NovelToon NovelToon
Mystic Guard : Hari Kebangkitan Ibu Iblis Jahanam

Mystic Guard : Hari Kebangkitan Ibu Iblis Jahanam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Roh Supernatural
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Sebuah desa terpencil di Jawa Tengah berubah menjadi ladang teror setelah tambang batu bara ilegal tanpa sengaja membebaskan roh jahat yang telah tersegel berabad-abad. Nyai Rante Mayit, seorang dukun kelam yang dulu dibunuh karena praktik korban bayi, bangkit kembali sebagai makhluk setengah manusia, setengah iblis. Dengan kekuatan untuk mengendalikan roh-roh terperangkap, ia menebar kutukan dan mengancam menyatukan dunia manusia dengan alam arwah dalam kekacauan abadi.

Dikirim untuk menghentikan bencana supranatural ini, Mystic Guard—tim pahlawan dengan keterikatan mistis—harus menghadapi bukan hanya teror makhluk gaib dan jiwa-jiwa gentayangan, tetapi juga dosa masa lalu mereka sendiri. Dalam kegelapan tambang, batas antara kenyataan dan dunia gaib makin kabur.

Pertarungan mereka bukan sekadar soal menang atau kalah—melainkan soal siapa yang sanggup menghadapi dirinya sendiri… sebelum semuanya terlambat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ningsih menjadi Kunci

Tangan Yama kosong. Cengkeramannya luput. Ningsih jatuh.

Tubuhnya meluncur ke dalam lubang pekat itu—ke perut dunia yang seolah menunggu sejak ratusan tahun lalu untuk menyambut darah keturunan Nyai Rante Mayit.

Teriakan Ningsih membelah udara, menyayat lebih dari sekadar telinga.

“NINGSIH!!!” Sasmita berteriak, suaranya seperti memaksa alam untuk berhenti.

Namun sebelum tubuh Ningsih benar-benar ditelan, sesuatu datang. Tanah di sekeliling lubang berguncang—tidak seperti guncangan sebelumnya. Kali ini lebih... hidup.

Dari tepi reruntuhan, akar-akar raksasa keluar dari tanah, seakan menggeliat dari perintah kuno. Salah satu akar melesat cepat, melilit tubuh Ningsih seperti tangan lembut namun kuat, menghentikan jatuhnya tepat di ambang kematian.

Akar-akar lainnya mencuat liar—tajam seperti tombak. Dalam sekejap, mereka menyerang para Pawang Tanah Merah.

SHRAK!

Darah busuk dan daging lumpur menciprat saat satu pawang tertembus dari perut ke punggung. Yang lain memekik, mencoba melindungi diri, tapi akar itu seperti memiliki mata dan niat.

Langit malam terbelah.

Portal hijau membara muncul di atas medan perang—berputar perlahan seperti pusaran daun gugur bercahaya. Suara lonceng hutan, dan bisikan mantra kuno memenuhi udara.

Dari dalam portal itu, sesosok wanita melangkah turun.

Rambutnya hijau bagai lumut hutan, berkibar pelan ditiup angin ghaib. Matanya menyala hijau terang—bukan cahaya biasa, tapi seperti dua lentera roh.

Ia mengenakan jubah panjang dengan sulur-sulur batik etnik hutan Kalimantan yang menyala samar. Di punggungnya, simbol daun segitiga bercahaya. Di tangannya, tongkat kayu penuh ukiran roh leluhur.

Suaranya lembut namun menggema ke dalam tulang semua yang hadir.

“Nyai Rante Mayit bukan milik tanah ini lagi. Kalian, penjaga busuk... telah melanggar batas.”

Satu pawang mencoba menyerangnya, tetapi sebelum sempat menyentuh tanah, akar tumbuh dari bawahnya dan menusuk tubuhnya hingga terangkat ke udara. Lalu tubuh itu meledak dalam hujan lumpur dan serpihan tulang.

Sasmita, Yama, Taki, bahkan Rizaldi yang dari pesawat kini terpaku.

Uwa Dargo berbisik nyaris tak terdengar. “Anak hutan… Asvara…”

Taki mendongak, masih memegang pena emas yang kini redup. “Siapa dia?”

Yama, meski berdarah dan setengah berubah, hanya mampu menelan ludah.

