NovelToon NovelToon
Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Istri ideal
Popularitas:7.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Mentari merupakan seorang perempuan yang baik hati, lembut, dan penuh perhatian. Ia juga begitu mencintai sang suami yang telah mendampinginya selama 5 tahun ini. Biarpun kerap mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari mertua maupun iparnya , Mentari tetap bersikap baik dan tak pernah membalas setiap perlakuan buruk mereka.

Mertuanya juga menganggap dirinya tak lebih dari benalu yang hanya bisa menempel dan mengambil keuntungan dari anak lelakinya. Tapi Mentari tetap bersabar. Berharap kesabarannya berbuah manis dan keluarga sang suami perlahan menerimanya dengan tangan terbuka.

Hingga satu kejadian membuka matanya bahwa baik suami maupun mertuanya dan iparnya sama saja. Sang suami kedapatan selingkuh di belakangnya. Hanya karena pendidikannya tak tinggi dan belum juga dikaruniai seorang anak, mereka pun menusuknya dari belakang.

Tak terima perlakuan mereka, Mentari pun bertindak. Ia pun membungkam mulut mereka semua dan menunjukkan siapakah benalu sebenarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TUJUH BELAS

"Heh, menantu kurang ajar, bukannya minta maaf karena udah pergi tanpa pamit selama seminggu, malah seenaknya masuk kamar begitu aja!" bentak Rohani kesal karena merasa tak diacuhkan begitu saja.

"Kak, mending kamu segera ceraikan perempuan itu. Tingkahnya sudah nggak ada sopan santunnya. Seenaknya pergi terus pulang ke rumah ini begitu saja. Emang rumah ini dianggap punya hotel, apa?" ujar Septi.

"Septi benar, Shan. Nggak guna banget mempertahankan perempuan nggak ada akhlak kayak itu," timpal Rohani yang diangguki Erna.

"Mama benar, sayang. Aku pun sebenarnya malu masa' dijadikan yang kedua sih padahal aku yang bisa kasi kamu anak," sambung Erna.

"Tapi aku ... "

"Turuti aja permintaan mama, adik, dan istri kamu, mas. Lagipula aku udah nggak mau melanjutkan hubungan kita. Aku ikhlas melepasmu, mas. Jadi segeralah talak aku!" tukas Mentari tegas tanpa keraguan membuat keempat orang itu lantas menoleh ke arah anak tangga dimana Mentari sedang berjalan turun sambil menggeret kopernya.

Shandi yang melihat hal tersebut sontak membelalakkan matanya. Ia benar-benar terkejut, apakah ini yang dimaksud Mentari dengan kejutan.

"Sayang, kamu mau kemana? Kenapa mesti bawa-bawa koper segala sih?" cecar Shandi panik melihat istrinya yang sepertinya hendak pergi dari rumah itu. Bahkan tanpa ragu, Mentari meminta dirinya menalaknya.

"Mau kemana aku, bukan urusanmu lagi, mas. Yang aku mau sekarang adalah kau segera menalakku seperti permintaan mereka. Ayo, mas, ucapkan saja! Tak perlu ragu!" tukas Mentari santai. Meski hatinya sakit melihat pemandangan dihadapannya ini, tapi sebisa mungkin Mentari bersikap tenang. Seolah tak ada masalah apapun.

"Nggak. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah menceraikanmu, sayang. Aku mohon, jangan pergi! Jangan tinggalin aku, sayang!"

Shandi bergerak maju hendak menahan lengan Mentari, tapi Mentari justru menghindari Shandi seolah jijik dengan sentuhan Shandi.

"Kenapa? Kenapa kau tak ingin mencerahkan ku? Mengapa aku tak boleh pergi?"

"Karena aku masih sangat mencintaimu, sayang. Aku mohon, jangan pergi ya!" ucap Shandi dengan wajah memelas.

Mentari menyunggingkan senyum sinis, "cinta? Kau bilang kau mencintaiku, mas? Kalau kau memang benar-benar mencintaiku, kau pasti takkan pernah mengkhianati ku, menduakan cintaku, dan menikahi perempuan itu!" tunjuk Mentari pada Erna yang wajahnya sudah menggelap karena kesal.

"Mas, terpaksa, sayang! Kau kan tahu, mama sangat ingin memiliki cucu. Jadi mas terpaksa. Kau tenang saja, setelah anak itu lahir, dia akan jadi anak kita. Kau yang akan merawat dan membesarkannya, kau mau kan sayang?"

"Mas," pekik Erna murka. "Apa-apaan kau, hah? Kau katakan kau mencintainya, lalu bagaimana dengan aku? Kau katakan kau mencintaiku, jadi itu bohong, hah?" pekik Erna dengan rahang mengeras. "Dan apa katamu tadi, dia akan merawat dan membesarkannya, hei, enak aja, aku yang hamil, aku yang lahirin, tapi dia yang akan merawat dan membesarkannya," imbuh Erna menggeram kesal.

