NovelToon NovelToon
The Final Entity Never Regrets In Reality

The Final Entity Never Regrets In Reality

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Keluarga / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: RiesSa

"Namaku ya..."

Siapa nama dari tubuh gadis yang Kumasuki ini? Apa maksud dari semua mimpi buruk sebelum aku masuk ke tubuh ini? Lalu suara yang memanggilku Himena sebelumnya itu, apakah ada hubungannya denganku atau tubuh ini?

"Vıra...panggil saja aku Vıra." Jawabku tersenyum sedih karena membayangkan harus menerima kenyataan yang ada bahwa aku di sini. Benar, inilah Kenyataanku sekarang.

Semua tentangku, dia, dan tragedi pengkhianatan itu, akan terkuak satu-persatu. PASTI....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiesSa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga Wooseman

[“Baiklah jiwa asing, aku terima permintaanmu.”

Beratus kata terima kasih kuberikan ke jiwa tidak bernama itu karena dia memperbolehkan menempati tempatnya dan memberiku kesempatan untuk mengubah takdir.

“Silahkan Sang penitih.” Katanya memberi izin.

Orang berambut perak dan bertopeng aneh di sampingku mengangguk. Proses penyisipan jiwa kami berdua pun dimulai. Aku akan menempati tubuh yang belum lahir ini dan hidup di dalamnya hingga waktu kontrak kami usai. Selama kontrak kami berlaku, dia akan memegang pecahan ingatanku yang menjadi kunci utama pemicu untuk ingatan lainnya.

“Terima kasih Ruh muda, dan juga Malaikat utusan Tuhan.” Kataku menangis senang.

Malaikat penanggung jawab Ruh asing dan sekaligus kenalan orang bertopeng aneh di sampingku itu mengangguk. Wujudnya yang penuh cahaya berkata dalam bahasa yang cukup membingungkan.

“Beliau bilang semua karena izin dan kasih sayang dari Tuhan semata.” Sahut orang bertopeng aneh membantu mengartikan.

Ingatan terakhirku tentang pertemuan kami berempat ini dibawa oleh Ruh muda itu. Peristiwa selanjutnya adalah hal yang dialami semua umat manusia di dunia ini, kelahiran seorang bayi yang masih suci tanpa dosa. Seorang bayi yang bernama Sefani Viraka.]

Siiing…

Angin hangat berhembus pelan membawa beberapa daun kecil dan aroma khas musim semi di sore ini. Ada beberapa burung-burung yang mulai pulang ke rumahnya bergembira, membuat suatu panorama indah di waktu yang damai dan tenang.

“Kak Vira, kenapa diam?” Tanya seorang anak laki-laki di depanku.

“Kakak cuma baru ingat tentang masa lalu. Daripada menanyakan itu, bagaimana kalau kamu mulai menjalankan bidak crotarmu Yhur-no~ Sudah lima menit lebih, lho! Bukankah ini waktunya mengakui kekalahan?” Tanyaku sambil menggoda anak laki-laki sekaligus Adik angkatku itu. Dia, Yhurnomghan, adalah anak bungsu Pak Looqe yang umurnya terpaut sekitar dua tahunan denganku. Mungkin?

“K-kalah? Mana ada! Lihat aku akan menang kali ini!” Jawab Yhurno memajukan sebuah bidak crotarnya.

Tak!

“Lihat? Rajamu terpojok sekarang Kak Vira.” Tunjuk Yhurno antusias.

Aku tersenyum kecil dan memajukan bidakku untuk menutupi jalan bidak crotar milik Yhurno. Tidak mau kalah Yhurno semakin menekan dan hampir menutup semua jalan keluar bidak rajaku.

Tak!

“Lihat Kak Vira, kali ini aku yang menang!”

“Kamu yakin?” Kataku menahan tawa.

Tak! Aku mengambil satu bidak milik Yhurno sekaligus memenangkan permainan crotar kami. Bidak crotar Raja milik Yhurno tidak bisa bergerak lagi.

“Aku yang menang, Yhurno.” Senyumku sambil mengelus rambut hitamnya.

