Danisa seorang gadis cantik dan sederhana. Tidak tamat SMU karena kondisi perekonomian keluarganya yang sulit mengharuskannya bekerja dan merelakan cita-cita.
Demi membantu menyambung kehidupan ibu dan adik-adiknya, Danisa rela bekerja banting tulang menjadi SPG di toko sepatu di sebuah mall.
Suatu hari, pertemuannya dengan laki-laki berpenampilan compang-camping yang menurutnya seorang tuna wisma, Danisa memberikannya jatah makan siangnya.
Siapa sangka rupanya pertemuan itu mengubah alur takdir Danisa hampir keseluruhan karena ternyata pria yang dia kira miskin itu adalah pemilik perusahaan brand sepatu tempat dia bekerja.
Bagaimana kisah Danisa? Ayo kita berkelana di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Staf Baru
Keadaan menjadi tegang seketika. Anjas yang tidak menyangka jika seseorang yang Danisa bawa tidak lain merupakan atasannya. Lutut pria itu menjadi lemas dan bibirnya kelu seketika.
Tak ada respons pasti dari Anjas, gadis itu tak gentar untuk terus membujuknya.
"Pak Anjas, Anda sendiri yang bilang kalau outlet kita kekurangan tenaga pria, kan? Jadi, saya mohon Bapak pertimbangkan supaya temanku ini bisa bekerja di sini," ujar Danisa merayu atasannya.
"Teman?" saut laki-laki yang berdiri di sebelahnya.
Danisa menyikut seseorang di sebelahnya. "Hust, diamlah dulu sebentar!"
Gadis itu lantas mendekat pada atasannya dan berjinjit mendekatkan bibirnya ke telinga Anjas.
"Jangan bikin mentalnya semakin down, Pak. Dia sedang banyak masalah, saya sangat prihatin dengannya. Tolong bantu dia mendapatan pekerjaan, Pak," bisik Danisa.
Namun, Anjas hanya bisa merem melek dengan apa yang dikatakan oleh gadis kecil itu.
"Danisa tapi," kata Anjas.
Danisa menggeleng, dia tak mau mendengar kata tapi. "Dia bisa bekerja apa saja di sini, saya yang akan memandunya, sungguh."
"Iya, kan .... " Danisa mengernyit, ucapannya terjeda sebab dia belum tahu siapa nama laki-laki itu.
"Burhan," ujar laki-laki itu secara asal.
"Iya, kan, kamu bisa mengerjakan apa saja di sini, Burhan?" tanya gadis itu mengulang.
Burhan mengangguk dengan seringai menggelikan, entah mengapa terpikir satu nama 'Burhan' secara spontan keluar dari mulutnya begitu saja.
Bukan hanya dirinya yang ingin tertawa, tetapi Anjas pun sama. Dia menahan sesuatu yang menggelitik perutnya, inginnya tertawa lepas, tetapi dia sadar siapa yang ada di depannya itu.
Danisa merangkul lengan laki-laki itu, sekali lagi dia ingin meyakinkan jika seseorang yang dia bawa bersamanya adalah baik dan dia akan menjaminnya sendiri.
"Aku jamin, dia akan bekerja sesuai dengan prosedur yang ada, Pak."
Mata kedua laki-laki itu bertatapan, tentu Anjas yang lebih dulu menunduk tak berani bertatapan lebih lama dengan orang yang selama ini dia sebut 'Pak Bosnya'. Jelas, Anjas tak bisa memutuskan apakah dia harus menerima atau menolak pak bos itu bekerja atau tidak, sedangkan ini outlet miliknya sendiri.
"Aku ingin bekerja di sini," ujar laki-laki itu.
Sontak, Anjas mengangkat kepalanya. Dengan tatapan yang membulat, Anjas menggeleng-gelengkan kepala.
"Anda yakin, Tuan?"
"Tuan?" tanya Danisa yang tak mengerti.
"Oh, maksudnya Burhan! Akan banyak pekerjaan berat di sini, apakah Tuan ini maksud saya Burhan bisa melaksakan tugasnya dengan bener?" tanya Anjas yang serba kesusahan dalam bersikap.
"Aman," jawab laki-laki itu.
"Dengar, Pak? Temanku ini memang pekerja keras, jangan Bapak merehkan kualitas tenaganya," kata Danisa.
Saat Danisa sedang mengalihkan pandangan, Anjas dengan isyarat mata bertanya pada tuannya itu. Hanya menempelkan satu jari di mulutnya dan anggukan kepala yang menandakan jika Anjas harus tutup suara dan harus menuruti perintahnya.
"Baiklah, Burhan diterima bekerja."
Danisa terperangah senang. Mulutnya sampai menganga.
"Wah, terima kasih, Pak. Saya janji akan memandunya dan memastikan jika uang dikasir takkan ada yang berkurang sedikit pun," kata Danisa.
Herxi alias pemuda yang mengaku bernama Burhan itu melengos mendengar perkataan si gadis yang berulang kali meremehkan dirinya.
"Cih, apa dia kira aku ini jambret?" tanya laki-laki itu dalam hati.
Anjas hanya meringis mendengar Danisa mengatakan hal yang di luar nalarnya.
"Pekerjaan apa yang teman saya dapatkan, Pak?"
Anjas pun kebingungan sendiri, tidak ada yang bisa dia tugaskan pada atasannya sendiri atau tamatlah riwayatnya. Tentu, karena dia takkan mau kehilangan pekerjaannya.
Lagi-lagi Anjas hanya bungkam dalam waktu yang lama, pada akhirnya Danisa yang berinisiatif sendiri. "Ah, aku tahu! Bantu Kak Sam menyortir barang di gudang saja! Ayo, ikut aku!" ujar Danisa dan segera memandu Burhan masuk ke dalam gudang outlet itu.
lanjut LG