Dikisahkan kehidupan pedih dari sang Tokoh Lili, yang hidup Menderita dan penuh ujian dari Kecil, mengubah pandangannya ke pada dunia, siapa sangka ujiannya semakin berat kala memasuki usia remaja----.
Lili menjadi korban Perundingan di sekolah, kondisi ekonomi semakin memperparah keadaan sang tokoh, mampukah sang tokoh melewati berbagai ujian dalam kehidupannya ekonomi, Cita-cita, dan kerumitan kisah cinta sang Tokoh.----
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon litap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemakaman
........🥀..........
"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan."
Roma 14:8
......................
"Vania, sudah bahagia di sana"
"Dia sudah tidak sakit lagi"
"Bahagia disana ya sayang"
Ucap seorang ibu yang begitu kehilangan Putry kesayangannya, wanita berumur itu terus mengusap Wajah putry nya di peti mati. disampingnya ada suaminya yang selalu mengusap pundak Istrinya itu.
......................
Tatapan kosong, begitulah yang tertampang di wajah Lili yang hanya duduk diam dan bersandar di dinding. seraya melihat tangisan orang tua Vania di dekat peti mati. ia tak menghiraukan orang berlalu lalang datang untuk melayat di rumahduka.
Hiksss.. hikss (tangisan Lili sambil melihat keluar jendela).
"Nak, ayok makan", sahut Bibi Vania kepada Lili. bibi Vania memang kenal baik Kepada Lili dan Ribka sebagai teman baik Vania.
"Nak, Ibu tahu bagaimana perasaanmu. tapi jika kau begini itu seperti menghukum dirimu sendiri. apapun yang terjadi kepada kita itu semua rencana Tuhan, sayang", ujarnya lalu memeluk Lili.
Hikss.. hiksss.
"Ndak papa sayang, ndak papa". tutur Wanita paruh baya itu yang sedikit beruban.
Tubuhnya yang dari kemarin tak mendapatkan asupan, mulai melemas dan tak berdaya Lili pingsan.
"Sayang, nak", ujar Bibi Vania menepuk-nepuk pipi Lili.
Orang disitu langsung refleks mengangkat Lili, kekamar tamu dirumah Vania.
"Laras, tolong panggilkan Dokter", tutur Mama Vania kepada tante Vania.
"Iya, Baik", tutur nya lalu berlari mengambil hp
......................
"Aku dimana??", tutur Lili ketika baru sadar
"Nak kamu sudah sadar", sahut Bibi Vania yang dari tadi mengkhawatirkan keadaanya
"Ayok makan sayang, dokter tadi bilang kamu harus makan untuk nutrisi tubuhmu. dari kemarin belum makan". ujar wanita itu.
"Maaf Ibu, aku merepotkan", ujar Lili
"Tidak, apa-apa sayang. kalian sudah seperti anak Ibu, Vania, kau, Ribka, ibu sudah menganggap putry Ibu", ujarnya lalu mengelus rambut Lili.
" Terima kasih Ibu", ujar Lili. panggilan Ibu oleh Lili memang permintaan Bibi Vania. ketika Ribka, Vania datang dirumah Vania.
......................
Tangisan tak henti mengiring pelaksanaan Penguburan Vania.
Lili yang benar-benar terpukul karena kepergian sahabatnya itu, tak henti menangis. untung ada Bibi Vania yang sudah seperti ibunya selalu bersama dia.
"Vania"
"Bagaimana aku bisa iklas, dengan kepergianmu"
"Hikkss.... hikss"
Tangisan Lili belum berhenti, dia tak berhenti mengusap nisan Vania.
Semua, yang melayat sudah pulang. tapi Lili menolak untuk pulang, sehingga saat itu Lili seorang diri di kuburan Vania.
......................
Seseorang meletakkan bunga.
"Sepertinya akan hujan, ayok pulang", tutur pria yang meletakkan bunga.
"Aku, masih mau disini. pulanglah" pinta Lili
"Aku tidak akan pulang, aku akan mengantar mu pulang", ujarnya lagi
.... Beberapa menit kemudian
" Ayok pulang", ucap Andika, mengangkat Lili yang berbagi di atas tanah kuburan Vania.
"Aku, tidak mau pulang", tutur Lili menolak
Tapi Andika tidak menghiraukan penolakan Lili, dan terus menopang pundak lili untuk pulang.
"Menangis disini, tidak akan membangkitkan yang sudah pergi, kau harus menjaga dirimu sekarang", ujar Andika.
"Ayok naik", tutur Andika
" Aku akan mengantar mu pulang", sambil menyalakan motornya.
Mereka pun meninggal TPU, dan kembali kerumah duka.
Tiba-tiba diperjalanan Lili tertidur, posisi Lili memeluk Andika dari belakang. Andika bersikap tenang, walau jantungnya berdebar kencang.
"Lili", sahut Andika, berusaha membangunkan Lili di belakangnya
" Lili, sudah sampai", ujarnya lagi
Lili terbangun dan kaget ternyata di memeluk Andika ketika tidur.
"Maaaff", ujar Lili terbata
......................
" Sayang", pelukan Mama Vania kepada Lili
"Tante", ujar Lili membalas pelukannya
" Harus kuat yah, kita akan selalu bersama-sama", ujar wanita itu lagi, mengusap pipi Lili seperti anak sendiri.
"Tante, juga", tutur Lili mengusap air mata wanita itu.
"Ayok, Ibu akan mengajakmu kekamar Vania", tutur wanita itu menggenggam tangan Lili
"Nak, ini surat dari Vania untuk kamu", sambil menyodorkan surat kepada Lili
Lili menerimanya.
Lili masih tinggal di rumah Vania selama 2 hari kepergian Vania, itu permintaan Keluarga Vania.
" Tante, aku pamit pulang. papa mama pasti sudah kuatir di rumah", ujar Lili
"Iya sayang, jaga dirimu baik-baik yah", ujar mama Vania
" Sayang, sehat-sehat yang, ndak boleh nangis lagi", tutur Bibi Vania.
"Biar aku antar nak", ucap Ayah Vania
" Tidak Pak, aku naik angkutan umum. Pak pendeta rencana akan berkunjung", ujar Lili
"Tapi kamu ndak papa nak", ujar ayah Vania lagi.
" Iya, tidak papa om", tutur Lili pamitan.
......................
"Pak kiri", ucap Lili
Lili ternyata masih singgah di taman yang sering mereka tempati bersama vania dan Ribka.
Di taman ia tak kuasa menahan tangisannya kala membaca surat dari Vania.
Dia menangis sejadi-jadinya. tanpa sadar ada seseorang yang duduk disampingnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung
Tapi, izin saran ya 🙏🏻 Penggunaan tanda baca dlm percakapan lebih diperhatikan lagi agar lebih enak dibaca /Smile/
See you