“K-kok bisa!?” Mata Yhurno melotot untuk kembali memikirkan cara agar bidak Rajanya bisa bergerak. Tapi tetap percuma, dia hanya bisa menggigit jari menerima kekalahan yang ke-100.

“Sudah kuduga kamu kalah lagi Yhurno, sudah yang keberapa? Seratus? Hihihiii… Ngomong-ngomong ini tehmu, Vira.” Seorang remaja perempuan memberiku secangkir teh hangat. Dia adalah anak tertua Pak Looqe, Sith. Umurnya terpaut tiga tahunan lebih tua dariku. Mungkin?

“Terima kasih Kak Sith.” Aku ambil cangkir itu dan meminum teh.

Hari ini, tepat lima bulan sejak Pak Looqe memperkenalkanku ke keluarganya setelah aku terjun dari atap, kami keluarga Wooseman berpiknik ke bukit di belakang mansion milik Pak Looqe. Keluarga dari istri keduanya yang ada Yhurnomghan dan Sith, sedangkan keluarga istri pertama Pak Looqe berada di Ibu kota kerajaan karena urusan politik.

“Semangat Yhurno, suatu saat kamu pasti menang kok.” Istri kedua Pak Looqe, Bu Julastya ikutan menggoda.

“Tenang saja! Suatu saat Kakak pasti kukalahkan.” Jawab Yhurno penuh keyakinan.

“Itu baru semangat Yhurno! Balaskan kekalahan Ayah juga ya.” Pak Looqe ikut menyahut.

“Serahkan pada Yhurno, Ayah!”

“Aku menunggu hari itu datang, Yhurno.” Ucapku kembali mengelus kepalanya.

Aku ingat minggu-minggu pertama saat aku baru datang sebagai keluarga baru di sini, Yhurno dan Sith sedikit menjaga jarak denganku. Mereka berdua canggung dengan kehadiranku yang tiba-tiba diantara mereka.

Aku sendiri mulai dekat dengan Sith saat dia melatih AURAnya di taman untuk persiapan memasuki sekolah tahap akhir di Ibu kota nanti. Sepantaran SMA kalau di duniaku sebelumnya. Dia berlatih mensirkulasi AURA ke sebatang tongkat pendek, namun tidak pernah berhasil dan aliran AURAnya sedikit berantakan tak teratur.

“Di bagian kamu menarik kembali AURAmu Kak Sith, lebih baik ditarik dengan jumlah sekitar setengah dari jumlah yang kamu berikan ke tongkat itu. Supaya setengah dari sisa AURA yang tidak ditarik dapat memberikan efek lebih ke tongkatnya.” Saranku kepadanya.

Kak Sith menoleh kaget dengan kehadiranku “Vira? Sedang apa kamu di sini?”.

“Kebetulan lewat saja.”

“Kebetulan? Dengan Pakaian resmi dan rapi?” Tanya Kak Sith penuh selidik.

“Uh…”

“Jangan bilang kamu lari dari bimbingan Bu Hilda?” Tebaknya.

Bu Hilda adalah guru yang disewa oleh Pak Looqe untuk mengajariku agar dapat lulus sekolah tahap tengah. Kalau di duniaku dulu mereka menyebutnya SMP.

“Aku merasa sedikit bosan saja tadi. Jadi ya begitulah.” Jawabku pelan. Alasan sebenarnya sih karena aku sudah tahu semua yang diajarkan Bu Hilda. Jadi rasanya buang-buang waktu saja, hehehee…

“Dasar kamu ini.” Kak Sith membuat isyarat agar aku mendekatinya. Dia memberiku sebatang tongkat pendek semeteran untuk kugunakan sebagai contoh. Aku dengan senang hati menunjukkan cara untuk menggunakan AURA secara efisien. Mulai dari mengetahui titik batasan, hingga tehnik menyelimuti AURA di tubuh sendiri. Seperti saat dulu Pak Looqe duel denganku di lapangan istana Vicrost.

“Seperti ini?” Tanya Kak Sith.

AURA kak Sith yang bewarna ungu dengan kilaun bintang putih keluar perlahan. Untuk sekarang sepertinya hanya sebatas siku lengan saja jika diselimuti AURA.

