Berjuang sendirian sejak usia remaja karena memiliki tanggungan, adik perempuan yang ia jaga dan ia rawat sampai dewasa. Ternyata dia bukan merawat seorang adik perempuan seperti apa yang dirinya sangka, ternyata Falerin membesarkan penghianat hidupnya sendiri.
Bahkan suaminya di rebut oleh adik kandungnya sendiri tanpa belas kasihan, berpikir jika Falerin tidak pernah memperdulikan hal itu karena sibuk bekerja. Tapi diam-diam ada orang lain yang membalaskan semua rasa sakit Falerin. Seseorang yang tengah di incar oleh Faldo, paparazi yang bahkan sangat tidak sudi menerima uangnya. Ketika Faldo ingin menemui paparazi itu, seolah dirinya adalah sampah yang tidak pantas di lihat.
Walaupun Falerin terkesan selalu sendiri, tapi dia tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam melindunginya. Berada di saat ia membutuhkan pundak untuk bersandar, tempat untuk menangis, dan rumah yang sesungguhnya. Sampai hidupnya benar-benar usai.
"Biarin gw gantiin posisi suami lo."
Dukungannya ya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angel_Enhy17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋇⋆CHAPTER 12 : NO SPACE⋆⋇
Berada di lobby, Falerin sudah merasa jika keadaannya sudah jauh lebih baik sekarang jadi perempuan itu memutuskan untuk kembali bekerja, apa lagi dirinya adalah pemimpin di sebuah perusahaan yang membuatnya harus selalu ada agar tidak ada kekacauan yang terjadi.
Dan baru saja ia masuk ke dalam lift ia menemukan Harka ada di sana tengah memijat keningnya. Ia pikir Harka masih belum terlalu sadar dengan keadaannya yang mabuk kemarin, pria itu menatap ke depan dan melihat keberadaan perempuan itu di depannya. Ia seketika bersikap tegap, canggung setengah mati karena ia tidak mengingat apa yang sudah ia lakukan selama mabuk semalam.
"Pagi, apa kamu sudah lebih baik?" Ucap Falerin dengan senyuman yang membuat Harka seketika tidak bisa berpikir apa-apa, senyuman itu kenapa manis sekali? Karena terlalu kagum, Harka justru tidak membalas dan melamun menatap ke arah Falerin. Perempuan itu pun menepuk bahu lebar itu, membuat lamunan itu seketika buyar.
"Apa? Oh iya, maafkan aku. Aku baik-baik saja, seharusnya aku yang tanya itu bukan kau," Falerin tertawa pelan, sejujurnya ia sedikit malu dan heran. Harka memanggilnya beberapa kali saat mabuk, menangis seperti anak kecil yang tengah rindu dengan ibunya, merengek agar tidak di tinggal ke mana-mana. Hal itu membuatnya sedikit heran, sekaligus terharu.
Falerin melirik ke arah Harka yang tengah menekan tombol lift di sana, ia mengenal pria yang jauh lebih tua darinya itu. Entah kenapa ia baru sadar jika paras Harka bahkan tidak kalah dengan suaminya, walaupun dari segi badan memang lebih besar suaminya tapi jika tinggi badan Harka jauh lebih bisa mendahului.
Apa lagi sikap lembut pria itu saat ketika Falerin merasa sendirian, segala nasehat yang dia berikan layaknya seorang kakak laki-laki. Dia mengkhawatirkan Falerin, melebihi ketika Faldo lakukan. Mungkin karena mereka berdua sudah lama saling mengenal, jadinya semuanya nampak Harka yang menguasai dan serba tahu. Sedangkan Falerin, ia bahkan tidak mengenal Faldo selama itu. Ia tidak begitu memperdulikan siapa pun dahulu.
"Kamu sudah sarapan? Bagaimana jika kita memesan makanan atau camilan saat mengambil rekaman nanti?" Ujar Harka dengan sangat sumringah di sana. Senyuman manis itu seperti membujuk agar dia bisa makan makanan yang dia suka.
"Baiklah, untuk hari ini. Jaga kesehatan dan porsi makan mu, walaupun fans tidak begitu perduli dengan bentuk badan mu,"
"Aku akan tetap berolahraga, kamu tenang saja. Bentuk badan bagus ini tidak akan hilang, aku berjanji!" Ucapnya dengan sangat bersemangat, Falerin terkejut dengan suara anak-anak yang Harka buat itu. Ia tidak pernah melihat itu, kenapa menggemaskan sekali?
"Matamu jangan berbinar begitu, aku tidak akan melarang apa yang kamu suka. Apa aku pernah?"
"Hum, tidak." Mereka berdua melangkah ke arah ruangan pribadi Falerin, untuk membicarakan tentang debut solo Harka nantinya. Karena lagunya akan berbasis 3 bahasa dalam beberapa lagi berbeda, sebenarnya itu akan mempersulit Harka. Tapi dia mau itu.
Harka mau para penggemar di luar negeri bisa ikut senang di buatkan satu lagu, dalam satu album kali ini. Akan ada 5 lagu saja, 2 lagunya berbasis bahasa Indonesia, sedangkan yang lain dalam bahasa yang dia pilih nantinya. Yang kemarin Harka tampilkan adalah salah satu lagu utamanya, dalam bahasa indonesia tentunya.
