Erik, Sorang pemuda dari keluarga miskin sering di hina dan bully. dia tidak taku kalo dirinya adalah orang kaya.
hingga suatu hari ayah angkatnya sakit dan memberitahu Erik kalo dirinya bukanlah anaknya dan kedua orang tuanya memberitahukan dirinya salah orang berada.
sejak saat itu kehidupan Erik berubah, diapun membalas. semua orang yang sudah menghina dan membully nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon taofik irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 13 mereka menganggap ku gembel
Dret.... Dret .... Dret, ponsel Erik bergetar saat Erik berjalan di bawah teriknya matahari. Ternyata dari Mira.
"Erik, gimana sudah dapat kerjaan?,"tanya Mira orang yang paling mencintainya. Dia bingung harus jawab apa karena belum juga dapat kerja.
"Mira, maaf aku belum dapat kerja. Tapi akan berusaha."jawab Erik .
"Terus kau tidur mana? Uang mu tinggal berapa. Aku memikirkan mu di sini," sahutnya.
Duduk memandangi orang lalu lalang iapun selama ini tidur di pinggir jalan, makanpun berhemat. Bajunya pun sudah longgar kembali.
"Ternah lah gue bisa tidur di mana saja,unag masih ada tenang Lah."ujarnya.
Mengenal nafas, Mira Terdengar mengkhawatirkan Erik " Erik, sudah pulang lah. Kerja saja di kampung gak apa." Ucap Mira.
Namun Erik berfikir jika dia di kampung ibu nya pasti akan memarahinya. Juga dia tidak mau menyerah walau keadaan sedang susah.
"Tenang saja, gak apa semua akan baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir. Ya sudah gue mau cari kerja lagi" Ucap Erik menutup telpon nya.
Berjalan kembali melanjutkan perjalanan, kemejanya sudah basah oleh keringat sepanjang jalan dia Hanya minum. Melihat orang-orang kerja di proyek dia pun berhenti."apa gue coba kerja di sini saja ya."gumam nya.
Iapun beranjak menghampiri pekerja proyek, "mas.., mau apa?,"tanya pegawai yang kerja di proyek itu, usianya seperti di atas Erik. "Bang, apa masih ada lowongan kerja," ucap Erik sambil melihat orang-orang kerja.
Melihat Erik yang memakai kemeja putih dia heran kenapa memakai pakian kemeja formal. "Ga tahu, tapi saya tanyakan ya ke mandor dulu. Mas kenapa melamar di sini.."sambil beranjak masuk proyek. "Saya melamar kerja mini market tapi ga di terima katanya belum pengalaman." Jawab Erik.
Pegawai proyek tertawa, "kerja di mini market saja harus pengalaman, memang mas kerja sekarang harus ada orang dalam kalo gak harus ada uang. " Ucap nya. Erik Hanya ikut tersenyum .
"Pak, ini ada yang mau kerja. Sudah ya gue mau tugas lagi,"ucap pegawai Yang sudah mengantarkan Erik.
Mandor yang terlihat menyeramkan, dia berdiri di hadapan Erik . "Sudah pengalaman?,"tanya nya , "belum pak, tapi saya siap kerja apa aja."sahut Erik sambil menatapnya.
"Maaf, sudah banyak orang di sini. Saya butuh orang yang sudah berpengalaman sana pergi saja."mengusir Erik.
Sambil berjalan Erik tidak tahu lagi harus kemana? dia sudah putus asa untuk mencari kerja. "Apa aku pulang saja " fikir Erik sambil berjalan.
Hari beranjak sore dari pagi dia mencari kerja belum dapat, hanya melihat uang yang tinggal sedikit iapun membeli roti dan air dari warung. Dudukan sendiri di bangunan yang belum jadi nampak sepi.
Dret ...dret... Ponsel bergetar, melihat pesan dari mira \[Rik, kau sudah makan. Gimana sudah dapat belum\] pesan Mira. \[ Maaf, belum ini lagi nyari tapi sayangnya semua harus berpengalaman.\] Balasnya.
Kembali berjalan, sebentar lagi malam datang iapun duduk di tempat keramaian sambil melihat orang lalu lalang. Erik hanya bisa melihat saat mereka sedang makan. Perutnya terus bunyi hanya makan satu roti dia Tidak kenyang.
Erik terlihat menangis sambil menunduk dia mengusap air matanya, punya orang tua yang tidak menyayangi nya , nyari kerja susah juga dia tidak punya apa-apa lagi selain bekal dari Mira pacarnya.
Terpaksa iapun harus tidur lagi di emperan toko malam itu. Sambil memasukkan tangan dalam saku meraba kertas Erik ingat nomor nya Devi. Ia langsung menghubungi nya.
\[Devi, ini Erik bisakah gue minta tolong\] mengirim pesan, sambil duduk menatap ponsel. Erik menunggu balasan dari devi.
Dret...dret.. ponsel berbunyi, [ iya Erik, lo dimana ada apa?,] Balas Devi. Erika senang Devi merespon. [Bisakah geu pinjam uang, soalnya uang gue habis. Ini belum dapat kerja juga] balas Erik.
Sedikit lega, itu lah yang ia rasakan dalam hatinya. Telihat Devi membalas \[ya sudah kesini saja. \] Balasnya , Erik langsung beranjak dengan perut yang terus bunyi ia berjalan di keramaian kota. Dia fikir hidup di kota akan mudah mencari kerja tapi nyatanya tidak semudah yang Erik bayangkan.
