Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15
Anya melihat mobil David terparkir di depan rumahnya. Ia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. David sudah menunggunya di ruang tamu. Suasana tegang terasa di udara.
"Anya," sapa David, suaranya lembut, namun di balik kelembutan itu, Anya merasakan kekhawatiran yang dalam.
"David," suaranya sedikit gemetar, nada suaranya menunjukkan kerentanan dan sedikit ketakutan.
Anya duduk di samping David. Keheningan menyelimuti mereka, menekankan berat situasi yang mereka hadapi.
"Kamu baik-baik saja?" tanya David, suaranya penuh kekhawatiran, tatapannya menunjukkan kepeduliannya yang tulus.
"Aku… baik-baik saja," jawab Anya, mencoba tersenyum. Namun, senyumnya terlihat lelah dan paksa, matanya menunjukkan kesedihan yang mendalam.
"Kamu dipecat dari tempat kerjamu?" tanya David lagi, suaranya sedikit lebih serius, menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui berita tersebut.
"Iya, nih. Aku pengangguran sekarang," jawab Anya, senyum pahit menghiasi wajahnya, menunjukkan rasa kecewa dan kehilangan.
"Aku bantuin cari tempat kerja. Kebetulan ada perusahaan desain di bawah naungan perusahaan-ku membutuhkan karyawan profesional sepertimu," ujar David, mencoba menguatkan Anya dengan menawarkan bantuan konkret.
"Aku ingin menenangkan diriku dulu selama beberapa hari ini," jawab Anya, suaranya menunjukkan kebutuhan akan waktu untuk memulihkan diri.
"Kamu menolak bantuanku?" tanya David, suaranya terdengar sedikit kecewa, menunjukkan kekecewaannya karena Anya tampak menolak uluran tangannya.
"Bukan. Aku hanya tidak ingin kamu dipandang rendah karena aku," jawab Anya, menunjukkan perhatiannya pada David dan keluarganya. Nada suaranya menunjukkan rasa bersalah.
"Kamu khawatir padaku?" tanya David, suaranya lembut, tatapan matanya menunjukkan kepeduliannya yang dalam.
"Anggap saja seperti itu," jawab Anya, mengakui kekhawatirannya pada David.
"Bagaimana kamu akan menghadapi berita tersebut?" tanya David, suaranya menunjukkan keprihatinannya.
"Biarkan saja mereka berspekulasi apapun terhadapku. Aku hanya takutkan Kinan. Mereka pasti akan mengatakan Kinan anak haram yang tidak diketahui ayahnya. Aku..." ujar Anya, suaranya gemetar, menunjukkan kekhawatiran terbesarnya adalah pada anaknya. Air matanya mengancam akan jatuh.
"Aku akan membantumu," ujar David, suaranya tegas, menunjukkan ketegasannya untuk membantu Anya. Tatapannya memberikan rasa yakin dan dukungan.
"Bagaimana kamu akan membantuku? Kamu dan keluargamu sudah cukup banyak membantuku selama beberapa tahun ini. Aku harus tahu diri dengan tidak melibatkan kalian dalam hal ini. Aku tidak ingin menyeret martabat kalian ke dalam masalah ini," jawab Anya, menunjukkan rasa bersalah dan tidak ingin merepotkan David lebih lanjut.
David terdiam sejenak, kemudian menarik napas dalam. Ia menatap Anya dengan tatapan yang penuh dengan kekhawatiran dan juga sedikit rasa sayang.
"Anya, menikahlah denganku untuk Kinan," ujar David, suaranya lembut namun tegas, mengungkapkan niat seriusnya.
Anya terkejut. Ia tidak menyangka bahwa David akan mengajukan pernikahan. Ia terdiam sejenak, mencoba untuk mencari kata-kata yang tepat.
