NovelToon NovelToon
Romansa Masa SMA

Romansa Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rasti yulia

Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan seorang laki-laki yang aku anggap menyebalkan akan menjadi awal bagiku merasakan sebuah sensasi rasa asing yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Lelaki menyebalkan yang hampir setiap hari menjadi teman cek-cok justru menjadi sosok lelaki yang berkeliaran dalam pikiran dan juga hati.

Perasaan apa ini? Apakah perasaan benci yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta ketika banyak hari yang kita lewati bersama? Ataukah hanya sekedar perasaan sesaat yang menghampiri di masa-masa SMA?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RMS 13. Semakin Emosi

Waktu semakin mepet untuk mengerjakan tugas geografi dari pak Johan. Sampai hari ini pun aku masih belum mengerjakan apapun. Meski aku pernah mengatakan bahwa aku akan mengerjakannya sendiri, tapi aku masih berharap Sakha mau diajak berkompromi. Kita kerja sama setidaknya sampai tugas ini selesai.

Tepat di jam empat sore selepas pendalaman materi, aku melangkahkan kaki menuju lapangan basket. Saat ini mau tak mau aku harus berbicara dengan Sakha perihal tugas dari pak Johan. Sejak tadi aku begitu heran karena Sakha tidak mengikuti pendalaman materi. Dan akhirnya melalui informasi dari beberapa teman, aku bisa mengetahui di mana lelaki itu berada. Kulihat lelaki itu tengah bermain basket. Kuakui dia jago karena berkali-kali kulihat ia berhasil memasukkan bola dalam keranjang.

"Sakha!"

Aku berteriak lantang memanggil nama lelaki ini. Mendengar teriakanku, Sakha sejenak menghentikan aktivitasnya namun tak lama kemudian ia kembali memainkan bola yang ada di tangan.

Kedua bola mataku terbelalak dan membulat sempurna dengan bibir yang menganga lebar. Aku sungguh tidak paham mengapa lelaki ini sama sekali tidak memberikan respon apapun. Bahkan teriakanku hanya dianggap seperti angin lalu.

"Kha, itu Amel mencarimu. Temui saja dulu, barangkali ada hal penting yang ingin ia bicarakan!"

Romi, salah satu murid jurusan ilmu sosial yang terkenal sebagai murid paling sering masuk ruang BK karena terlibat kasus tawuran, memberikan sebuah saran kepada Sakha. Aku rasa saran dari Romi ini cukup baik sebagai pertanda ia menghargai siapapun yang sedang memiliki kepentingan dengannya. Aku cukup salut dengan Romi. Meskipun dia dahulu seringkali ikut tawuran namun ia masih bisa sedikit menghargai orang lain.

"Biarkan saja. Tidak penting juga!"

Perkataan Sakha memang pelan, namun bukan Amel namanya jika tidak bisa mendengar ucapan lelaki itu. Tubuhku semakin dibuat terperanjat karena sungguh ucapan lelaki ini benar-benar keterlaluan.

"Apa? Tidak penting katamu?" Aku mendekat ke arah Sakha yang berdiri di tengah lapangan. Sumpah emosiku seakan meletup-letup di atas ubun-ubun. Bisa-bisanya dia mengatakan kedatanganku tidak penting.

Bibir Sakha kulihat sedikit mencebik. Aura orang sombong benar-benar terpancar di wajahnya..

"Ya, memang tidak penting kan? Jadi, lebih baik kamu segera pergi dari sini. Jangan buang-buang waktuku!"

Rasanya, aku semakin emosi mendengar perkataan Sakha. Aku benar-benar heran, ngidam apa mama Sakha dulu pada saat hamil? Sehingga melahirkan anak lelaki yang menyebalkan seperti ini.

"Heh, kamu itu jangan sok-sok an jadi orang. Kalau ada seseorang yang mencarimu itu artinya ada hal penting yang ingin ia bicarakan denganmu. Bagaimana bisa kamu menganggap itu tidak penting, hah? Jangan sombong kamu selagi kita masih sama-sama makan nasi!"

"Kamu salah besar, aku tidak makan nasi tapi makan roti, mau apa kamu hah!"

Sakha menimpali perkataanku yang justru membuatku semakin kesal saja. Aku melongo karena tidak dapat lagi membalas perkataannya. Namun kulihat Sakha mengayunkan tungkai kakinya dan menepi ke tepian lapangan.

