Menjadi Istri Simpanan Dosenku
Alaric pulang ke kediaman neneknya dan langsung disambut Hana. Hana adalah cucu angkat neneknya Alaric. Hana masuk ke kediaman neneknya Alaric saat dia masih berumur enam tahun dan sejak itu dia sudah jatuh hati ada Alaric yang baik hati. Saat Hana masih berumur enam tahun, Alaric masih berumur tujuh belas tahun. Jarak umur sebelas tahun membuat Alaric memperlakukan Hana seperti adik perempuannya sendiri apalagi dia tidak memiliki adik ataupun Kakak.
Alaric menenggak habis minuman dingin yang selalu Hana berikan setiap kali dia melangkah masuk ke dalam rumah. Alaric kemudian menyerahkan gelas yang sudah kosong ke Hana, mengusap pucuk kepala Hana dengan senyuman, lalu berkata, "Terima kasih"
Hana tersenyum lebar dan sambil memegang erat gelas kosong itu dia bergumam lirih, "Kak Aric masih suka mengusap pucuk rambutku. Ah, aku suka sekali" Hana lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan semakin erat memegang gelas kosong itu.
Hana kemudian berlari ke dapur untuk mencuci gelas itu lalu dia berencana membuat pisang goreng karamel kesukaannya Alaric.
Hana membuat pisang goreng karamel sendiri dan tidak menganggu chef pribadi neneknya Alaric memasak menu makan malam.
Saat Hana tengah mengiris strawbery untuk hiasan di atas tumpukan pisang yang disiram dengan karamel dan parutan keju, ibunya Hana dan neneknya Alaric pulang dari kantor. Ibunya Hana adalah asisten pribadi neneknya Alaric.
Ibunya Hana bernama Dona dan nama Hana adalah singkatan dari nama Handoko dan Dona. Handoko dipenjara karena menganiaya ibunya Hana sampai hampir mati saat Hana masih berumur lima tahun, tapi ibunya Hana berkata kepada Hana kalau ayahnya Hana sudah meninggal dunia.
Neneknya Alaric yang bernama Erica Klein, duduk di meja makan dan dengan senyum penuh kasih sayang dia menatap Hana lalu bertanya, "Kamu masak pisang goreng karamel lagi?"
"Iya, Nek. Kak Aric baru saja tiba dan saya ingin membuat camilan untuk Kak Aric"
"Terima kasih kamu sangat peduli sama Aric"
"Itu karena Nenek dan Kak Aric sangat menyayangi Hana" Hana membawa piring berisi penuh pisang karamel dengan hiasan strawberry di atasnya lalu menghentikan langkahnya sejenak untuk mencium pipi kanan Erica. Erica tertawa senang lalu dia mencium pipi Hana sambil berkata, "Buruan antar pisangnya ke kamar bocah bandel itu sebelum dia tantrum karena lapar"
"Kak Aric nggak pernah tantrum, Nek"
"Iya, bela aja terus, tuh, Kakak kamu yang bandel"
Hana terkekeh geli lalu mencium sekali lagi pipi Erica dan Erica ikutan terkekeh geli.
Hana berpapasan dengan ibunya dan ibunya Hana juga mendapatkan ciuman di pipi dari Hana.
Ibunya Hana mengusap lembut rambut Hana dan berkata, "Kalau anter pisang goreng langsung diletakan di meja saja. Tuan muda sepertinya sedang banyak pikiran. Wajahnya jutek banget"
"Iya, Bu"
Hana mengetuk pelan pintu kamarnya Alaric sebanyak tiga kali dan saat terdengar suara, "Masuk" Hana membuka pintu dengan pelan.
Hana melihat Alaric tengah duduk di depan meja sofa sambil melihat layar telepon genggam dengan wajah muram. Hana lalu meletakkan pisang goreng di atas meja tanpa mengeluarkan suara. Saat Hana meletakkan piring pisang karamel dengan parutan keju dan hiasan irisan strawberry, dirinya refleks menegakkan tubuhnya karena Alaric tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Hana refleks menunduk dan merona malu saat dia melihat di atas perutnya ada tangannya Alaric.
"Kak?"
"Maafkan aku. Aku pinjam punggung kamu sebentar untuk menenangkan hatiku. Tidak apa-apa, kan?"
Hana hanya diam mematung.
Tentu saja tidak apa-apa, Kak. Aku belum pernah dipeluk sama Kakak seperti ini dan belum pernah dipeluk oleh laki-laki manapun seperti ini. Ternyata dipeluk laki-laki yang kita cintai rasanya seperti ini. Jantung berdebar-debar, perutku terasa ada yang menggelitik, Aw! Dipeluk lama juga nggak papa. Hana meringis senang dan wajahnya semakin memerah malu.
Tapi, pelukan itu tidak lama. Alaric melepaskan pelukannya dan berkata sambil mendorong pelan punggung Hana, "Keluarlah! Aku ingin sendirian dan terima kasih untuk pisang goreng, emm, terima kasih sudah meminjamkan punggung kamu"
Hana tidak berani berbalik badan ataupun sekadar menoleh ke belakang karena dia malu wajahnya yang tengah memerah seperti udang rebus dilihat oleh Alaric.
Hanya karena sebuah pelukan singkat Hana merasa bahagia bukan main. Padahal bagi Alaric pelukan itu tidak berarti apa-apa.