Akar yang melilit tubuh Ningsih kini perlahan mengangkatnya naik, menyerahkannya ke tangan Asvara. Sang penyihir memeluk Ningsih seolah mengenal jiwanya. Di sekitar mereka, hawa hutan mengusir bau busuk kuburan.

“Tenanglah, anak gadis. Kau belum milik ibumu. Kau masih punya dirimu.”

Ningsih tak sadarkan diri, tapi matanya sedikit bergetar. Hela napasnya kembali.

Tiba-tiba, keempat Pawang Tanah Merah yang tersisa berteriak bersamaan. Mata mereka menyala merah tua, dan tubuh mereka membesar—menjadi versi baru yang lebih menyeramkan. Kulit mereka berubah jadi kulit batu tanah yang bergerak sendiri, dengan urat akar hitam berdenyut.

Asvara tidak bergerak. Namun di belakangnya, pohon-pohon mulai tumbuh di tanah tandus. Cepat. Tajam. Dan siap bertarung.

Udara mencekam lagi.

Kegelapan belum berlalu.

Tapi kini... ada cahaya kehijauan yang menjadi penantang.

Dan di balik semua itu, portal Asvara masih terbuka—bergetar... seolah sesuatu yang lebih tua dari hutan menunggu giliran untuk datang.

Akar-akar tua itu masih melilit tubuh Ningsih, melindunginya dengan lembut di tengah ladang kematian yang baru saja dimulai. Darah agen-agen The Vault masih hangat di tanah. Kabut pekat belum surut. Dan dari portal hijau berkilau, ia muncul—Dinata Maharani. Asvara.

Rambut hijaunya tergerai liar, ditiup angin mistik. Jubah panjangnya berkilau lembab seperti disiram embun malam hutan purba. Matanya menyala hijau terang, tak seperti manusia.

Semua mata memandangnya.

Sasmita memegang senjata dengan tangan kaku. Untuk pertama kalinya, pemburu siluman dari Garut itu terdiam tanpa kata. Ia tahu aura seperti ini—ini bukan kekuatan biasa. Tapi bukan juga siluman. Sesuatu di antara. Ia mendekap tombaknya, berjaga-jaga, tapi tak maju.

Yama berhenti di langkahnya. Lengan kirinya yang masih setengah berubah menjadi werewolf mengejang. Ia mengendus udara—aroma tanah basah, bunga liar, dan sesuatu yang kuno… yang suci. Ia menatap Asvara, lalu pada Pawang Tanah Merah yang berdiri di hadapannya. “Bukan manusia biasa…” gumamnya, rendah.

Taki hanya berdiri terpaku. Pena Emas-nya menggantung di udara, masih menyala samar. Namun tak ada sihir yang ia ucapkan. Ia hanya menatap dengan intens, seolah sedang membaca bahasa dunia yang bahkan belum pernah ia tulis. “Siapa kau sebenarnya…” lirihnya.

Uwa Dargo terjatuh duduk. Mulutnya mengucap istighfar pelan, mata berkaca-kaca. “Asvara… Penjaga Hutan Kalimantan itu nyata...?”

Sasmita mempererat pegangan tombaknya. Rahangnya menegang. “Bukan dia yang kutahu… tapi auranya... ini kekuatan alami yang tak bisa dianggap remeh.”

Taki hanya menatap, kening berkerut. “Bukan dari The Vault. Tapi kekuatannya… terasa seperti mantra tua. Tapi lebih dalam. Lebih hidup.”

...

Dan saat salah satu Pawang Tanah Merah mendekat, dia mendesis lirih. “Kau… anak dari hutan jauh. Kau bukan milik tanah ini. Pergilah. Ini bukan urusanmu, Penyihir Asvara.”

...

Asvara membalas dengan suara dingin, “Aku tak datang untuk urusan kalian. Aku datang karena akar dunia ini bergetar… dan kalian penyebabnya.”

Angin menyentak liar saat Asvara mengangkat kedua tangannya. Akar-akar yang tadi menyerang para Pawang kini membentuk semacam lingkar pelindung di sekitar pesawat. Cahaya hijau menyala dari matanya. Ujung jarinya memancarkan garis-garis mantra yang membungkus badan pesawat The Vault.

