Perfect Sweet Marriage

Lanjutt...

Toni menjalani hari-harinya seperti biasa sampai ia menjadi cukup dewasa dan memilih bekerja di sebuah restoran terkenal namun meskipun ia bekerja ditempat terkenal namun tn.agae tetap menilai putra bungsunya itu gagal dalam menentukan pilihannya

Sampai satu hari ia bertemu dengan seseorang yang membuatnya kembali merasa hidup berarti dan berwarna

Danira, wanita cantik itu bersikap dingin dan mandiri meskipun begitu ia selalu bersikap ramah namun tidak semudah itu toni meliriknya bayangan wajah naila masih menari-nari didalam kepalanya meskipun nadira memiliki wajah yang hampir mirip dengan naila namun danira memiliki sikap yang berbanding terbalik wanita itu ia lebih terlihat acuh dan tegas namun ia memiliki hati yang lembut seperti setiap pagi dan sore toni memergokinya memberi makan kucing jalanan disekitar restoran itu dengan sisa makanan yang terbuang

"Permisi" Toni menghampiri danira yang sedang membersihkan meja bekas pelanggan namun danira mengacuhkannya

"Permi.."

Danira berlalu meninggalkan toni yang masih menggantung ucapannya sikap cuek danira semakin membuatnya merasa penasaran saat ia hendak menyusul langkah kaki danira ia mendengar wanita itu mengumpat sembari mencaci

"Kenapa?" Toni memberanikan diri bertanya kepada danira yang duduk bersimpuh dilantai

"Lihat" Ia memberikan hasil rekapan hari ini saat ia bertugas menjadi kasir selalu saja ada kekeliruan dalam hitungan itu hingga membuatnya harus membayar kerugian itu dengan uang pribadinya

"Biar aku saja yang bayar" Ucap toni meminta persetujuan

"Jangan.. Ini kesalahanku" Ucap danira sembari tangannya merogoh kantong celananya dan mengeluarkan uang pecahan dan mulai menghitung

"Sisa seribu" Cicit danira saat menyadari kelebihan uangnya hanya tersisa seribu rupiah.

Toni menatap danira dari kejauhan entah mengapa hatinya terketuk dengan perilaku wanita itu ia gigih dan tak mudah menyerah toni terus menerus menghibur danira yang selalu dirugikan didalam pekerjaan itu hubungan keduanya menjadi dekat semakin jauh mengenal danira ia semakin tahu jika wanita itu lebih gigih dari yang ia kira

Tok..tok..tok(suara ketukan pintu kamar toni)

Toni tersadar dari lamunannya saat suara pintu kamarnya diketuk ia merebahkan diri dikasur menutup matanya

Ny.leira menghampirinya dan duduk disamping kasurnya

"Toni mama ingin bicara" Ucap ny.leira namun toni mengacuhkannya

"Toni mama sudah tahu identitas wanita itu, kamu tahu siapa mama jangan sampai"

"Jangan" Toni dengan cepat membuka matanya lalu duduk dan menghadap sang ibu

"Jangan apa-apa kan Danira" Ucap toni dengan cepat

"Aaaa.. Jadi namanya danira, Siapa wanita itu sebenarnya apa spesialnya dia sampai membuat kau dan abangmu berseteru? Ny.leira menautkan kedua alisnya menatap toni penasaran

"Apa karna wajahnya mirip Naila..."

"Maa hentikan, Ini tidak ada hubungannya dengan wanita itu.. Ku mohon tinggalkan aku sendiri" ucapnya kembali merebahkan diri membuat ny.leira tersenyum simpul ia pergi meninggalkan toni tanpa pertanyaan lagi.

Diego kembali pulang ke apartemen nya ia membuka pintu dan mendapati wanita itu tidak ada disana.

"Dimana dia, apa dia pergi.."

