.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Makan sebelum melahirkan itu sangatlah penting, karena kita perlu energi super untuk mengejan, itu pesan yang aku ingat dari Dokter Indah. Tidak lupa aku menelpon Ibu dan bapakku.
Aku : Halo, Pak.
Bapakku: Iya Nak.
Aku: Pak, aku mau lahiran, bilang sama ibu, Pak.
Bapak : Apa..., mau lahiran?
Aku: Iya, Pak.
Bapak kaget mendengar aku akan lahiran malam itu juga, kemudian terdengar suara ibuku ingin bicara padaku.
Ibuku : Halo, Nak.
Aku: Iya, Bu
Ibuku: kamu mau lahiran?
Aku: Iya, Bu, sekarang Tuti mau berangkat ke Rumah sakit.
Ibuku : Ibu dan Bapak segera menyusul, Nak.
Setelah telepon di tutup, kemudian kami berangkat ke Rumah sakit dengan mobil ayah mertuaku.
Kurang lebih 20 menit perjalanan, kami sampai di Rumah sakit. Aku di cek di IGD ternyata aku pembukaan 6, perut rasanya mules tidak ada jeda. Kemudian Bidan datang dengan membawa alat cek jantung bayi, perutku semakin kontraksi saat aku tidur miring.
Aku teriak-teriak kencang sekali, kemudian suamiku berbisik kepadaku.
"jangan teriak-teriak, Dik," ujarnya berbisik kepadaku.
"Sakit, mas.....," teriakku.
"Tahan, Dik," kata suamiku mencoba menenangkan ku.
"Sakit sekali, Mas," seruku.
Jam 04.15 Pagi, Setelah di cek jantung, kemudian ketubanku pecah, Bidan panik dan telepon ke ruang bersalin, buru-buru aku pindah ruangan.
Ketika di cek tenyata pembukaan ku sudah lengkap, kemudian bidan yang menangani ku memanggil Bidan yang lain untuk siap-siap.
Disini awal perjuanganku, aku berkali-kali mengatur nafas, aku benar-benar sudah tidak kuat, sakitnya luar biasa.
"Ayo, Bu, bayinya sudah kelihatan"
Suamiku tetap setia menyemangati ku, dia terus di sampingku dan memegang erat tanganku.
"Ayo, Dik, kamu bisa," ujar suamiku menyemangati aku.
"Sakit, Mas," teriakku menahan rasa sakit yang tidak tertahankan.
"Tarik nafas pelan-pelan, Bu, buang dari mulut," suruh Bidan kepadaku.
Bidan menekan perutku membantu bayiku keluar, dan Bidan satunya lagi selalu mengecek detak jantung bayiku.
10 menit kemudian anakku lahir dengan normal, berjenis kelamin perempuan, berat 3,5 kg, panjang 50 cm. Anakku pun di letakkan di atas dadaku, aku peluk, aku nangis, begini rasanya melahirkan. Berat sekali rasanya, capek, letih, sakit, di situ tangisku pecah sambil memeluk anakku.
Aku bahagia sekali mendengar tangisan dari anakku, ternyata apa yang di rasakan ibuku dulu sama persis dengan apa yang aku rasakan. Ibuku juga pasti seperti ini saat melahirkan ku, jadi begini rasanya menjadi seorang ibu.
Aku bersyukur, aku lahiran di dampingi oleh suami yang setia menemani aku dan Bidan yang sabar menangani aku, karena bukan aku saja yang capek dan berjuang, tapi Bidan nya juga.
Di ruang bersalin banyak ibu-ibu yang mau melahirkan, ada yang sudah dua hari masih menunggu bukaan. Aku bersyukur di beri kelancaran dari mulai periksa hamil sampai persalinan.
Setelah menunggu hampir 2 tahun lamanya, akhirnya aku bisa mewujudkan keinginanku untuk menimang buah hati. Aku di karuniai bayi perempuan yang sangat cantik sekali yang aku beri nama "ICHA."
Setelah aku di rawat selama tiga hari di Rumah sakit, akhirnya aku di perbolehkan pulang. Betapa berbeda suasana rumah setelah anakku lahir, dulu hanya ada aku, suamiku, ayah dan ibu mertuaku, kini bertambah anggota baru di dalam keluarga kami yaitu, Icha.