Hana berbahagia karena dia bisa menikah dengan pria yang ia cintai dalam diam sejak dia masih berumur enam tahun.
Sedangkan Alaric berwajah lesu karena dia terpaksa mau menikah dengan Hana demi keselamatannya dan demi menuruti kemauan neneknya. Neneknya Alaric mengetahui hubungan terlarangnya Alaric dengan Istri orang. Neneknya Alaric kemudian menutupi perbuatan bejat Alaric dengan berkata kepada suami dari selingkuhannya Alaric bahwa Alaric tidak mungkin berhubungan dengan wanita yang sudah menikah itu karena Alaric sendiri pun sudah menikah. Suami dari wanita itu kemudian melepaskan Alaric dengan catatan dia butuh bukti pernikahannya Alaric.
Namun, bukannya sembuh dari kelakuan bejatnya, setelah menikah dengan Hana, Alaric masih tetap berhubungan dengan wanita yang sudah bersuami itu.
Lalu, bagaimanakah nasib Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sunrise
Neneknya Alaric sontak membuka mata lebar-lebar lalu menelepon Dona, "Dona, kenapa aku bermimpi buruk? Coba kamu telepon Hana"
"Baik, Nyonya"
Beberapa menit kemudian, Dona menelepon Erica, "Hana dan Tuan muda tidak bisa saya hubungi, Nyonya"
"Kalau begitu siapkan private jet kita pulang saat ini juga"
"Baik, Nyonya"
...❤️❤️❤️❤️...
Hana yang belum pernah dicium oleh laki-laki, seketika itu juga membeliak kaget lalu secara perlahan memejamkan matanya dan mengikuti permainan suaminya.
Fakta bahwa Hana tidak tahu bagaimana caranya berperan aktif, membuat Alaric semakin menggila. Alaric menarik bibirnya lalu menempelkan keningnya di kening Hana untuk berbisik dengan suara serak, "Bernapaslah, Na!"
Hana merekahkan bibirnya dan itu membuat Alaric memagut bibir Hana kembali.
Setelah puas mengajak lidah Hana berdansa liar sambil memainkan buah Cherry hitam, lidah Alaric berpindah ke telinganya Hana dan tangannya meluncur turun dengan cepat. Di atas kain berwana putih gaya anak remaja lugu, jari jemari Alaric bermain cantik di sana dan membuat Hana memejamkan rapat matanya dan mengigit bibir bawah.
Alaric menarik tangan dari kain putih di bawah sana dan menarik lidahnya dari telinga Hana saat dia mendengar suara dengkuran halus.
Alaric terkekeh geli lalu meraup wajah tampannya yang penuh keringat sambil berkata, "Bisa-bisanya dia tidur? Pfftttt! Kau memang unik, Na. Lugu, cantik, apa adanya dan unik. Aku menyukaimu, Na"
setelah merapikan pakaian dalam dan menurunkan kaos yang dipakai Hana sampai ke pertengahan paha, Alaric menarik selimut lalu dia berbaring di sebelah Hana dan memeluk perut Hana.
Pria tampan itu kemudian melihat ke jam dinding, "Jam dua belas malam? Kalau aku bawa Hana pergi ke vila sekarang, masih bisa mengejar waktu untuk melihat sunrise. Hana sejak kecil menyukai sunrise. Ya, aku akan bawa Hana ke vila sekarang juga" Alaric lalu membungkus tubuh Hana dengan selimut tebal kemudian membopong Hana dengan hati-hati.
Dia berpapasan dengan Bima di depan pintu garasi mobil.
"Bos mau ke mana malam-malam begini?"
"Ke vila. Ayo sana siapkan mobil dan anter aku ke vila"
"Hah?! Sekarang?"
"Nggak, besok aja nunggu Nenek moyang kita pulang dari melaut"
"Hahahaha! Bos pandai melawak sekarang, ya"
Alaric mendelik ke Bima dan Bima sontak berbalik badan sambil berkata, "Saya siapkan mobil sekarang, Bos"
Bima membuka pintu jok belakang dan Alaric masuk ke dalam secara hati-hati dengan masih memeluk Hana.
Setelah meletakan kepala Hana di pangkuannya, Alaric berkata ke Bima, "Jalan!"
"Baik, Bos"
Maka melaju lah mobil Van mewahnya Alaric ke vila pribadinya yang berada di kaki gunung.
"Bos, lalu Nyonya Prist bagaimana? Dia, kan, tamu, masak kita tinggalkan begitu saja?"
"Dia cewek dewasa, di rumah ada bahan masakan dan makanan, dia bisa masak kalau lapar. Aku menolong dia karena rasa kemanusiaan. Aku nggak tega melihat dia disakiti sama suaminya dan dia ketakutan. Dia butuh tempat yang aman, maka aku bawa dia ke rumah"
"Apa Bos masih mencintainya?"