Namun saat ia mendekati pintu kamar mandi terdengar suara gemericik air dari dalam sana, diego merebahkan dirinya dikasur perasaan nya terasa lega setelah mengetahui jika wanita itu masih ada bersamanya

Benar saja danira keluar dari kamar mandi dengan rambut berbalutkan handuk dan memakai bajunya kemarin

"Sudah pulang" Tanyanya menghampiri diego

"Astaga wajahmu kenapa?" Danira mendekap wajah lelaki itu dengan kedua tangannya

"Aw .." Lirih diego saat danira mencoba menyentuh luka itu

"Apa yang terjadi.." Tanya danira

"Tadi aku hampir dirampok" Jawab diego asal

"Hah dirampok" Heran danira sembari mengingat jika semalam lelaki itu tampak begitu hebat bertarung

"Kau membohongiku" Tuduh danira

"Tidak.." Jawab diego cepat

"Hemm sudahlah.." Jawab danira sembari berlalu meninggalkan diego

"Hei apa kau tidak ingin mengobati luka wajah suamimu ini" Protes lelaki itu

"Suami.. Baru calon" Ucap danira keceplosan ia segera sadar dan mengatupkan bibirnya dengan rapat seolah menyesali kata yang baru saja keluar

"Wahh sepertinya kamu benar-benar sudah menerima pertunangan kita" Ucap diego sembari tersenyum bangga

"Ck diamlah.." Danira kembali menghampirinya dengan membawa kotak P3K ditangannya

"Aww..aww sakit... Aww apa tidak bisa sedikit lembut.. Kau menyakiti wajah tampan ku.. Awwwww"

"Berisik" Hardik danira, diego segera mengatup kembali mulutnya dan tenang saat danira nyapu lukanya dengan salep dan mengobati memar wajahnya, diego memperhatikan wajah wanita itu sangat dekat wajahnya begitu cantik nafas keduanya beradu saat danira mendekatkan wajahnya dengan wajah diego untuk meniup salep itu agar lekas kering

Diego dengan lembut melingkarkan kedua tangannya untuk memeluk pinggang ramping wanita itu dan tidak ada penolak dari danira ia tetap telaten mengobati luka wajah lelaki itu

"Ku mohon jangan bertengkar lagi.. Apalagi jika kau bertengkar karena aku.. Ku mohon jangan lakukan" Bisik danira

"Kenapa?" Tanya diego dengan suara lembut

"A-aku..."

"Kenapa.." Tanya diego memburu

"Kau akan merepotkan ku" Jawab danira kemudian ia melepaskan pelukan lelaki itu dan menjauhkan diri

"Padahal aku ingin melanjutkan yang tadi pada.." ucap diego merebahkan diri

"Memang gila" Bisik danira protes ia memperhatikan kamar itu sangat berantakan cukup timpang dengan tempat tinggal toni

"Apa kau tidak merapikan tempat ini" Tanya danira

"Untuk apa..?" Tanya diego ia memiringkan rebahnya dan menopang kepalanya untuk menatap danira

"Bukankah ada kau, jadi kamu saja yang bereskan ya istri" Goda lelaki itu

"Stres.." Cibir danira, tanpa diduga ucapan danira berhasil membuatnya terkekeh tanpa sadarpun danira ikut tersenyum saat melihat lelaki itu tertawa sembari memamerkan gigi putih rapinya

Akhirnya danira turun tangan untuk merapikan tempat itu diego memperhatikan wanita itu dengan cekatan merapikan tempatnya ia memperhatikan pakaian yang danira kenakan adalah pakaian semalam bahkan ada noda tanah yang masih menempel di bajunya

Diego meraih kunci mobilnya danira menyadari lelaki itu akan kembali pergi

"Kemana lagi wajahmu saja masih lebam seperti itu?" Tanya danira

"Ada urusan sebentar.. Kau jangan kemana-mana tetap disini" Ucapnya sembari tersenyum mendekati danira dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan mesra

"Emm aku akan menunggumu disini" Jawab danira sembari menahan gejolak didalam dirinya.

**

"Apa benar disini?"

"Ya bu.. Menurut informasi yang saya dapat ia berada disini.."

"Baik saya akan pastikan.."