"Kenapa masih berdiri di sana? Kamu mau mengganggu teman-temanku dengan berdiri di sana? Atau kamu mau jika bola basket itu mengenai kepalamu?"

Teriakan Sakha yang terdengar memerahkan telinga sukses menyadarkanku dari lamunan. Aku bergegas menyusul Sakha yang berdiri di tepi lapangan.

"Empat hari lagi kita harus presentasi. Ini mau bagaimana? Apakah kamu ada ide untuk mulai membuat tugas yang diberikan oleh pak Johan?"

Aku terpaksa harus membuang jauh rasa jengkel yang bercokol dalam hati dan juga rasa gengsi untuk menemui Sakha, ketika hari demi hari telah terlewati namun tugas geografi dari pak Johan sama sekali belum aku kerjakan.

Aku kira setelah Pak Johan memberikan tugas itu, si lelaki menyebalkan ini akan berinisiatif untuk mengajakku memulai mengerjakannya. Tapi yang ada justru sebaliknya. Aku dan dia sama-sama terdiam, sama sekali belum mulai membahas perihal tugas geografi itu. Alhasil, tiga hari terbuang sia-sia dan belum ada sedikitpun tugas yang aku mulai.

Sakha kulihat hanya sekilas menatap ke arahku dan tak lama kemudian ia kembali memasang wajah datarnya.

"Memang apa hubungannya denganku perihal tugas geografi itu? Tidak ada urusannya denganku!"

"Apa kamu bilang? Tidak ada urusannya denganmu?" tanyaku sembari mencoba untuk mengatur napas.

Sungguh jawaban dari Sakha ini benar-benar membuatku merasa sesak. Bisa dipastikan jika aku memiliki penyakit hipertensi, aku langsung kolaps.

"Kita satu tim, bisa-bisanya kamu mengatakan hal itu!"

"Kamu lupa aku pernah mengatakan apa?" tanya Sakha dengan bibir yang menyeringai. "Aku tidak akan pernah mau mengerjakan tugas itu. Apalagi bareng kamu!"

Aku membuang napas kasar. Di sini aku memang yang tidak konsisten. Aku ingat saat itu akulah yang mengutarakan bahwa tidak butuh Sakha untuk mengerjakan tugas itu.

"Baiklah, aku mungkin sudah salah. Tapi bisakah kali ini kita bekerja sama untuk mengerjakan tugas ini? Setelah itu, terserah kamu mau melakukan apa."

Sebelumnya aku tidak pernah merendahkan harga diriku seperti ini di hadapan orang lain. Tapi kali ini aku mencoba untuk bernegosiasi, barangkali Sakha berubah pikiran.

"Aku tidak peduli. Mau kamu kerjakan atau tidak, itu terserah kamu. Aku tidak mood untuk mengerjakan tugas itu!"

Aku meradang mendengarkan jawaban Sakha. Aku yang sudah berusaha membuang jauh rasa gengsi ternyata dibalas dengan sikap yang tak tahu diri seperti itu.

"Heh, jadi orang itu jangan egois. Kita ini satu tim. Apa pantas sikap seperti itu yang kamu tampakkan?"

Aku sungguh tidak mengerti akan maksud dari ucapan Sakha ini. Bukan hanya ucapan tapi juga sikapnya yang seakan menunjukkan bahwa dia tidak terlalu peduli dengan tugas geografi yang diberikan oleh pak Johan. Aku sampai bingung, sebenarnya apa kemauan lelaki ini.

"Terserah, yang jelas aku tidak mau mengerjakan tugas itu. Jika kamu ingin mengerjakannya, silakan kerjakan sendiri."

Perlahan, Sakha mengayunkan tungkai kakinya untuk kembali ke tengah lapangan dan bergabung dengan teman-temannya. Meninggalkanku yang masih berada dalam mode terpaku dan membeku karena masih berupaya untuk mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Sakha. Namun ...

Dug!

"Aaaahhhhh!!!" pekikku saat bola basket mengenai lengan tanganku.

"Eh, sorry ya Mel, aku tidak sengaja!"

Romi berteriak lantang kala bola yang ia pegang terlempar ke arahku. Bola itulah yang membuatku tersadar dan mulai memahami apa yang diucapkan oleh Sakha. Rupa-rupanya dia memang tidak bersedia satu kelompok denganku.