"Maaf, David. Aku tidak menerima pernikahan karena anak," jawab Anya, suaranya sedikit gemetar, menolak tawaran David dengan hati yang berat. Namun, matanya menunjukkan rasa hormat dan rasa sayang pada David. Ia mengerti ketulusan David, tetapi hatinya belum siap untuk menerima tawaran itu.
David terdiam sejenak, mencerna penolakan Anya. Ia memahami alasan Anya, namun ia juga tidak ingin melepaskan kesempatan untuk melindungi Anya dan Kinan. Ia menatap Anya dengan tatapan yang penuh dengan rasa sayang dan sedikit kecewa.
"Aku mengerti," kata David pelan, suaranya menunjukkan kekecewaan yang tertahan. "Tapi Anya, aku serius. Aku ingin membantumu. Aku tidak ingin kamu dan Kinan menderita sendiri."
"Aku tahu," jawab Anya, suaranya gemetar. Ia mencoba untuk menahan air matanya. Ia menghargai ketulusan David, tetapi ia juga tidak ingin menghancurkan hidupnya sendiri dan David.
"Aku tidak ingin memaksamu," kata David, suaranya lembut sekali. Ia menjangkau tangan Anya dan memegangnya dengan lembut. "Tapi aku akan selalu ada untukmu dan Kinan, apapun keputusanmu."
Anya menatap tangan mereka yang bergandengan. Ia merasakan hangatnya sentuhan David, merasakan ketulusan dan kepedulian yang ia berikan. Ia mengingat masa lalu yang pahit, mengingat bagaimana ia sendiri dan Kinan pernah sangat terluka dan terabaikan. David adalah satu-satunya orang yang memberikan rasa aman dan perlindungan baginya.
Air mata Anya akhirnya mengalir. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Terima kasih, David," ujar Anya, suaranya sedikit tersedak oleh tangisnya.
David mengangguk perlahan, mengerti kebutuhan Anya akan waktu.
"David, aku ingin istirahat," ujar Anya, suaranya lemah, menunjukkan kelelahan fisik dan mental yang ia rasakan.
"Baiklah. Kamu istirahatlah. Besok aku akan ajak kamu dan Kinan ke pantai," ujar David, suaranya lembut, menawarkan hiburan dan kesempatan untuk menenangkan diri.
Anya mengangguk. David berpamitan dan pergi. Anya bersandar di kursi, matanya menatap langit-langit ruang tamu. Keheningan memberikan kesempatan untuk kenangan masa lalu menyeruak kembali.
Kenangan pahit masa lalu bermunculan di benaknya, seperti gelombang yang menghantam pantai. Keluarga Anya dulu adalah keluarga yang bahagia. Namun, kebahagiaan itu sirna ketika ibunya meninggal karena penyakit. Kehilangan ibu menyebabkan ayahnya patah hati dan tidak fokus pada perusahaan hingga perusahaan ayahnya bangkrut dan memiliki utang yang besar di bank.
Di saat terpuruk itu, tidak satupun keluarga ayahnya yang mengulurkan tangan untuk membantu. Mereka malah dengan lantang mengatakan bahwa Anya cantik dan sudah dewasa, sehingga bisa menjual diri untuk cepat mendapatkan uang yang banyak. Pernyataan kejam itu semakin menghancurkan Anya. Ayahnya terpukul mendengar ucapan saudara-saudaranya, hingga menyebabkan penyakit jantungnya kambuh dan akhirnya meninggal dunia. Anya kehilangan semuanya dalam waktu yang sangat singkat.
Anya kemudian mendatangi pacarnya, Reno, untuk meminta bantuan menyelamatkan perusahaan ayahnya. Namun, yang didapati saat ia menemui Reno di rumahnya adalah pesta pernikahan Reno, padahal waktu itu statusnya masih bertunangan dengan Anya. Penghianatan itu menambah luka di hati Anya.