“Ya, seperti itu. Kalau Kak Sith mulai merasa linglung dan berhalusinasi, itulah batasannya umtuk berhenti. AURA adalah jiwa kita sendiri, jadi bila sampai keluar terlalu banyak dari tubuh kita akan berada dalam kondisi mati suri.” Jelasku.

“Oh, jadi begitu…”

“Sekarang Kak Sith coba alirkan AURAnya, akan kubantu untuk mencari tahu sampai mana batasan AURA milik Kakak untuk sekarang.” Ucapku mengembalikan tongkat pendeknya lagi.

“Apa yang kita lakukan ini aman Vira?” Tanya Kak Sith ragu-ragu.

Memang wajar sih, dia masih tidak lama mengenalku. Pelajaran yang mempertaruhkan hidup mati tidak mungkin segampang itu dipercayakan ke seseorang yang baru dikenalnya. Agar tidak khawatir aku mengeluarkan AURA jantung makhluk surgawi garuda, hingga menyelimuti seluruh tubuh dan setingkat ksatria utama kerajaan sebagai bukti aku bisa. Sesaat saja! Supaya Pak Looqe tidak tahu. Bisa-bisa aku diomeli lagi nanti.

“Sekarang Kak Sith percaya aku mampu ‘kan?”

“AURA sebesar dan sepekat itu, siapa kamu sebenarnya Vira?” Tanya kak Sith terkejut

.

“Aku adik angkatmu Kak Sith. Tenanglah, aku hanya ingin membantumu karena lagi senggang. Tapi kalau Kak Sith mau aku tidak akan memaks-”

“Tidak-tidak, bukan itu maksudku! Maaf kalau pertanyaanku menyakitimu Vira.” Potong cepat Kak Sith.

[Sithra putri pertamanya sekarang berumur 13 tahun, Ia mempunyai tanda lahir berbentuk api di wajah sebelah kiri. Sithra adalah anak yang minder dan sedikit berhati-hati. Tapi dengan bangga dia menjelaskan meski begitu Sithra adalah anak yang baik.]

Cerita Pak Looqe saat aku baru mengenalnya dulu terngiang kembali. Sesuai yang Ia katakan, Kak Sith memang orang yang cukup berhati-hati dan sentimental jika berususan dengan hubungan baru. Aku tertawa kecil mengingat kejadian itu.

“Kenapa Vira?” Tanya Kak Sith karena aku tertawa kecil tiba-tiba.

“Tidak, tidak apa-apa. Aku cuma mengingat sesuatu.”

Aku melirik tanda lahir berbentuk api milik Kak Sith di pipi sebelah kiri, tanda itu tidak seburuk yang kukira. Malah menurutku tanda lahir itu membuat keunikan sendiri untuk penampilan Kak Sith. Ditambah kacamata yang Ia pakai membuat kesan serius dan keren.

“Meski kupandang beberapa kali, aku pasti akan tetap bilang itu memang keren.” Gumamku tidak sadar.

“Keren? Apanya?”

“Tanda lahir api milik Kak Sith.” Sahutku spontan.

“…”

“Kak Sith? Kenapa diam?”

“…” Kak Sith tetap diam tidak menjawab.

“Halooo? Ka-kak~” Panggilku lagi.

“Baiklah, sudah kuputuskan!” Gumam Kak Sith menggenggam kedua tanganku dengan tatapan mata penuh harap. “Vira- Tidak! Adikku Vira, maukah kamu membantuku untuk belajar semua hal tentang AURA. Kakak percayakan semuanya kepadamu.” Pintanya serius.

“Y-ya? Tentu. Hihihii… kalau Kak Sith tidak keberatan, akan kubantu Kak Sith semampu yang aku bisa” Jawabku ringan.

“Terima kasih Vira!”

Dimulailah hari-hari pelatihan rahasiaku dengan Kak Sith. Kami selalu bertemu di taman setiap sore hari untuk berlatih bersama baik dalam hal AURA ataupun sekedar ngobrol topik yang sepele. Diluar dugaan, ternyata kontrol AURA Kak Sith sangatlah bagus, hanya dua level di bawah ksatria utama kerajaan! Dia sudah sebagus ini mengingat umurnya masih terbilang sangat muda sekali.