"Terbanglah. Bawa mereka ke tempat aman."

Suara Asvara terdengar dalam, tak seperti manusia biasa. Pesawat itu bergetar sejenak—lalu mesin menyala sempurna. Agen Rizaldi di dalam langsung menarik tuas, menatap ke luar jendela pada Asvara dengan ekspresi bingung dan kagum.

"Uwa! Ayo naik!" teriak Taki dari belakang.

Uwa Dargo yang berdiri bimbang akhirnya berlari naik ke pesawat, namun langkahnya tertahan saat menoleh ke belakang.

"Ningsih! Ayo, Nak!"

Asvara mengangkat tangan ke arah Uwa. Seketika akar menjulang seperti pagar.

"Dia tidak ikut."

Suara Asvara membuat udara membeku. Semua orang yang masih tersisa di tanah menatapnya tak percaya.

Sasmita menurunkan senjata, mendekat satu langkah. “Apa maksudmu dia gak ikut? Itu warga sipil, bukan petarung.”

"Dia kunci," jawab Asvara tenang, mata tetap bersinar hijau. “Darahnya… terikat pada kutukan ini. Pada iblis yang akan bangkit. Tanpa dia, kalian tak akan pernah bisa menyegel apa pun yang akan keluar dari dalam tanah.”

Yama menoleh tajam. “Kunci? Kami gak butuh kunci! Kami butuh dia aman!”

Taki, yang sejak tadi diam, melangkah ke depan. Suaranya berat. “Kamu siapa sampai bisa ambil keputusan sepihak? Kita bahkan belum kenal.”

Asvara memandang mereka satu-satu.

"Namaku Asvara. Aku penjaga batas hutan dan alam spiritual. Dan kalian... manusia yang belum tahu betapa rapuhnya realitas ini."

"Jangan sok tahu!" Sasmita akhirnya naik nada. “Kalau kamu tahu semua, kenapa kamu baru datang sekarang? Saat semuanya udah berdarah?”

Angin bertiup keras, ranting pohon di sekitar mereka merintih. Asvara tetap berdiri tegak, tapi kini suaranya sedikit melunak.

"Karena akar dunia baru berbisik malam ini. Dan dia—" ia menunjuk Ningsih, "—adalah yang akan menjawabnya. Atau kita semua lenyap."

Ningsih hanya bisa menatap ketakutan. Matanya berair, tapi tubuhnya gemetar tak sanggup berkata-kata.

Uwa Dargo menatapnya dari balik pagar akar.

"Maafkan Uwa, Ningsih... Jagalah dirimu, ya, Nak…"

Pesawat akhirnya mengangkat, tubuhnya menjauh dengan deru mesin dan bayangan cahaya dari The Vault. Awan gelap menggulung, meninggalkan mereka berempat—Asvara, Taki, Sasmita, dan Yama—di atas tanah berlumur darah, berhadapan dengan malam yang semakin kelam.

Dan Ningsih… tetap berdiri di sisi Asvara. Wajahnya kosong. Tapi jiwanya penuh tanda tanya.

1
EsTehPanas SENJA
ayo ningsih! bangkit! mas mu udah jadi korban kayanya ...😳 jangan sia siakan dia ning! ✊🏻
EsTehPanas SENJA
kenapa namanya berbau bau J. ada taki ada yama 😳🤭
EsTehPanas SENJA
the vault ini macam x files fbi gitu? atau Men in Black 🤭😁
Saepudin Nurahim: The Vaul itu Organisasi Rahasia yang di bawah pemerintah, kalau mau lebih tau tentang the vault, kakak bisa baca di novel The Closer, sama Agent Liana. masih satu Universe. nyambung
total 1 replies
EsTehPanas SENJA
wwwih setan AKAP ehh lintas Pulau malah ini 😱😳
Saepudin Nurahim: makasih sudah mampir kak 🙏
total 1 replies
awesome moment
awal baca yg horor n
Saepudin Nurahim: terimakasih support nya kak
total 1 replies
Ahmat Zabur
campuran mitologi dan super hero di kemas rapi,, serasa masuk kedalam alur cerita nya,, salam merinding buat penulis
Ahmat Zabur
ngeri yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!