NovelToon NovelToon
Asmaradhana Putri Ningrat

Asmaradhana Putri Ningrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:307k
Nilai: 4.9
Nama Author: Kirana Pramudya

Dua tahun Sitha dan Danu berpacaran sebelum akhirnya pertunangan itu berlangsung. Banyak yang berkata status mereka lah yang menghubungkan dua sejoli itu, tapi Sitha tidak masalah karena Danu mencintainya.

Namun, apakah cinta dan status cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan?

Mungkin dari awal Sitha sudah salah karena malam itu, pengkhianatan sang tunangan berlangsung di depan matanya. Saat itu, Sitha paham cinta dan status tidak cukup.

Komitmen dan ketulusan adalah fondasi terkuat dari sebuah hubungan dan Dharma, seorang pria biasalah yang mengajarkannya.

Akankah takdir akhirnya menyatukan sepasang pria dan wanita berbeda kasta ini? Antara harkat martabat dan kebahagiaan, bolehkah Sitha bebas memilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Pramudya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berani Mengambil Langkah

Sitha sungguh tak percaya dengan setiap pesan yang Danu kirimkan. Bahkan sampai sekarang, dia masih membaca pesan Danu yang terbaru. Ya, masih ada pesan yang Danu kirimkan.

[Aku yakin kamu gak bakalan membatalkan pernikahan kita.]

[Kamu bukan gadis seberani itu.]

[Kalau sampai kamu membatalkan, hancur sudah reputasi Keluarga Ningrat.]

Membaca deretan pesan tersebut, Sitha hanya tersenyum. Beraninya Danu mengancamnya. Dia tidak tahu bahwa wanita juga bisa memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memilih dan memutuskan.

Setelahnya, ketika seluruh keluarganya sedang berkumpul dan menikmati Es Dawet. Sitha mengamati satu per satu keluarganya yang berwajah cerah dan bahagia. Sitha tahu bahwa bisa saja keluarganya bahagia, karena pernikahan memang adalah momen bahagia yang dirayakan. Setelah mempertimbangkan baik-baik, Sitha meminta izin untuk berbicara.

"Rama, Ibu, Mas Satria, dan Mbak Indi. Sitha ingin berbicara sebentar dengan serius," katanya.

Rama Bima menganggukkan kepala. Anak-anak juga diajak ART di kediaman Rama Bima terlebih dahulu. Sekarang, hanya orang dewasa yang berkumpul dan juga Sitha.

"Bicaralah, Dek ... ada apa?" ucap Satria.

"Iya, bicaralah. Ada apa? Kenapa rasanya sangat serius." Rama Bima mengatakan demikian.

"Rama, Ibu, Mas Satria, dan Mbak Indi sebelumnya Sitha mau minta maaf. Namun, ada sesuatu yang sangat penting yang ingin Sitha sampaikan sekarang. Keputusan terbaru Sitha, dan juga mungkin akan berakibat ke nama baik keluarga Negara. Rama dan Ibu, Sitha ingin membatalkan pernikahan ini."

Dengan begitu tenang dan berusaha menyusun setiap kata-katanya dengan lembut, Sitha berani mengatakan untuk membatalkan pernikahan dengan Danu. Tentu saja orang tua dan kakaknya menjadi bingung. Sebab, sebelumnya Sitha pun tidak menyampaikan apa-apa sama sekali. Rama Bima sampai menatap lama putri tunggalnya itu.

"Ada apa, Ndug?" tanya Bu Galuh.

"Sitha hanya ingin membatalkan pernikahan ini. Rama, mohon jangan marah dulu. Sebab, Sitha memiliki pertimbangan yang matang dan tidak impulsif sama sekali."

Sitha mengatakan demikian dan meminta Ramanya supaya tidak marah. Sebab, Sitha mengingat bagaimana dulu Rama Bima marah ketika Satria hendak menikahi kekasih hatinya yang bukan berasal dari keluarga ningrat. Bagaimana Rama marah dan mengusir Satria dari rumah, masih membekas di memori Sitha.

"Ceritakan dulu," kata Rama.

