Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Sinta masuk ke dalam, dengan perasaan yang tidak enak.
"Apa yang mau kalian bicarakan?" tanya Sinta dengan tatapan tajam berubah tajam ke arah mereka berdua.
"Jadi, gini ndra. Papa sudah mengetahui perbuatan mama mu sudah lama sejak kamu masih duduk di bangku SMP. Tapi, papa selalu memberikan mama mu kesempatan kedua. Dan, ya seperti yang kamu ketahui sekarang mama mu tidak pernah berubah. Itulah sebabnya mama papa tidak pernah tinggal di kamar yang sama." Ucap Pras tanpa melirik ke arah Sinta.
Deg
Seolah mati kutu, Sinta bingung akan menjawab apa bahkan suaminya sendiri sudah mengetahui kebusukannya.
"Dan, yang perlu kamu tau ndra. Mama papa akan bercerai dalam waktu dekat." Ucap Pras yang membuat Candra terkejut tak lain Sinta ia juga sangat kaget mendengar pengakuan dari sang suami.
"Pa, aku nggak mau ya di cerai in." Ucap Sinta sambil menggelengkan kepalanya.
"Terserah mama, mau atau tidak yang jelas selama sekian tahun aku sudah memberimu kesempatan kedua tapi kamu selalu menyia- nyiakannya. Bahkan, kamu sering keluar bersama berondongmu itu." Ucap Pras dengan nada penuh penekanan.
"Nggak pa, aku sudah berubah. Aku janji aku akan memperbaiki semuanya. Tolong pa, beri kesempatan kedua untukku." Ucap Sinta sambil memohon.
"Jadi, dugaan ku selama ini benar. Bahwa mama sudah bermain dengan berondong itu. Aku nggak nyangka ya ma. Mama bisa se jahat itu sama papa. Memangnya papa kurang apa?" Candra sudah dikuasai oleh kemarahannya. Hingga membuat dia tampak sangat kecewa.
Candra memang mengetahuinya namun ia selalu berfikiran bahwa itu hanya sebuah kesalahpahaman.
Hingga akhirnya, ia mengetahui fakta bahwa papanya juga sudah melihat semuanya.
"Tau apa kamu? Sudah kamu diam jangan ikut campur urusan orang dewasa." Ucap Sinta dengan nada penuh amarah.
"Apa yang dikatakan Candra memang benar. Kamu harusnya mengoreksi dirimu sendiri bukan bertingkah seperti itu." Ucap Pras.
"Ma, kenapa sih mama seperti benci banget sama aku? Kenapa? mana juga sejak kecil nggak pernah nyentuh aku. Setiap aku sakit selalu mbok Ijah yang jagain aku yang rawat aku. Kenapa mama seperti itu?"
Deg
hati Pras seolah teriris akibat pertanyaan Candra ia juga bingung akan menjelaskannya bagaimana.
"Lalu? Kamu maunya aku harus bagaimana hah?" Ucap Sinta menantang.
"Sinta cukupppp...." teriak pras yang membuat Sinta semakin menjadi.
"Nggak pa, anak nggak tau diri ini harus tau siapa dia sebenarnya." Ucap Sinta dengan mata melotot dan menunjuk ke arah Candra.
"Maksud kalian?" Jawab Candra.
"Kamu itu hanya anak pungut yang nggak tau di untung." Ucap Sinta penuh penekanan.
Jederrrrrr.... Bak disambar petir siang bolong. Mendengar pengakuan dari mulut sang mama membuat kakinya lemas. Lidahnya kelu tak bisa berkata apapun lagi. Nangis? Bahkan matanya sudah tak bisa mengeluarkan air mata.
Ia yang kecewa pun tak kuasa mendengarkan penjelasan dari Pras.
Candra melangkah pergi dari ruang kerja papanya ia masuk ke dalam kamarnya dan mengemasi seluruh barangnya.
Sedangkan di belahan bumi lain, Elea tengah praktek di rumah sakit. Ia melayani pasien satu persatu dengan tulus dan senyuman.
"Sus, kurang berapa lagi?" tanya Elea dengan nada lembut.
"Masih kurang 2 lagi dok." Elea pun mengangguk.
Hingga akhirnya pasien terakhir masuk ke dalam ruangannya.
"Silahkan pak, duduk ada keluhan apa?" Ucap Elea yang masih sibuk membuat jurnal dan kurang memperhatikan siapa yang masuk ruangannya.
"Nggak enak mood dok." Jawabnya. Mendengar jawaban aneh dari pasien membuat Elea menatap ke arah sumber suara.
"Kak Candra? ihh nyebelin, kenapa sih harus pura- pura jadi pasien." Ucap Elea dengan sebel.
"Boleh nggak dok, aku diperiksa."
"Apanya yang diperiksa orang kamu sehat." Jawab Elea sambil mengerucutkan bibirnya.