Dasar lelaki sombong. Aku sudah merendahkan harga diriku untuk mendatanginya dan menanyakan perihal tugas itu. Namun kenyataannya ia semakin menginjak-injak harga diriku. Awas saja kamu Sakha, sikapmu itu sudah seperti seseorang yang mengibarkan bendera perang. Kamu pikir aku tidak bisa mengerjakannya sendiri?

Dengan hati yang diselimuti oleh perasaan dongkol, aku memilih untuk keluar dari lapangan basket. Saat ini hanya satu yang aku inginkan yaitu cepat-cepat menjauh dari tempat ini. Aku melihat ponselku dan bang Eross memberi kabar bahwa dia sudah berada di perjalanan untuk menjemputku. Aku sedikit bernapas lega karena tidak perlu menunggu waktu yang lama aku bisa segera pergi dari tempat ini.

Baru saja aku akan berbelok ke arah pinggir jalan yang biasa menjadi tempatku menunggu bang Eross tiba-tiba ada sebuah motor Vespa modern yang berhenti di depaku.

"Bang Sakti!"

"Mau langsung pulang?"

"Loh, mengapa yang jemput Amel bang Sakti? Bang Eross kemana Bang?"

Kulihat bang Sakti hanya tersenyum simpul dan mencetak dua lesung pipit di tulang pipinya. "Eross lagi ada urusan mendadak, maka dari itu dia memintaku untuk sekalian menjemputmu. Kebetulan, aku sedang berada tak jauh dari sekolahmu."

"Oh seperti itu!"

Bang Sakti tergelak pelan namun masih bisa aku dengar. Entah apa yang membuat sahabat abangku ini tertawa.

"Mengapa wajah kamu ditekuk seperti ini Mel?"

"Ah enggak Bang. Biasa saja kok!"

"Hahaha Amel ... Amel ... Aku itu sudah lama mengenalmu jadi aku tahu kalau kamu sedang kesal." Bang Sakti mengulurkan helm ke arahku. "Ayo naik. Mumpung masih belum terlalu sore, kita ke Tempo Gelato dulu. Aku yakin setelah kamu menikmati es krim di sana, muka kamu ini tidak akan kamu tekuk lagi!"

Aku pikir tidak ada salahnya dengan penawaran bang Sakti. Es krim merupakan salah satu menu yang bisa membuat mood seseorang kembali normal. Aku pun bergegas naik ke jok belakang dan perlahan motor yang dibawa oleh bang Sakti mulai melaju pelan.

Sekilas, aku menautkan pandanganku ke arah lapangan basket dan tanpa terduga, Sakha juga ikut menatapku dari kejauhan dengan tatapan yang jauh lebih sinis dari sebelumnya.

.

.

.

1
Lia Yulia
pingin q getok nih si Sakha...
novi²⁵
uhuuuuy... klo dah kenal lbh dekat lalu mau apa lagi Kha? 😂
novi²³
judulnya udah mulai jatuh cinta 🤣🤣
novi²⁴
aseeeekkkkk... udah mulai PDKT nih.. dan sepertinya bakal jatuh cinta tuh Sakha
novi²⁴
ternyata kamu tahu balas budi ya kha 😂 kukira gk tau terima kasih. bagus deh klo gitu
novi²³
abis ngantar pulang lalu mau ngajak kemana Kha?? 🤣 pepet terussss
Fumiko Sora
ayeyeeeyeee... mau kamu ajak kemana tuh Amel, Kha? 😂😂😂 ati2.. jgn ngebut
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Citra
lanjut thoor
Fumiko Sora
aseeeekkkk... getar2 cinta dah mulai merasuki Sakha🤣🤣🤣
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
novi²⁶
acieeee cieeeee si Sakha udah mulai berani yah.. Ini sih fiks, dari benci jd cinta😆😆😆
novi²⁶
tuh kan, apa aku bilang? Sakha dah mulai tertarik sama Amel😂 semangat berjuang Kha
novi²⁶
kamu emang baik Mel, aku yakin Sakha bakal nyesel udh ngata-ngatain yg buruk ke kamu
novi²⁶
nah loh br sadar kan lu Kha klo Amel mmg sosok perempuan yg berbeda
novi²⁶
bagus Mel, orang itu emg gk pnya tata krama.. klo perlu, kamu injek tuh kakinya
novi²⁶
issshhhhh keterlaluan bgt sih tuh Sakha.. klo bicara jgn ngawur dong
mama Al
aku mampir kak Rasti
Rasti Yulia: makasih kak Mel😆
total 1 replies
mama Al
takdirmu di tangan othor
mama Al
Weh berantem terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!