Di momen lain, aku mulai dekat dengan Yhurno adalah ketika dia membaca buku sendiri di perpustakaan mansion. Waktu itu aku berkeliling karena bosan hingga sampailah di depan pintu kembar besar. Saat aku buka di dalamnya ada Yhurno yang duduk dikelilingi belasan buku dari berbagai bidang ilmu. Dia terlihat sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memperhatikan sekitar.

[Sedangkan Si bungsu Yhurnomghan 5 tahun lebih muda dari Kakaknya, Sith. Dia anak yang sedikit pendiam dan suka sekali membaca, bahkan kata Pak Looqe Ia lebih pintar dibandingkan anak seusianya. Sayang sifat pendiamnya membuat dia sedikit dijauhi oleh anak-anak lain.]

Aku segera pergi menuju dapur, mengambil beberapa makanan ringan beserta dua cangkir teh hangat. Mampir ke kamar sebentar untuk mengambil satu papan permainan crotar, dan pergi lagi ke perpustakaan.

Kreek…

“Permisi, Yhurno?” Panggilku pelan.

Tetap tidak ada jawaban dari anak bungsu Pak Looqe itu, dia masih fokus bersama buku-bukunya. Kutaruh makanan ringan yang kubawa ke atas meja di depan Yhurno, beserta dua cangkir teh buatanku.

“Yhur-no~” Panggilku lagi.

Akhirnya anak berambut hitam itu keluar dari kesibukannya, dia melirik saat aku memberikan teh miliknya tanpa menunjukkan ketertarikan untuk ngobrol.

“Yhurno, mau bermain sesuatu dengan Kakak?” Tanyaku tersenyum.

“Bermain?”

“Ya, bermain ini.” Aku mengeluarkan papan permainan Crotar.

Yhurno masih menatap papan crotar yang kubawa dengan pandangan semu tidak tertarik, tapi meski begitu dia lebih memilih menaruh bukunya dan menanggapi ajakanku. Aku tersenyum senang dan mulai menata bidak-bidak crotar. Itulah kejadian awal kemenangan beruntunku atas Yhurno, hingga sisi yang tidak pernah dia tunjukkan mulai aku ketahui satu-persatu. Seperti tidak mau menyerah dan tidak mudah depresi.

Dia adalah anak yang penuh dengan semangat dan selalu antusias. Sayang tidak ada yang mengerti tentang hal itu. Aku akui memang Yhurno adalah anak yang sangat pintar dibanding anak-anak seusianya. Namun karena kepintarannya itulah membuat sudut pandangnya dengan anak-anak lain jadi berbeda, membuat dirinya jadi pendiam dan selalu menyendiri.

“Kak Vira, kapan kita bisa bermain lagi?” Tanyanya di suatu waktu.

Aku menunduk mendekati dia sambil mengelus kepalanya.

“Bagaimana kalau nanti sehabis makan malam? Waktu Kakak saat itu mungkin sudah kosong.” Jawabku sambil tersenyum.

Sebenarnya alasan utama aku selalu bermain dengan Yhurno bukan karena kasihan ataupun janjiku ke Pak Looqe, tapi karena aku senang menggodanya saat dia kalah. Ekspresi yang dibuat Yhurno saat kalah benar-benar tidak tergantikan sama sekali.

“Serius ya Kak! Baiklah, sampai nanti!” Dia pergi dengan nada senang.

Aku melambaikan tangan melihat dia begitu ceria hari ini. Hingga tanpa sadar guratan senyum aneh di wajahku keluar. “Dia sangat lucuuu~ Aku ingin melihat bagaimana ekspresi kekalahannya hari ini. Heheheee~”

“Senyummu menggelikan tahu.” Ejek Pak Looqe membuyarkan lamunanku.

“Eh!? Pak Looqe? Ini cuma wujud kasih sayangku tahu! Bukankah dia begitu menggemaskan? Heheheee~” Sekali lagi tanpa sadar aku membuat senyum aneh.

“Dasar brother complex.” Tambah Kak Sith.

