"Lupa dengan malam itu? mau lari kemana? kau tidak bisa mengklaim bahwa dia putra adikku, Jenifer Felicia." Reino Arshaka Bernand.
Jalan hidup selalu jadi rahasia tidak ada yang tahu ke depannya bagaimana, seharusnya ini tak harus terjadi tapi itulah kenyataannya.
Jenifer Felicia (23 tahun) wanita berparas jelita dan seorang sekretaris perusahaan ternama menjalin hubungan dengan pria bernama Rakha Bernand, namun di suatu malam ia terlibat scandal dan memiliki seorang anak bersama Reino Bernand yang ternyata merupakan kembaran dari kekasihnya.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka?
.
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>
•
WARNING!!!
(Terjadi plagiarisme dipastikan akan menerima konsekuensinya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Jee yang tahu atasannya terbangun, sebelum balik badan harus tampak senyum ceria seperti biasa, tetap bersemangat dan terus melayani dalam bekerja nomor 1 baginya.
"Apa saya mengganggumu tuan?." Tanya Jee.
Rei yang rambut dan kemejanya sudah acak-acakan menatap Jeni dengan tatapan masih ngantuk namun tampak seperti sedang mengintimidasi. "Bisa-bisanya sudah jam segini wanita ini tak menunjukkan rasa lelahnya." Batin Rei.
"Kau yang menyelimuti ku?."
"Iya, saya kira anda sudah pulang. Maaf jika mengganggu waktu istirahatnya."
"Tak masalah, jangan bawel." Dingin Rei seraya berdiri.
"Bawel apanya sih saya sopan meminta maaf!." Batin Jee mencoba terus meluaskan rasa sabarnya.
"Sebelum saya pulang apa masih ada sesuatu yang ingin dibantu?." Ramah Jee dengan senyum full energinya.
"Tidak ada."
"Baiklah kalau begitu saya permisi duluan tuan."
"Tunggu."
"Ya?."
"Saya juga pulang jadi jangan tak sopan mendahului atasan!."
Jee tersenyum kaku karena atasannya ini susah ditebak. "Oke tuan dengan senang hati."
Sambil menunggu Rei siap-siap, Jee menatapnya. Bagaimana Rei berjalan, mengambil barang, merapikan rambut, cara berdiri, dan pesonanya.
"Dari segi penampilan dia memang seleraku." Batin Jee dengan pipi sedikit merona.
Namun seketika ia meremas ujung jasnya. "Tidak Jee! jangan lengah."
"Ayo." Rei berjalan duluan diikuti oleh Jeni.
"Iya."
Setiap orang yang berpapasan di sana akan membungkuk hormat.
Sampailah keduanya di parkiran, Jee tak langsung masuk mobil ia menunggu Rei masuk duluan ke dalam mobilnya. Luke sebagai kaki tangan Reino kini sengaja ditempatkan hanya sebagai tukang supir.
"Hallo bu sekretaris, kau pulang dengan siapa? jika sendiri saya antar sekalian." Tanya hangat Luke menawarkan.
"Tak usah saya bawa mobil pak." Tunjuk Jeni, ia paling tak suka orang mengkhawatirkannya apalagi sampai dianggap lemah.
"Sekalian bareng saja."
"Baiklah kalau begitu." Jee masuk mobil dan mulai menancap gas melaju di depan sementara mobil Rei di belakang.
"Apa kau mengincar sekretaris ku Luke?." Tanya Rei dengan nada angkuh.
Luke tertawa terbahak-bahak. "Tidak salah juga kalau aku naksir sama bu Jeni, ternyata dia sangat cantik dari yang ku kira. Beruntung sekali adikmu."
Rei yang mendengar itu acuh memilih menatap ke luar jendela, raut wajahnya tak mood seperti malas tapi entah apa penyebabnya.
"Eh kau dan Rakha kan kembar, apa Jeni tidak teringat kekasihnya saat terus berinteraksi denganmu di kantor?." Penasaran Luke.
Rei memijit keningnya. "Ah diamlah! buat apa bertanya hal seperti itu?."
"Santai bro."
"Kau saja yang santai!." Rei benar-benar kesal.
"Oke-oke."
Sekitar 20 menit, akhirnya Jee berhenti di depan gerbang sebuah rumah. Ia langsung membuka kaca spionnya. "Sudah sampai pak, terimakasih." Ramah Jee.
"Oh di sini toh rumahnya, iya sama-sama bu Jeni sampai nanti." Timpal Luke pamit dan langsung menancap gas kembali.
Rei sudut matanya melirik ke belakang, sampai mobil Jee masuk ke dalam gerbang. "Wanita itu benar-benar bersemangat, saking semangatnya kadang sedikit menggangguku."
Luke mengerutkan kening. "Bukankah itu yang kau inginkan?."
"Iya, tapi rasa kesal muncul lama-lama." Ujar Rei yang ia rasa dirinya jadi aneh padahal tidak ada yang salah dari Jeni.
"Apalagi ini? kenapa jadi kesal?." Heran Luke.
Rei tak langsung menjawab, rasa kesalnya itu muncul ketika melihat Jee bayangannya langsung teringat juga bahwa wanita itu milik adik kembarnya kekasih Rakha. Rei merasa terganggu sampai kesal sendiri.
"Ah sudah lupakan, mungkin karena ini pertama kali aku memiliki sekretaris perempuan."
Luke melirik sahabatnya sekilas, ia tak merespon apapun takut sahabatnya malah makin tantrum gak jelas. "Ck ck ck."
Setelah melihat anaknya pulas, Jeni masuk kamarnya melepas semua pakaian kantor untuk membersihkan diri.
Di dalam bathtub ia berendam cukup lama melepas penat, matanya terpejam namun pikiran Jee kemana-mana.
Gajinya dinaikkan dua kali lipat tentunya Jee senang semuanya lebih tercukupi, beradaptasi dengan atasan baru baginya lumayan melelahkan apalagi sosok Rei Bernand tidak bisa ditebak, ia merubah Jenifer dulu dengan yang sekarang Jeni yang selalu bersemangat dan harus terus sabar menghadapi Rei apalagi kalau-kalau ingatan masa lalu muncul ia cukup terkuras energinya.
"Sejauh ini tidak melakukan kesalahan kok, tapi sorot matanya seperti menandakan ketidaksukaan terhadapku! apalah dia ini? padahal ke yang lain tidak..."
"Bodo amat lah yang penting gaji dua kali lipat." Lirih Jee kembali tersenyum, ia bangga dengan dirinya sendiri.
.
Mansion Rei..
Di kamar
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar dengan lama, entah apa yang sedang dipikirkan.
Tak lama Rei bangun kembali melirik meja di sampingnya, satu laci ia buka dengan kunci. Sebuah kotak kecil Rei ambil, dengan perlahan ia buka.
Di tatapnya dengan hangat isi dari kotak itu, sebuah anting permata putih yang mengkilap indah. Hanya satu bukan sepasang, Rei menyentuhnya mengelus lembut menandakan bahwa anting itu tampak begitu penting baginya. "Hanya ini yang kau tinggalkan malam itu."
.
Cus tinggalkan jejaknya para readers kesayangan!🤗🥰