"Baru saja Mas Danu mengirimkan pesan kepada Sitha, Mas Danu berkata meminta sesuatu yang tidak bisa Sitha tolerir. Pernikahan itu sakral dan suci. Rama selalu bilang kalau orang Jawa ketika menikah akan memasang Janur yang bermakna Sakral dan Suci. Jannah dan Nur apabila dikereta katanya yang berarti cahaya surga. Namun, ada seseorang yang berusaha menistakan sucinya akad yang belum terucap. Mas Danu meminta HS terlebih dahulu," jelas Sitha.

"HS?" tanya Satria. Si kakak sudah terlihat emosi mendengarnya.

"Iya, hubungan suami istri terlebih dahulu."

Sitha menyerahkan handphonenya kepada Rama dan Ibunya. Tidak perlu menunjukkan berbagai foto yang dia ambil antara Danu dan Ambar. Cukup menunjukkan foto itu saja. Rama Bima dan Bu Galuh men-scroll deretan pesan itu. Memang tertera bahwa Danu meminta HS dan berdalih akan tetap menikahi Sitha dan juga tidak akan kabur karena sudah menjelang hari H pernikahan.

Lalu, Indi dan Satria giliran membaca deret pesan itu. Sebagai kakak, Satria sangat geram. Namun, Satria bisa mengendalikan emosinya.

"Pria yang tak bisa menahan syah-watnya sangat menakutkan Rama. Bisa saja nanti Sitha dinikahi hanya untuk memuaskannya. Menjadi obsesinya. Tidak menghargai seorang wanita, Sitha tidak bisa, Rama."

"Danu ... Danu, bisa-bisanya kamu melakukan seperti ini kepada anak gadisku." Rama Bima bertutur demikian.

"Benar Danu seperti ini?" tanya Bu Galuh.

"Benar, Ibu. Pesan itu memang dari Mas Danu. Sitha tidak berbohong. Memulai semuanya dari nol, menjaga kesucian dan kesakralan pernikahan itu bagus. Sama seperti Mas Satria yang tidak menyentuh Mas Indi sebelum janur kuning melengkung dan akad terucap secara sah."

Sitha berkaca kepada kakaknya. Sitha adalah saksi bagaimana selama berpacaran Satria berusaha tidak menyentuh berlebihan. Sebatas berpegangan tangan saja. Sikap Satria yang bisa menjaga wanitanya itu sangat Sitha inginkan. Sebelum akad jika sudah bisa menghargai wanita, usai akad pun pastilah akan lebih dihargai. Istri bukan hanya dijadikan pemenuhan napsu dan melampiaskan hasrat. Dalam pernikahan, justru hubungan suami istri itu adalah wujud ibadah.

Indi menganggukkan kepala, apa yang Sitha sampaikan benar adanya. Satria baru benar-benar menyentuhnya saat setelah akad. Untuk pria seperti Satria, memang Indi merasa bangga memiliki suami yang beradab dan berakhlak layaknya Ksatria.

"Baiklah, Sitha. Rama akan mewujudkan keinginanmu kali ini."

Sitha memejamkan matanya. Merasa lega karena Rama tidak marah kepadanya. Sitha pikir nantinya Rama akan marah sama seperti kepada Mas Satria dulu.

"Maafkan Sitha, Rama. Semua kerugian jelang pernikahan ini pasti besar, juga nama baik Negara juga akan tercoreng karenanya."

"Sitha, ada sebuah pitutur seperti ini. Drajat lan pangkat bakal minggat, banda dunya bakalan sirna. Ya, nyawa iku gadhuhan, bandha iku titipan, dan pangkat iku sampiran. Nyawa, harta, dan pangkat di dunia ini hanya sementara. Semua yang ada di dunia tidak ada yang abadi. Semua ini tidak ada apa-apanya, Sitha. Rama nanti yang paling bersedih ketika kamu menderita setelah pernikahan. Rama pikir tugas sebagai orang tua selesai usai menikahkan kamu, tapi kamu mendapatkan pria yang tidak tepat bisa membuat Rama menyesal seumur hidup. Tidak apa-apa."