"Aku rasa sejak dia menipuku dan menyembunyikan fakta bahwa dia sudah menikah, aku sadar kalau aku tidak mengenalnya dan aku rasa selama ini aku hanya memuja fisiknya Manda. Aku tidak benar-benar mengenalnya. Di malam aku bercinta dengannya, dengan bodohnya aku mengabaikan kalau ternyata dia sudah tidak perawan, aku bahkan rela menerima dia apa adanya meskipun dia sudah tidak perawan, tapi dia justru membohongiku. Dia ternyata sudah menikah"
"Saya sarankan Anda jangan lagi menolongnya, Bos. Suaminya bukan pria sembarangan. Anda bahkan pernah hampir mati dibunuh oleh suaminya"
"Iya, kamu benar. Aku memang bodoh"
"Anda tidak bodoh, Bos. Anda hanya terlalu baik hati"
"Terima kasih, Bim. Lagipula sekarang ada Hana. Entahlah, emm, sejak aku melihat ada cowok yang suka sama Hana, hatiku menjadi sadar kalau sebenarnya aku mencintai Hana selama ini. Tapi, aku masih belum berani mengungkapkan rasa cintaku ini karena dia masih berumur tujuh belas tahun. Tiga bulan lagi dia berulang tahun dan aku berencana akan menyatakan perasaan cintaku pada Hana di hari ulang tahunnya Hana"
"Lalu, kontrak yang akan Anda berikan ke Non Hana?"
"Tidak jadi. Aku berubah pikiran. Aku tidak ingin bercerai dengan Hana. Simpan saja surat kontrak itu baik-baik"
"Baik, Bos. Saya akan simpan baik-baik surat kontrak itu"
"Kalau kamu capek nyetir bilang, aku akan gantikan"
"Nggak usah, Bos. Saya sudah cukup tidur tadi dan saya lihat Anda tampak lelah. Mendingan Anda tidur, Bos"
"Hmm" Sahut Alaric. Alaric kemudian menunduk dan mengusap lembut pipi Hana sambil tersenyum lalu bergumam lirih, "Kamu cantik banget kalau tidur, Na"
Setelah mencium kening Hana, Alaric merebahkan kepalanya ke sandaran jok lalu dia memejamkan mata.
...🔥🔥🔥🔥...
Tepat di jam tiga dini hari, Hana membuka mata dan langsung duduk tegak sambil bergumam, "Kenapa gelap? Aku di mana?"
Bima yang menyahut, "Anda ada di dalam mobil di halaman depan vila pribadinya Tuan muda"
"Hah?! Apa saya tidur sambil berjalan, Pak Bima?"
"Tidak. Tuan muda yang membopong Anda. Tuan muda ada di sebelah Anda, Nona"
"Hah?!" Hana menoleh kaget ke samping kanannya dan dia melihat pria tampan pujaan hatinya tidur lelap dengan kepala bersandar di jok mobil.
"Tuan muda mengajak Anda ke sini karena Anda suka melihat sunrise waktu kecil"
Hana tersenyum dan refleks mengusap lembut pipi Alaric.
Alaric membuka mata dan langsung menarik tubuh Hana lalu memeluk Hana sambil berkata, "Kenapa kamu bangun sepagi ini? Tidurlah lagi. Matahari masih lama terbitnya. Aku akan bangunkan kamu nanti" Alaric mengusap lembut rambut Hana.
Hana tersenyum bahagia lalu berkata, "Aku tidak bisa tidur lagi, Kak"
Alaric lalu berkata ke Bima, "Bim, keluarlah!"
Bima langsung membuka pintu dan bergegas keluar.
Alaric lalu berbisik, "Apa kamu mau melanjutkan urusan kita yang belum selesai?"
Hana langsung menyusupkan wajahnya ke dada bidang Alaric lalu menggoyang-goyangkan kepalanya di sana dengan rona malu.
"Hahahahaha!" Alaric tertawa terbahak-bahak. Lalu berkata, "Kamu tega banget Na"
Hana menarik wajahnya dan menatap Alaric untuk bertanya, "Tega kenapa, Kak?"
Alaric mengulum bibir menahan geli lalu berkata sambil mengusap rambut Hana, "Kamu tidur di saat aku sedang asyik........
Hana langsung menutup mulut Alaric dengan telapak tangan lalu menyusupkan wajahnya yang merona malu di dada Alaric dan pria tampan itu kembali tertawa terbahak-bahak.
...🔥🔥🔥🔥🔥...
Sementara itu di kediamannya Alaric, Amanda bangun dan langsung berlari keluar dari dalam kamar, "Di mana Aric? Apa dia masih tidur? Dia tidur di kamar mana, ya? Nggak mungkin, kan, dia tidur sekamar dengan Hana?"
Amanda lalu turun ke lantai satu lalu mengetuk pintu kamar di lantai bawah dan tidak ada sahutan. "Apa Aric masih tidur?"
"Berani benar kamu berpakaian seperti itu di rumah laki-laki lain!" Anthony Prist menggeram dengan mata merah penuh amarah.
Suara seorang pria yang sangat dia kenal membuat Amanda seketika itu juga mematung.
🌹🌹 buat author.