“Ukh…” Aku tersudut tidak bisa membalas.

“Pfft! Hihihii…” Bu Jula tertawa kecil melihat obrolan kami.

Sejak saat itulah hubunganku dengan keluarga Wooseman menjadi erat, mereka menerimaku sebagai bagian dari keluarga mereka.

Kembali ke waktu sore hari seusai piknik bersama di bukit belakang mansion, kami pulang ke mansion saat matahari tergelincir dari langit. Kemudian berhenti sebelum tiba di rumah. Tepat di gerbang sana ada kendaraan lain yang terlihat seperti menunggu sesuatu. Kendaraan dengan logo berbentuk palu yang bersinar.

“Vira.” Ucap Pak Looqe.

“Ya, aku mengerti.” Responku pendek.

“Sith, Yhurno, kalian ke dalam rumah dulu bersama Ibu ya. Ayah dan Kak Vira nanti menyusul.” Kata Pak Looqe.

“Kak Vira tidak ikut kami?” Tanya Yhurno langsung, dia sekarang benar-benar lengket denganku. Tentu saja fakta itu membuatku sangat senang sekali.

“Kakak nanti akan menyusul Yhurno, sehabis itu akan Kakak ajari sebuah permainan baru. Jadi sekarang Yhur menurut kata Ayah ikut Ibu dan Kak Sith masuk dulu ya.” Aku mengelus rambut lurus Yhur yang hitam dan lebat itu.

“Kalau Kak Vira bilang begitu… baiklah.” Sahut Yhur.

Untungnya Kak Sith tidak menanyakan apa pun dan tetap diam, dia langsung menurut ikut Bu Jula dan Yhurno masuk ke dalam mansion.

Tok! Tok! Tok!

“Silahkan.” Kata Pak Looqe.

Seorang pria dengan pakaian kasual coklat masuk ke dalam kereta kami, bersama seorang asisten perempuan di sampingnya.

“Jadi Teer, ada info terbaru tentang Si Ragnar?” Pak Looqe memulai pembicaraan kami.

“Tidak, tapi coba anda lihat dokumen yang kami bawa ini.” Teer, atau kalau boleh kubilang Adis yang asli, memberi kami berdua sebendel dokumen bersegel khusus.

Saat membawaku ke Pak Looqe dulu, Adis telah memutuskan akan menjadi pengganti Teer dan menggunakan kekuasaannya untuk mencari info Si Adis palsu. Sehingga kami memanggilnya Teer mulai saat itu, dan Si Adis palsu kami panggil dengan inisial 'RAGNAR'.

Pak Looqe membuka dokumen dari Teer dan isinya berupa sebuah peta dunia dan beberapa tempat diberi tanda lingkaran merah. Kemudian sederet daftar nama beserta tanggal-tanggal yang berbeda.

“Selama hampir setahun ini aku terus mencari jejaknya Si Ragnar, namun yang kutemukan hanyalah sisa-sisa dari eksperimennya di seluruh benua. Semua tempat itu adalah kerajaan Ingrid, kekaisaran Musplehein, kerajaan Vanamvishac, kerajaan Jutanheir, republik Ilfhant, kerajaan Veinird, kekaisaran Nulfhain, federasi Niddhan, dan republik Sfartan. Hanya negara-negara Methkhad atau negara asing yang berada di luar benua Yhdsavoil yang belum aku selidiki. Ragnar benar-benar hilang dan tidak ada laporan dia terlihat lagi. Namun aku mendengar rumor kalau dia pernah melewati perbatasan benua Ydhsavoil dan pergi menggunakan kapal laut. Sumber rumor ini kurang terpercaya karena berasal dari orang mabuk di pelabuhan. Bagaimana menurut kalian berdua?” Teer memberi kami sebuah dokumen baru tentang rumor yang dibahasnya.

Asal-usul rumor ini tidak valid dan meragukan, bersumber dari seorang pria mabuk di sebuah pojokan pasar pelabuhan. Seorang preman pasar, itulah kesimpulan pekerjaannya. Dia mengatakan kalau sekitar lima bulan yang lalu dirinya melihat Si Ragnar berada di atas kapal yang baru lepas sauh. Hanya satu poin yang membuatku berpikir kalau rumor ini benar, preman itu mengatakan kalau Si Ragnar membawa sebuah tombak hitam berhias garis emas.