Hana bergegas keluar dari dalam kamarnya Alaric sambil berkata cepat, "Sama-sama, Kak"
Hana kemudian menutup pintu dengan pelan lalu bersandar ke tembok sambil mengusap dadanya dan bergumam pelan, "Dadaku masih berdebar sekencang ini. Aw! Pelukan Kak Aric sangat hangat. Kenapa Kak Aric memelukku? Apa Kak Aric sudah ada rasa sama aku?"
Hana kemudian berlari menuruni anak tangga dengan wajah yang masih memerah malu, senyum merekah bahagia, dan dada berdebar kencang.
Dia berpapasan dengan ibunya. Ibunya Hana refleks mencekal pelan lengan Hana, "Kamu kenapa berlarian di dalam rumah, Hana? Wajah kamu juga merah. Kamu sakit?" Ibu Hana menyentuh kening Hana.
Hana melebarkan senyumannya, menggelengkan kepalanya dan setelah memeluk ibunya, Hana berlari ke kamarnya dengan lompatan-lompatan kecil dan menyenandungkan lagu, "Berawal dari tatap indah senyum mu memikat"
Ibunya Hana menautkan alisnya sambil bergumam, "Kenapa dia aneh banget sore ini? Kesambet badut safari kayaknya, Tzk! Dasar bocah" Ibunya Hana kemudian melanjutkan langkahnya dan terkekeh geli dengan sendirinya.
Mulai bulan depan Hana sudah masuk kuliah. Dia lulus SMA lebih cepat dari teman-teman seangkatannya karena dia mengikuti jalur akselerasi. Kacamata tebal yang selalu Hana pakai menandakan kalau Hana itu anak yang cerdas dan kutu buku. Itulah kenapa di umurnya yang ketujuh belas, bulan depan, dia sudah berkuliah di jurusan desain interior. Dia ambil jurusan desain interior karena dia ingin bekerja di perusahaan yang Alaric pimpin. Dia ingin bekerja sambil terus melihat wajah tampan pujaan hatinya.
Hana berkuliah di universitas swasta milik Erica Klein. Erica Klein mengurus yayasan pendidikan miliknya, bisnis perhotelan juga beberapa kafe dan restoran. Sedangkan Alaric mengurus perusahaan desain interior dan garmen. Selain mengurus dua perusahan grup Klein, Alaric juga mengajar di universitas milik neneknya seminggu tiga kali. Agar tidak lupa dengan ilmunya maka Alaric memutuskan untuk mengajar.
Hana keluar dari dalam kamar saat dia mendengar ada ketukan diiringi suara dari kepala pelayan kalau makan malam sudah siap. Hana membuka pintu dan langsung tersenyum lalu berkata ke kepala pelayan tersebut, "Terima kasih, Nyonya Janet"
"Sama-sama Hana. Nyonya besar sudah menunggu kamu dan........."
"Lho, Tuan muda mau ke mana?" Nyonya Janet berteriak memanggil Alaric yang berlari kencang melintasi Hana dan dirinya.
Hana langsung menepuk cepat pundak Nyonya Janet, "Aku akan menyusulnya. Nyonya Janet kasih tahu Nenek, ya"
"Oke, Hana. Hati-hati"
Hana melambaikan tangan sambil berteriak, "Baik!" Dan berlari kencang menyusul Alaric. Hana masuk ke dalam mobil yang masih terparkir di halaman depan dan supir pribadinya Erica langsung tancap gas sambil bertanya ke Hana, "Non Hana mau ke mana?"
"Cepat ikuti mobilnya Kak Aric, Pak"
"Siap, Non"
Sementara itu Nyonya Janet tengah berdiri di depan Nyonya besarnya dan berkata dengan wajah panik dan suara bergetar, "Tuan muda berlari kencang keluar dan saya melihat ada pistol di punggung Tuan muda tadi. Lalu, Hana menyusulnya"
Ibunya Hana dan Neneknya Alaric sontak bangkit berdiri secara bersamaan. Lalu, mereka berdua berlari ke depan. Erica menelepon polisi dan Dona menelepon kepala pengawal pribadi Keluarga Klein. Ibunya Hana dan Neneknya Alaric kemudian masuk ke dalam mobil dan kepala pengawal pribadi keluarga Klein yang bernama Edwin langsung mengaktifkan alat pelacak.
"Di mana Aric sekarang ini, Win?" Tanya Erica dengan wajah panik.
"Tuan muda menuju ke sebuah hotel, Nyonya dan dari kamera kecil yang saya pasang di bawah bagasi, terlihat ada sebuah mobil Van hitam mengikuti mobil sportnya Tuan muda"
Wanita yang sudah berumur enam puluh tahun itu langsung bertanya dengan wajah yang semakin panik, "Lalu, Hana? Bagaimana dengan Hana?"
"Mobil Pak Tono berada di belakang mobil Van hitam yang mengikuti mobil Tuan muda. Ini saya mengambil jalan pintas. Saya rasa kita akan segera sampai di hotel tersebut untuk menyelamatkan Tuan muda dan Non Hana"
"Bagus, Win"
"Saya sudah menemukan pemilik plat nomer mobil Van hitam itu, Nyonya besar" Sahut Dona, ibunya Hana.
"Milik siapa mobil itu?"
"Milik pengusaha dan pengacara muda yang bernama Anthony Prist"
"Grup Prist? Kenapa dia mengincar Aric? Bisnis mereka tidak bersinggungan dengan bisnis kita"
"Entahlah Nyonya" Dona dan Edwin menyahut secara bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dian Endra
keren banget ceritanya, 🩷
2024-04-10
0
Anita Jenius
setelah sekian lama. ternyata kakak masih aktif nulis ya.
2024-04-05
0
muna aprilia
lnjut
2024-03-14
0