"Erna, sayang, maksud Shandi bukan begitu. Maksudnya itu baik. Kamu kan bekerja jadi siapa yang merawat anakmu kelak ? Daripada sewa baby sitter kan mending suruh dia. Biar berguna jadi orang," tukas Rohani menyela.

"Apa? Baby sitter? Jadi itu tujuanmu menahanku, mas?" sahut Mentari dengan mata membulat dan mimik pura-pura terluka.

"Tidak, tidak, bukan begitu maksudnya, sayang. Aku ... aku ... "

"Mas, ceraikan dia atau aku gugurkan kandunganku ini!" ancam Erna membuat Rohani dan Septi panik. Pun Shandi sudah membulatkan matanya tak menduga akan mendapatkan ancaman seperti ini.

"Shandi, cepat turuti kata-kata istrimu! Mama tidak mau ya calon cucu mama kenapa-napa. Sudahlah, buat apa mempertahankan wanita mandul itu," pekik Rohani yang takut Erna benar-benar merealisasikan perkataannya.

"Iya kak, buat apa juga mempertahankan dia.. Buang-buang duit aja. Liat, gayanya aja udah selangit. Kakak kerja susah payah, eh dia malah sibuk foya-foya. Ingat kak, wanita hamil itu tidak boleh stres. Kalau masih ada dia di sini, bisa-bisa mbak Erna benar-benar keguguran," timpal Septi membuat Shandi kebingungan.

"Tapi ma aku mencintai Tari," ucap Shandi lirih.

"Kau bilang kau mencintaiku, tapi kau mengkhianati ku. Cintamu itu bullsh*itu! Kau pikir dengan kau masih mencintaiku, aku masih mau kembali padamu, no way! Apalagi dengan segala perbuatan keluargamu yang sudah mereka lakukan padaku. Maaf, sejak aku memergoki dirimu menikah lagi di belakangku sejak hari itu juga aku telah menghapuskan rasa cintaku. Jadi segeralah talak aku dengan begitu kau bisa segera berbahagia dengan keluarga barumu itu," tukas Mentari dengan sorot mata penuh kebencian.

"Tari, aku mohon, jangan begini! Maafkan aku! Aku mohon!"

"Mas, sepertinya kau lebih suka melihat aku menggugurkan kandunganku ini. Baiklah kalau begitu!" pekik Erna yang langsung berhambur menuju dapur kemudian mengambil pisau dan mengarahkannya pada perutnya.

Rohani dan Septi berteriak histeris melihat apa yang ingin dilakukan Erna. Shandi yang turut panik pun segera mendekati Erna dan berusaha merebut pisaunya. Sedangkan Mentari, ia hanya bersedekap dada saja memperhatikan adegan sinetron di hadapannya sambil tersenyum sinis.

"Baiklah kalau kau tak mau menceraikanku. Berarti aku saja yang mengambil tindakan," ucapnya membuat keempat orang itu menoleh.

"Heh, mandul! Nggak usah banyak bacot. Mending kau segera pergi dari sini daripada buat keributan. Tunggu saja surat cerai akan segera kau dapatkan."

Mentari terkekeh mendengar ucapan sang calon mantan adik iparnya itu, "heh calon mantan adik ipar, tolong jaga mulut kotormu itu. Jangan sampai kata-katamu justru berbalik pada dirimu sendiri! Ingat, doa orang terdzolimi itu ampuh dan pasti diijabah. Entah apa salahku padamu sampai kau seperti sangat membenciku. Oh ya, kalian tak perlu bersusah payah untuk membuat Shandi menceraikanku sebab aku sendirilah yang akan menggugat cerainya. Lagipula berkas perceraian juga sudah masuk pengadilan kok. Mungkin besok surat panggilannya akan datang. Aku harap kalian tak perlu datang supaya proses perceraian berjalan lancar dan cepat," tutur Mentari datar tanpa ekspresi.

"Sa-yang, kau-kau hanya bercanda kan!" tanya Shandi dengan suara bergetar.

"Aku tak pernah main-main dengan ucapanku. Malai saat ini, urusan keluargamu bukan urusanku lagi. Jadi jika suatu hari nanti terjadi sesuatu, jangan pernah cari ataupun hubungi aku sebab mulai hari ini hubungan kekeluargaan kita berakhir," tegas Mentari lagi sebelum membalikkan badannya hendak keluar dari rumah itu.

"Heh, sombong! Kau pikir kau hebat, hah! Pake bilang semua akan berbalik padaku. Miskin aja belagu. Dasar mandul nggak tahu diri," pekik Septi tapi tak dihiraukan Mentari.