Bukannya memberikan penjelasan, orang tua Reno bahkan Reno sendiri menghujat Anya dan mengatakan bahwa Anya tidak cocok dengan Reno. Penolakan dan perlakuan kasar itu semakin menenggelamkan Anya dalam kesedihan. Anya pergi dari rumah Reno dengan beribu kekecewaan.
Di pinggir taman, di tengah derasnya hujan, Anya menangis seorang diri. Saat itulah seorang pria tampan yang entah dari mana datangnya, menjulurkan tangannya menawarkan kesepakatan yang menarik. Dialah Arga Danendra. Sosok Arga muncul seperti sebuah pelarian, janji harapan di tengah kesedihan yang mendalam. Anya mengingat semua itu dengan sedih, merasakan betapa berat cobaan yang telah ia lalui.
“Mama, kenapa Mama menangis?”
Anya tersentak dari lamunannya. Suara mungil Kinan, lembut seperti bulu angsa, membuyarkan kenangan pahit yang baru saja ia ungkit. Entah sejak kapan Kinan datang dan duduk di dekatnya, menunjukkan kepekaan anak kecil itu pada perasaan ibunya.
“Sayang, kamu sudah bangun?” tanya Anya lembut, suaranya berusaha tetap tenang, mencoba menutupi jejak air mata yang masih basah di pipinya. Ia merasa sedikit bersalah karena menunjukkan kesedihan di depan anaknya.
“Mama, Kinan memimpikan Papa, tapi wajahnya buram. Kinan tidak dapat melihat wajah Papa dengan jelas. Kinan ingin tidur di peluk Mama, tapi Mama tidak ada di kamar,” jelas Kinan polos, matanya yang besar dan bening menatap Anya dengan penuh pertanyaan, menunjukkan kerinduannya pada sang ayah.
“Jadi, kamu mencari Mama ke sini?” tanya Anya, suaranya sedikit bergetar, menunjukkan sedikit kegelisahan karena Kinan melihat kesedihannya.
Kinan mengangguk. “Mama, kenapa menangis?” Pertanyaan itu kembali terlontar, polos dan lugu, tanpa sedikitpun kecurigaan atau kecanggungan.
Anya tersenyum, usaha untuk menunjukkan senyum yang ikhlas dan menenangkan Kinan. Ia mencoba menghapus jejak air mata yang masih membasahi pipinya.
“Mama tidak menangis, Sayang. Tadi mata Mama kelilipan. Ayo, Mama bawa kamu tidur.”
Kinan menurut, tanpa bertanya lebih lanjut, kepercayaan anak itu pada penjelasan ibunya menunjukkan ikatan yang erat. Anya menggendong Kinan dengan lembut, sentuhannya penuh kasih sayang, namun hatinya terasa berat dibalut rasa bersalah karena telah menunjukkan kelemahannya di hadapan anaknya. Ia harus tetap kuat untuk Kinan.
Ia membawa Kinan ke kamarnya. Dengan hati-hati, Anya membaringkan Kinan di tempat tidurnya, mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang, sentuhan lembut dan penuh cinta itu menunjukkan betapa ia menyayangi Kinan. Kemudian, ia berbaring di samping Kinan, memeluk tubuh mungil putrinya dengan erat, pelukan hangat itu memberikan rasa aman dan ketenangan bagi Kinan.
Dalam kegelapan kamar, Anya memejamkan mata. Bayangan masa lalu masih menghantuinya, kenangan pahit itu seperti bayangan yang sulit dihilangkan. Namun kini ada pelukan hangat Kinan yang memberikan sedikit ketenangan, sentuhan mungil itu memberikan semangat baru untuk Anya. Ia berdoa dalam hati, memohon kekuatan untuk menghadapi semua cobaan yang datang, doa itu menunjukkan keteguhan hatinya untuk tetap berjuang. Untuk Kinan, untuk masa depan mereka berdua. Ia harus kuat. Ia harus bangkit. Untuk Kinan.
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁
Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