Dunrice, seorang pemuda berusia 20 tahun, dicap sebagai sampah masyarakat. Diusir dari keluarga, hidup di jalanan, dan dicemooh oleh semua orang. Kehidupannya bagaikan neraka, tanpa harapan dan masa depan.
Suatu malam, saat Dunrice terbaring di lorong gelap, seberkas cahaya misterius menyelimuti tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa mencengkeramnya, dan ketika cahaya menghilang, Dunrice terbangun di kamar tidurnya yang kumuh.
Di kepalanya, terdapat sebuah suara yang menyapa dengan ramah. Suara itu memperkenalkan diri sebagai A.I.S.T.E.N.A., sebuah sistem kecerdasan buatan yang tertanam di dalam otaknya.
A.I.S.T.E.N.A. menjelaskan bahwa Dunrice telah terlahir kembali ke masa lalu, 10 tahun sebelum masa suramnya.
Dunrice, yang dipenuhi tekad untuk mengubah masa depannya, mulai memanfaatkan kemampuannya dengan bantuan A.I.S.T.E.N.A. Ia berlatih keras, membangun kekayaan, dan mendirikan sebuah perusahaan raksasa. Keberhasilannya mengantarkannya ke puncak dunia bisnis, membungkam semua orang yang pernah meremehkannya.
Di tengah kesuksesannya, Dunrice juga bertemu dengan berbagai wanita cantik dan menarik. Terjalinlah kisah cinta yang rumit dan penuh intrik.
Namun, di balik gelimang kemewahan dan cinta, Dunrice masih dihantui masa lalunya. Ia harus menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkannya, dan mengungkap rahasia di balik sistem A.I.S.T.E.N.A. yang tertanam di kepalanya.
Bisakah Dunrice mengubah takdirnya? Bisakah dia mencapai puncak dunia bisnis, cinta, dan kekuasaan?
Ikuti kisah Dunrice, sampah masyarakat yang terlahir kembali dengan sistem AI, dalam novel "Sampah Masyarakat dengan Sistem AI", genre action, romance, bisnis, terlahir kembali ke masa lalu, dan harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HUDAXS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18: Infiltrasi dan Pengkhianatan
Lokasi: Markas Besar Miller Tech - Pintu Masuk Rahasia
Tokoh:
Dunrice: CEO muda dan jenius di bidang teknologi informasi.
Anya: Sahabat Dunrice dan programmer handal.
Artemis: Peretas misterius yang membantu Dunrice dan Anya (melalui komunikasi radio).
V.I.: Agen rahasia yang bekerja untuk organisasi pemberontak.
Kai: Mantan kepala keamanan Miller Tech.
Penjaga Keamanan Miller Tech
Cerita:
Malam Gelap Penuh Resiko
Malam menyelimuti kota dengan hamparan kegelapan. Di markas pemberontak, suasana tegang dan bersemangat bercampur aduk. V.I. dan timnya yang terdiri dari beberapa agen terlatih sudah mengenakan pakaian tempur serba hitam. Mereka bersiap untuk melakukan misi infiltrasi rahasia ke markas besar Miller Tech.
Informasi yang diberikan Kai menjadi acuan utama mereka. Denah markas beserta lokasi pintu masuk rahasia dan sistem keamanan telah dipelajari dan dihafalkan V.I. dan timnya.
Dunrice, Anya, dan Dr. Li berada di ruang kontrol, memantau persiapan V.I. dan timnya melalui layar monitor. Mereka cemas sekaligus berharap misi tersebut berjalan lancar.
"Dunrice," bisik Anya, suaranya bergetar. "Kita benar-benar mempercayai Kai?"
Dunrice menghela napas. "Kita tidak punya pilihan lain. Tapi V.I. dan timnya sangat terlatih. Mereka bisa mengatasi situasi apapun."
Menuju Sarang Musuh
Setelah berpamitan dengan Dunrice dan yang lainnya, V.I. dan timnya bergerak menuju titik pertemuan yang telah mereka tentukan sebelumnya. Kai sudah menunggu mereka di sana, dengan pakaian sipil dan wajah yang ditutupi topi dan masker.
"Semuanya sudah siap?" tanya V.I. kepada Kai, suaranya dingin dan penuh kewaspadaan.
Kai mengangguk. "Ikuti saya."
Dengan langkah hati-hati, mereka berjalan menuju sebuah gang sempit di belakang markas Miller Tech. Di sana, tersembunyi di balik tumpukan sampah, terdapat pintu besi tua dan berkarat. Kai mengeluarkan sebuah kartu akses dan menempelkannya pada panel di samping pintu.
Pintu berbunyi decit dan perlahan terbuka, menampakkan lorong gelap yang lembab. V.I. dan timnya bersiap siaga, sementara Kai berjalan di depan sebagai penunjuk jalan.
Perjalanan Penuh Ketegangan
Lorong tersebut ternyata adalah terowongan rahasia yang terhubung ke bagian bawah tanah markas Miller Tech. Mereka berjalan dengan hati-hati, menghindari genangan air dan pipa-pipa tua yang berkarat. Sensor di telinga V.I. terus mendeteksi detak jantung para anggotanya dan suara langkah kaki patroli penjaga keamanan yang berjaga di atas mereka.
Setelah melewati beberapa tikungan dan lorong sempit, mereka akhirnya sampai di sebuah pintu baja kokoh. Kai kembali menggunakan kartu aksesnya untuk membuka pintu tersebut.
Pintu terbuka, menampakkan lorong steril dengan lampu neon putih yang terang. Mereka sudah berada di dalam markas Miller Tech, jauh dari jangkauan kamera keamanan.
Jebakan yang Tak Terduga
V.I. dan timnya bergerak cepat dan senyap, mengikuti petunjuk Kai menuju lokasi mainframe Project Umbra. Namun, firasat buruk V.I. mulai muncul. Suasana hening di lorong tersebut terasa terlalu hening.
Tiba-tiba, suara langkah kaki berat terdengar dari lorong di depan. V.I. memberi isyarat kepada timnya untuk berhenti dan bersembunyi di balik tikungan.
"Ada apa, Kai?" bisik V.I. dengan nada curiga.
Kai terdiam sesaat, lalu berbalik dengan senyum sinis di wajahnya.
"Tidak ada," jawabnya dingin. "Hanya jebakan kecil untuk tikus pemberontak sepertimu."
V.I. tersentak kaget. Perasaannya selama ini benar. Kai ternyata telah mengkhianati mereka.
Baku Tembak di Bawah Tanah
Belum sempat V.I. bereaksi, para penjaga keamanan Miller Tech berbadan kekar bermunculan dari lorong tersebut. Mereka mengacungkan senjata ke arah V.I. dan timnya.
V.I. menggertakkan giginya. "Kau...", umpatnya kepada Kai yang berdiri di samping para penjaga.
"Aku hanya melakukan tugasku," sela Kai, suaranya dingin dan angkuh. "Sarah Miller berjanji memberiku posisi yang lebih tinggi jika aku bisa menyingkirkan kalian."
V.