Sitha yang sejak tadi tegar dan tenang barulah sekarang menangis. Sekali-kali bukan karena pernikahannya batal, tapi karena Rama Bima yang sangat menyayanginya. Tidak menghiraukan berapa uang yang sudah terbuang, atau tidak memikirkan nama baik keluarga. Justru Rama akan menyesal ketika putri tunggalnya salah memilih jodoh.

"Jangan menangis. Salah memilih jodoh itu penyesalannya seumur hidup, Tha. Rama tidak ingin kamu menyesali seperti itu. Kamu juga harus bahagia seperti Ibumu dan Mbak Indi bukan?"

Indi yang sejak tadi diam, sekarang dia memeluk adik iparnya yang menangis dengan bahu bergetar itu. Sitha menangis di pelukan Kakak iparnya. Bu Galuh turut menitikkan air mata. Siapa sangka terjadi peristiwa sebesar ini hanya beberapa hari sebelum akad.

"Maafkan Sitha ya, Ibu," kata Sitha dengan suara bergetar.

"Tidak. Ibu menangis lebih ke membayangkan bagaimana jika kamu rusak sebelum akad. Kita percaya bahwa bunga itu harus mekar dengan indah, bukan layu sebelum berkembang. Ibu bangga padamu, Ndug Ayu. Kamu masih muda, tapi berani mengambil sikap, berani memutuskan apa yang tidak benar. Kali ini pernikahan boleh gagal, tapi semoga Allah gantikan nanti dengan pasangan yang sepadan yang mencintai kamu dengan tulus."

Itulah doa Ibu. Bu Galuh memuji keberanian Sitha. Mungkin wanita lain akan menangis karena gagal mendapatkan pria kaya raya. Namun, tidak bagi Sitha. Lebih baik, menyesal sekarang daripada menyesal berkepanjangan.

1
LISA
koq g ada kelanjutannya ?
Afternoon Honey
jadi ini dianggap tamat ya author Kirana 🤔
WaTea Sp
semangat danu....
WaTea Sp
astagfirulloh.....
WaTea Sp
bener tuh si ambar kurang bersyukur......nyesel baru rass lo mbar
WaTea Sp
ambar ambar sadar sedikit knapa, wong asalmu jg bukan orkay kok
WaTea Sp
ambar maaih aja sombong gak ada berubahnya....twpok jidat
Windy Veriyanti
semoga Author berkenan meneruskan cerita yang apik dan indah ini 🙏🌹
tetap semangat ✊
Gusti Allah tansah mberkahi 🍀🌸❤🌸🍀
Windy Veriyanti
si Ambar uni kudu dipentokkin tiang dulu kayaknya, biar pikirannya jadi lempeng...
Windy Veriyanti
senang sekali jika ada seseorang yang memahami sejarah dan budaya daerahnya, serta mampu menceriterakan dengan begitu baik...seperti Shita
Windy Veriyanti
step by step, Mas Dharma...
disyukuri walaupun hanya ada selintas ingatan yang masih samar di benak Shita
Windy Veriyanti
si Ambar ini berasa nyaman banget jadi manusia antogonis 😆😁
jhon teyeng
aku sdh tahu ternyata itu ya orange juice nya aku smpt lht tp ragu dg nama yg takutnya sama
jhon teyeng
orange bisa disebutkan nggak
Windy Veriyanti
Kisah hidup seseorang dari kalangan ningrat atau bangsawan, selalu memiliki daya tarik tersendiri untuk disimak.
Terlebih didalamnya banyak terdapat sentuhan wawasan Budaya Jawa yang tentunya akan memperkaya pengetahuan si pembaca.
Saestu...sae sanget 👍
Roma Pasaribu
Tasya apa Sitha, Thor 😁
Enisensi Klara
Kirain mas Dharma mau susu yg lain 🤣🤣🤣🤣🤣🤣ntar lain cerita itu mah 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Dharma orang nya kalem dan sopan lemah lembut dan ngemongin Sitha ,tapi berubah jadi garang kalo di ranjang🤣🤣🤣🤣🤣
Enisensi Klara
ASEK 🥳🥳🥳🥳gas mas mumpung boleh 🤣🤣
Enisensi Klara
itu mau mas Dharma lebih dari pelukan hihihi 🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!