap menjaga nada bicaranya tetap lembut. "Aku tidak melakukannya karena aku rela. Tapi karena aku tahu... ini adalah cara terbaik untuk membuktikan kalau aku tidak serendah mereka."
"Aluna," suara Zayyan meninggi, "Mereka menyakitimu. Mereka menusuk mu dari belakang. Dan sekarang kamu malah membantu mereka merayakan hari paling bahagia mereka? Apa kamu nggak sadar seberapa besar ini akan melukai hatimu sendiri?"
Aluna menunduk. Suara Zayyan menggema di seluruh ruangan. Tapi ia tetap berdiri, tak bergeming.
"Zayyan," katanya pelan. "Mereka mungkin sudah salah. Mereka sudah berbuat jahat. Tapi aku percaya, kejahatan tidak bisa dibalas dengan kejahatan. Luka tidak akan sembuh dengan menciptakan luka baru. Aku tidak ingin menjadi seperti mereka."
Zayyan terdiam. Napasnya memburu. Ia menatap mata Aluna, mencoba mencari kebohongan, tapi yang ia temukan hanyalah ketulusan. Ketulusan yang membuatnya semakin lemah.
Ia melangkah maju, lalu menghentikan langkahnya tepat di depan gadis itu. Tangannya terulur, menyentuh pipi Aluna dengan lembut.
"Kamu terlalu baik, Aluna. Terlalu baik untuk dunia ini. Aku takut suatu hari kamu akan terlalu lelah karena terus memberi pada orang yang tak layak."
Aluna tersenyum tipis. "Kalau aku lelah, aku akan istirahat. Tapi aku tidak akan berhenti menjadi aku, Zayyan. Karena ini satu-satunya cara aku bisa tetap berdiri tanpa hancur."
Dan saat itu, Zayyan tahu—ia tidak hanya jatuh cinta pada Aluna karena senyumnya, atau keteguhannya, tapi karena cara gadis itu memeluk luka tanpa harus membalas dengan dendam.
Di tengah butik yang mulai gelap, hanya ditemani lampu meja dan aroma kain baru, dua hati berdiri saling menatap. Dalam diam, mereka saling memahami bahwa dunia tak akan pernah adil. Tapi selama mereka saling menjaga, luka itu takkan pernah sia-sia.
Dan Aluna, dengan segala luka dan keberaniannya, mulai menjahit bukan hanya gaun pengantin, tapi juga masa depannya sendiri—dengan benang-benang keberanian, dan pola yang tak bisa dicuri oleh siapa pun.
itu sakitnya double
bdw tetap semangat/Determined//Determined//Determined//Determined/