“Aku tidak yakin kalau rumor ini benar, tapi bagaimana menurutmu Vira? Kamu yang lebih tahu tentang Ragnar lebih dariku.” Pak Looqe menanyai pendapatku.

“Sejujurnya 90 % aku bisa bilang kalau rumor ini tidak berarti, tapi 10% sisanya…” Aku berhenti berbicara sejenak.

“Jadi kamu berpikir sepertiku juga Vira, poin sama yang membuatku tidak bisa mengabaikan rumor ini meski terlihat meragukan.” Sahut Teer.

“Ya, tombak hitam berhias garis emas. Terdengar sama dengan tombak yang digunakannya waktu itu. Sayangnya meski rumor itu benar, kita tetap terlambat mengetahuinya. Rumornya mengatakan kalau Ragnar sudah pergi lima bulan yang lalu. Ditambah dia pergi keluar benua Ydhsavoil menuju ke Methkhad. Negeri-negeri asing yang di luar benua Ydhsavoil. Mencarinya pun pasti butuh waktu yang tidak sedikit juga.” Ujarku serius

Sampailah kami di titik buntu pembicaraan dan tidak tahu harus berkata apa. Hening sambil melihat dokumen yang ada.

Prok!

Asisten perempuan Teer menepuk tangannya memecah suasana suram ini. Dia adalah seseorang yang pernah membantuku dulu ketika aku berencana menyerang laboratorium. Mantan pelayan Pangeran mahkota yang sekarang melayani Teer yang baru. Ia berganti pekerjaan dari pelayan pribadi menjadi asisten utama.

Sicrayov va Bryn Hildran.

“Kenapa Sic?”

“Bagaimana kalau kita kesampingkan masalah posisi Ragnar dan menyusun rencana untuk ke depannya.” Usul Sic.

“Oke, aku paham. Teer, bebas tugaskan anggota YMIRR dari misi siaga mereka di setiap penjuru benua. Biarkan mereka merasakan kehidupan normal untuk sesaat. Namun bila suatu saat ada misi penting mendadak, seluruh anggota YMIRR harus ikut berpartisipasi tidak peduli apa pun alasannya. Tidak terkecuali aku juga.” Kataku sambil mengembalikan dokumen-dokumen tentang Ragnar.

“Kamu yakin Vira?” Tanya Teer memastikan.

“Ya, mereka berhak untuk menikmati kebebasan. Lagipula MANA pengikat kita sudah hilang, dan kejiwaan mereka sudah mulai nampak membaik.”

“Dimengerti, bagaimana dengan anda Pangeran Looqe?” Tanya Teer memastikan.

“Aku percaya apa pun keputusan dari putriku, Duke Teer.” Jawab Pak Looqe tanpa ragu.

Teer dan Sic langsung tertawa kecil mendengar jawaban tersebut. Aku mencubit pelan tangan Pak Looqe karena jawabannya membuatku sedikit malu. Kedua tamu kami pulang setelah memberiku sebuah surat kecil bersegel khusus kerajaan Ingrid. Surat hadiah sambutan langsung dari Raja Oevin.

Glup…

Meski bilangnya surat hadiah, bagiku malah lebih ke surat teror. Kenapa Ayah dari Pak Looqe memberiku surat ini?

1
RiesSa
Menyala gan
Hakim Zain
Menyala abangkuh!
Hakim Zain
Bagus thor
Hakim Zain
Nice
Linda Ika Widhiasrini
up gan
Linda Ika Widhiasrini
Doppelgangerkah? mirip banget
Linda Ika Widhiasrini
Up Thor
RiesSa: Siap, terima kasih
total 1 replies
Linda Ika Widhiasrini
lanjut thor
fayefae
penulisannya bagus thorr, aku mampir yaa, kalau berkenan boleh mampir balikk. semangat terusss
RiesSa
Terima kasih
👑Queen of tears👑
dalam bangettt ini thor /Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!