Agensi yang mendadak sibuk karena kerusuhan yang Harka buat, sekaligus pendapatan dan saham mendadak naik juga karena ulah Harka. Beberapa aktor lainnya juga tengah sibuk dengan kesibukan masing-masing, banyak aktor yang tengah masuk sebagai pendatang baru di perusahaannya dan baru kali ini ada aktor yang mau mengeluarkan album solo. Harka pikir dia akan merasa keren dengan itu.
Ketika Harka membuka pintu ruangan itu, berniat membantu Falerin sedikit. Tapi pemandangan di dalam saja justru tidak seperti itu, di sana ada Faldo yang duduk di sofa dengan raut wajah gelisah.
Ketika ia mendengar suara pintu terbuka membuatnya langsung menoleh dan melihat keberadaan dua sejoli itu, bukan. Istrinya dan aktor bawahannya. Faldo langsung berdiri di sana, menghampiri istrinya dan nampaknya perempuan itu keberatan dengan kehadirannya. Falerin bahkan tidak menanggapi apa yang Faldo lakukan, dia berjalan ke arah kursinya yang menunjukkan jika dia punya kekuasaan tinggi di wilayah itu. Dengan raut wajah angkuh, entah kenapa Harka merasa bangga sendiri?
"Mau apa kau kemari? Sudah lupa caranya membedakan urusan pekerjaan dan pribadi?" Faldo tidak memperdulikan apa yang istrinya katakan, padahal sekarang ia seperti bukan melihat sosok istrinya dahulu, melainkan ia seperti bersaing di industri perekonomian negara dengan seorang perempuan.
"Aku hanya mau bicara dengan mu saja-"
"Pergi, bicarakan itu nanti di rumah. Aku akan pulang, jangan mengganggu pekerjaan ku, karena aku tidak pernah mengganggu urusan percintaan mu dengannya,"
"Kenapa kamu membahas itu lagi?" Ketika Faldo akan melangkah maju, kedua tangannya di tahan oleh seseorang. Yang pasti itu bukan Harka, melainkan hampir 4 security yang di panggil khusus untuk membuatnya pergi dari sana.
Dengan penuh emosi sekaligus heran, Faldo tidak bisa membantah karena semua ini. Karena itu sama saja akan merusak reputasi dan nama baiknya sebagai direktur di perusahaan terkemuka. Pria itu memilih melangkah pergi sendiri, walaupun hatinya masih mengganjal ketika melihat Harka masih ada di dalam. Apakah baru saja Faldo merasa terancam?
Di dalam ruangan, Falerin menundukkan kepalanya. Sungguh, ia sama sekali tidak bermaksud melakukan hal itu kepada suaminya sendiri. Tetapi, ada sesuatu yang membuatnya dejavu saat ini. Harka yang melihat itu, berjalan mendekat dan memeluk perempuan itu dengan erat. Ia tahu, akan ada rasa pedih di sana.
"Jangan terlalu memikirkan itu, dia pantas mendapatkan semua itu. Jika dia mampu, maka kamu juga mampu."
Harka sudah tahu semuanya, ia pernah melihat kejadian yang sama dengan orang yang berbalik. Ketika kejadian itu terjadi, sebenarnya ada amarah yang terselubung di sana tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Karena di sana ada banyak orang, walaupun ia berusaha melindungi Falerin dari masalah. Tapi ia tidak sebodoh itu, pria itu memilih membalas semua itu secara tidak langsung. Dengan cara itu, Faldo akan merasakan apa yang pernah Falerin rasakan.
"Kamu menangis? Menangislah sepuas hatimu, setelah ini aku tidak mau ada tangisan yang menangisi pria tidak berguna itu."
Di satu sisi, Faldo keluar dari gedung dengan pengawasan security yang mungkin saja sengaja Falerin panggil. Sungguh, ia tidak bermaksud melakukan semua itu. Ia hanya mau bicara dengan Falerin dengan cara baik-baik. Bahkan sekarang ia berada di ujung tanduk, karena skandal perselingkuhan yang sudah terlanjur menyebar. Mau sebanyak apa pun uang yang ia keluarkan untuk membungkam media, ia tidak akan bisa menutupi apa pun lagi.
...♡♡♡...
Harka berada di ruangannya, ia tengah memikirkan album debutnya sebagai seorang penyanyi solo. Karena ini adalah yang pertama kalinya ia harus bekerja berkali-kali lipat, berusaha agar tidak terputus dalam industri hiburan.
"Apa gak terlalu brutal, bro? Lo kayak orang serakah soalnya,"
"Diem lo, gw gak mau kalah sama cowok brengsek itu." Ucapnya dengan sarkas, tidak mau menutupi apa yang tengah membakar hatinya. Ia senang, karena pria itu ternyata tidak berharap bersama perempuan itu. Tapi juga jengkel, seharusnya dia membuat perempuan itu bahagia tapi justru sebaliknya.
"Bagus dong, You should be happy that there is a chance to get it again,"
"No way, she loves her husband... Gw gak akan ada kesempatan masuk ke hatinya, gak ada ruang buat gw."