"El... aku mau pamit sama kamu. Aku mau pergi jauh dan aku nggak tau kapan aku akan kembali." Ucap Candra sambil menundukkan wajahnya. Elea menatap heran ke arah Candra.
"Maksud kakak? Please deh, mulai aneh- aneh lagi kamu ini." Jawab Elea sambil memutar bola matanya.
"El, aku serius ada masalah yang baru aku tau hari ini. Dan, aku sangat kecewa." Ucap Candra.
"Oke...oke, aku mengerti. Yaudah, tunggu dulu ya aku beresin kerjaan aku. Setelah ini kita ngobrol berdua di taman sini aja. Soalnya setelah ini aku mau nemenin ibu." Ujar Elea dengan senyuman ramah.
"Oke, aku tunggu ditaman."
Candra keluar dari ruangan Elea dengan wajah yang sangat sedih.
Selepas ia membereskan kerjaannya ia pun segera pergi menemui Candra.
"Jadi, apa yang mau kamu ceritakan?" Ucap Elea
"El, bagaimana kalau kamu memiliki seorang pasangan dengan keluarga yang broken home?" Tanya Candra tiba- tiba.
"Maksud kakak apa? Mengapa berkata seperti itu? Aku nggak mandang fisik, materi dan juga apa status sosial mereka. Jika lelaki tersebut baik dan juga mengerti aku." Jawab Elea.
"Ohh gitu ya." Candra masih menunduk sambil meremas jemarinya.
"Oh ya, tadi kakak katanya mau pergi? Mau kemana lagi? Kamu kalau ada masalah jangan lari tapi hadapilah."
"Iya kamu benar El, tapi aku butuh waktu buat nenangin diri ku. Mungkin, kamu nggak akan pernah tau apa yang aku rasakan sekarang ini." Ucap Candra.
"Benar, aku memang tidak tau apa masalah kamu. Tapi, aku juga sudah banyak menelan asam garam kehidupan. Bukan apa, tapi aku juga pernah merasakan pahitnya kehidupan. Sekarang bukan saatnya adu nasip tapi aku yakin kamu lelaki kuat. Aku yakin kamu bisa melewati semua masalahmu." Ucap Elea mencoba memberikan semangat kepada Candra.
"Terima kasih ya El, kamu sudah mengerti aku." Ucapnya tersenyum tipis.
Di sisi lain, Pras dan Sinta tengah bertengkar dengan hebatnya.
"Mengapa kamu memberi tahu Candra? Apa kamu lupa sama janji kamu?" Ucap Pras
"Memangnya kenapa? Dia sudah dewasa sudah waktunya dia mengerti." Ucapnya santai.
"Sesantai itu ya kamu, apa kamu nggak bisa ngertiin sedikit saja bagaimana perasaan Candra selama ini?"
"Perasaan? Apa kamu juga mengerti bagaimana perasaan aku merawat dia? Yang jelas- jelas bukan darah dagingku sendiri. Aku melewati hari yang tidak pernah aku inginkan."
"Memang ibu yang kejam kamu. Aku menyesal memilih kamu sebagai istriku."
"Ohh jadi baru kali ini kamu menyesal? Kenapa tidak sejak dulu? Biar aku tidak menjadi ibu sambung anak itu. Anak pembawa sial dikehidupanku"
"Dasar wanita jal...." Ucap Pras menggantung sambil mengangkat tangannya.
Sinta Refleks memejamkan matanya namun Pras segera menurunkan tangannya.
"Kenapa nggak jadi pukul aku haaa? Pukul saja pa pukul dan terus belain anak itu."
"Sinta yang aku kenal tidak seperti ini. Entahlah, sekarang pergilah aku muak melihat wajah kamu. Dan, ingat jangan pernah menginjakkan kakimu disini dan juga aku akan segera mengurus perceraian kita dan aku tidak akan memberikan kamu harta sepeserpun." Ucap Pras dengan mata memerah.
"Tega kamu pa. Aku yang menemanimu bertahun- tahun dan kamu lebih memilih anak itu." Ucap nya menahan tangis.
"Menemaniku? Apa kamu lupa kalau kamu sudah menghianati pernikahan kita? Sudah i air mata mu itu, tidak akan membuat aku iba. Sudah sana urus pacar - pacar kamu dan jangan pernah muncul di depanku lagi. Pergiiiiiiii...." Teriak Prasss dengan suara bariton yang menggema seluruh ruangan
Sinta pun bingung ia harus melakukan apa, ia juga tidak mau jatuh miskin.
"Pa... Jangan usir aku, aku mau tinggal dimana?" Ucap Sinta bersujud di kaki Pras.
.
.
Stay gaiss... Kira- kira apa Pras akan memaafkan Sinta. Terima kasih yang sudah mendukung dan juga stay di novel aku. Lopppp sekebonn ❤️❤️❤️❤️🫶🫶🫶
makasih Thor, do'a terbaik juga buat dirimu Thor 🙏😍😍