"Heh, mau kemana? Gelandang di larang masuk sana pergi." Satpam melihat erik akan masuk iapun di usir, "pak saya mau bertemu teman saya." Ucap Erik , namun satpam Tidak percaya melihat Erik yang kotor. " San pergi, lihat dirimu gembel." Uajarnya.
Iapun mengirim pesan pada Devi,[Dev, gue sudah di depan tapi stapam mengsuriku.] Erikpun melihat dirinya, dan benar saja dia kotor, Bau .
"Erik..."panggil Devi dia menghampiri Erik, "maaf, ayo..." Sambil berjalan satpam melihat Erik dan Devi masuk.
Perut Erik terus bunyi, Devi yang mendengar tertawa "Lo lapar, emang gak makan?"sambil menatap Erik. Erikpun senyum dia malu . "Dev gue di luar saja ya tunggu," melihat Devi terlihat cantik.
Iapun masuk, Erik menunggu di luar. "Rik, ini makan lah." Devi membarikan nasi erikpun langsung makan. Devi senyum melihat Erik makan lahap. "Rik, ini uang 2jt kau cari kosan sana. Jangan tidur di jalan. "Sambil memberikan uang Erik kaget karena uang segitu begitu besar baginya. "Tapi gak apa kan,"sahutnya."ah gak apa, uang segitu sedikit " sahut Devi seperti menggap begitu kecil.
Tiba-tiba datang seorang cowok yang terlihat cakep, badannya tinggi ,bersih memakai motor besar.
"Sayang, sedang apa, siapa dia?,"tanya cowok sepertinya pacar devi.
"Sayang ingat ga waktu aku cerita di tolong malam itu saat pulang kerja dia orangnya, Erik "ucap Devi.
"Erik ini Boby "Devi memperkenalkan ku.
Aku tersenyum tapi boby malah sepertinya jijik padaku. "Sayang dia, kok kaya gembel ya bau lagi."ucapnya. Erik langsung menunduk "husss sayang, jangan bicara begitu."sahut Devi membela Erik.
"Suruh dia pergi sana, gue gak kuat."ucap nya sambil membuang muka pada erik. "Devi terimakasih ya gue pergi dulu."erikpun pergi dengan hati yang begitu tenang setelah di bantu Devi meski dia di hina tapi dia tidak memperdulikan nya .
Terus berjalan sambil melihat keramaian kota, Dret.... Dret... tiba-tiba ponsel bergetar saat Erik lihat nomor baru.
"Iya hallo"ucap Erik sambil berjalan.
"Erik, ini bapak. Rik bapak memikirkan mu Gimana kabarmu ?"tanya ayah Erik.
"Pak, Erik baik-baik saja. Bapak jangan terlalu khawatir." Sahutnya. Erika senang ayahnya menelpon
"Iya, gimana sudah dapat kerja? Bapak dari tetangga nelpon." Terdengar ayah batuk-batuk.
"Iya pak sudah, bapak sehat." Balas Erik .
"Syukurlah, bapak baik-baik saja, ya sudah kalo ada apa-apa hubung nomor ini ya."ucap ayahnya sambil menutup telponnya.
Erik terpaksa berbohong, dia tidak mau ayah nya tahu kalo dirinya belum dapat kerja. Terus melanjutkan perjalanan. Telihat gedung-gedung pencakar langit di bawah orang kaya sedang makan Sambil mengobrol dan tertawa. "Kapan aku bisa seperti mereka"gumam Erik sambil melihat nya.
Menghela nafas iapun berjalan Kembali. Dengan uang yang di kasih Devi ia pun mencari tempat tinggal yang murah. Namun Erik pun tahu di kawasan begini tidak mungkin ada kosan murah. Erikpun terus melanjutkan perjalanannya.
Sudah berjalan cukup jauh, ia kaget melihat ada pekampungan kumuh di antara gedung-gedung pencakar langit. Rasanya seperti 2 kehidupan yang berbeda. Erik melihat mereka sedang kerja. Seperti mengupas kerang , juga anak-anak yang sendang main tanpa memakai baju.
Di situ orang kaya, tapi saat berjalan kesini terlihat Kumu, erikpun masuk dia ingin tahu apa ada kosan murah disekitar sini.
"Mas, mau kemana?"tanya ibu-ibu yang sedang kerja mengupas kerang.
"Bu, saya mau cari kosan di sini apa ada,"jawab Erik.
"Mas kalo nyari kosan sebelah sana, di sini gak ada. "Timpal perempuan yang terlihat masih muda sambil menunjuk arah.
"Oh iya terima kasih," erikpun pergi , begitu bau amis ketimpangan sosial begitu terasa di kota. Terlihat banyak kosan rupanya benar banyak pemuda seusianya sedang nongkrong sepetinya mereka kerja juga.
Erikpun berjalan masuk, orang-orang memperhatikan Erik karena kumel. "Mas, mau kemana?"tanya seorang pemuda padanya . "Mau tanya apa di sini masih menerima yang ngekos."ucap Erik.
"Maaf mas, di sini bukan panti sosial dan juga gak merima gelandangan."sambil tertawa mereka menertawai Erik.
Erik pun pergi dengan hati yang terluka, dia sudah muak mendengar hinaan banyak orang.