"Tari ... " Shandi mengejar Mentari sampai ke depan pintu bertepatan sebuah mobil Lamborghini Veneno berhenti tepat di depan pagar rumah mereka membuat Shandi dan Septi mengerutkan keningnya. Pun Erna dan Rohani yang baru ikut menyusul.

"Tari, mas mohon, maafkan mas dan keluarga, mas! Jangan pergi! Lagipula kau mau kemana? Kau tidak memiliki tempat tinggal dan keluarga selain kami, lebih baik kau di sini, sayang. Jangan pergi!" Shandi kini hanya terfokus pada Mentari sampai tidak menghiraukan keberadaan mobil itu yang mungkin orang numpang parkir pikirnya.

"Jangan khawatir, mas! Aku nggak akan jadi gelandangan setelah keluar dari rumah ini. Justru kalianlah yang harus bersiap-siap nanti. " ujarnya dengan kalimat terakhir ia ucapkan dalam hati.

"Sudahlah Shandi, ngapain juga sih masih ngejar-ngejar dia. Lebih baik kau sama Erna, udah cantik, kaya, punya pekerjaan bagus, dan yang paling penting, dia bisa kasi kamu keturunan, tidak seperti si mandul itu," omel Rohani yang tak henti-hentinya mencemooh Mentari dengan kata-kata mandul. Mentari tersenyum tipis kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobil Lamborghini Veneno yang terparkir itu membuat keempat orang itu menatap bingung.

Kemudian seorang supir keluar dari dalam mobil itu dan membantu memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Setelah itu, sopir itu menyerahkan kunci mobil seraya membungkukkan tubuhnya. Setelah Mentari menerima kunci tersebut dan mengucapkan terima kasih, ia pun segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya. Sebelum melajukan mobilnya, Mentari terlebih dahulu melambaikan tangannya pada keempat orang yang masih tercengang itu.

"Itu ... "

"Bagaimana mungkin?"

"Mobil itu ... "

"Bagaimana bisa Mentari mengendarai mobil semahal itu?"

Keempat orang itu menatap bingung pada Mentari yang baru saja berlalu.

"Ah, palingan dia hanya pinjam! Dari mana juga dia bisa punya duit sebanyak itu buat beli mobil semahal itu," tukas Erna bersungut-sungut tak suka melihat Shandi, Rohani, dan Septi yang masih tercengang.

"Ah, iya, sayang, kamu benar. Pasti dia hanya pinjam terus mau sok-sokan pamer. Dia kira kira bakal tertipu. Bodoh ," balas Rohani.

'Tapi kalau dia pinjam, pinjam dengan siapa? Harga mobil itu tidaklah murah. Lamborghini Veneno merupakan salah satu hypercar dengan harga hampir menyentuh 64 milyar. Di pameran kemarin saja, tidak ada yang berhasil menjualnya. Hanya ada laku satu itupun langsung beli dari bos. Apa dia jadi simpanan temannya bos yang beli mobil itu ya? Karena itu dia bisa bawa mobil itu,' gumam Erna dalam hati.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Rehaan Aamir
Naaahhh Pembalasan Tuuhh Ky Giniii....Elegaaaannnnttt...Bukan Ky Novel Tetangga...Balas Dendam Tp Dengan Cara Mencuri Surat2 Rumah Sama Barang Berharga Punya Keluarga Mantan Trs D Jual...Sama Aja Ama Ngerampok Harta Orang...
Deli Waryenti
loh, kan katanya shandi infertil
Deli Waryenti
anaknya mobil ya 🤣
Rehaan Aamir
Lagian Dongoooo...Udah Tau Mertua Sama Ipar Loe Kelakuan Nya Ky Setan...Koq Masiihh Aja Naro Duit D T4 Yg Mertuanya Bisa Nemu in...
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
siapa putri?
#ayu.kurniaa_
.
Deli Waryenti
sebentar bu sebentar ma
Deli Waryenti
mentari kelewat sabar..m
Mariani SPd
iyaaa kirain Raniah
Fitri Ipit
Luar biasa
Mariani SPd
tetap setia othor sayang
Mariani SPd
akhirnya mendapatkan balasan satu persatu, tinggal si Septi yg belum
Laksmi Wardhani
terima kasih udah disuguhi cerita yg indah n menarik ,sukses selalu sayang
Mariani SPd
aseeeek
Mariani SPd
walah mentari pun sok2an mau menemui rohalys sendirian. udah jelas omongan si rohalus setajam silet
Mariani SPd
langsung usir aja wkwkwk
Mariani SPd
ngatain mentari benalu, sapaa juga yg sebenarnya benalu hihihi
maling teriak maling tuh
merry jen
jgn jgn nntii ank y mau di ambill djdii anky ed dan istri yaa sahh yaa
Mariani SPd
julukan baru....kutu kupret hahaha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!