Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.
"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.
Akankah mereka bersatu kembali?
NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Raka menatap layar laptopnya dengan dahi berkerut, membaca email undangan resmi untuk gathering perusahaan yang akan dilaksanakan di sebuah resort mewah di luar kota.
Jari-jarinya mengetuk meja perlahan, sementara pikirannya dipenuhi keraguan. Dia tidak ingin meninggalkan Gendhis seorang diri. Hubungan mereka baru saja pulih, tidak mudah untuk menaklukan hati Gendhis hingga perempuan itu dapat kembali bersemangat.
Pria itu tidak ingin ada sesuatu yang terjadi pada hubungan mereka. Entah mengapa, hatinya tidak tenang, dia memilih untuk tidak menghadiri gathering dibandingkan harus membuat hubungan pernikahannya dalam bahaya.
Gendhis, yang sedang merapikan dokumen di sudut ruangan, melirik suaminya dengan penuh perhatian. “Kenapa, Mas? Ada yang bikin pusing?” tanyanya lembut, mendekat dengan segelas teh hangat.
Raka menutup laptopnya dan mendesah. “Gathering perusahaan. Tapi ada aturan bodoh—nggak boleh bawa pasangan.”
Gendhis tersenyum tipis, duduk di samping Raka. “Itu hal biasa, Mas. Biasanya biar fokus ke acara kantor. Lagi pula itu dilakukan untuk mempererat hubungan sesama karyawan, kan?”
Namun, Raka menggeleng tegas. “Aku nggak mau pergi kalau tanpa kamu.” Suaranya penuh ketegasan, seolah bila Gendhis tidak ikut adalah sesuatu yang tidak wajar.
Gendhis tertawa pelan, mencubit lembut lengan suaminya. “Mas, aku baik-baik saja. Aku nggak akan kenapa-kenapa. Lagipula, ini acara penting. Kamu harus datang. Cuma menginap satu malam, kan?”
Raka menatap istrinya dalam-dalam, seolah mencoba menemukan alasan untuk tetap menolak. Tapi Gendhis menyentuh pipinya dengan lembut, membuat pertahanan Raka runtuh. “Aku percaya sama Mas Raka. Pergilah, lakukan yang terbaik.”
Raka akhirnya mengangguk pelan, meski hatinya masih berat. Ia tahu, tanpa Gendhis di sampingnya, dia harus lebih waspada—terutama karena Clara masih berkeliaran di sekitarnya. Tentu saja, pemindahan divisi tidak membuat Clara serta merta menghilang dari hidupnya. Perempuan itu tetap menghantui kehidupan Raka.
Sementara itu, di sudut lain kantor Starfood, Clara duduk di pantry, menyesap kopi dengan senyum sinis. Di depannya, duduk seorang pria dengan setelan rapi dan aura ambisi yang jelas terlihat—Abram, rival Raka yang diam-diam mengincar jabatannya sebagai manajer.
Abram dari dulu sudah menginginkan posisi sebagai manager pemasaran yang saat ini dijabat oleh Raka. Padahal, kinerjanya juga tidak kalah bagus dibandingkan dengan Raka. Seharusnya, Abram juga bisa memiliki jabatan tersebut.
“Aku dengar kamu nggak suka dengan Raka,” kata Clara, membuka pembicaraan.
Abram mengangkat alis. “Bukan soal suka atau nggak suka. Aku cuma tahu dia nggak pantas di posisi itu. Seharusnya aku yang menjadi manager. Hanya karena dia dekat dengan CEO, dia bisa mendudukinya dengan mudah."
Clara tertawa kecil. “Kita punya tujuan yang sama, Abram. Aku juga punya alasan pribadi untuk menjatuhkannya.”
Abram melirik Clara dengan penuh minat. “Kamu punya rencana?”
Clara mendekat, suaranya merendah. “Gathering ini akan jadi momen sempurna. Kita buat dia terlihat nggak profesional. Aku tahu kelemahannya—istri dan reputasinya. Kita serang dari situ.”
Abram menyeringai. “Aku suka cara berpikirmu. Akan tetapi, apa yang akan aku dapatkan bila membantumu, Clara?"
Clara mendekati pria yang memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan Raka. Perempuan itu membelai kerah Raka kemudian berbisik. "Kita bisa bersenang-senang. Aku tidak keberatan melakukannya untuk mencapai tujuan kita."
Clara mendekati Abram, kemudian mendekatkan posisi mereka. Bibir mereka nyaris bersentuhan sebelum Abram meremas b*kong Clara.
"Kita harus membuat rencana terlebih dahulu, Baby," tukas Abram yang tentunya senang mendapatkan mangsa baru.
Walaupun dia sudah memiliki seorang istri dan anak, tentunya dia tidak akan melewatkan kesempatan di depan mata. Di mana seorang perempuan muda menyodorkan dirinya sendiri untuk dia nikmati.
Mereka pun mulai menyusun rencana licik, memanfaatkan gathering sebagai ajang untuk menjatuhkan Raka. Clara tahu, jika reputasi Raka hancur, dia bukan hanya kehilangan jabatan, tapi juga kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk Gendhis istrinya.
***
Ketika hari gathering perusahaan tiba, Raka berangkat dengan perasaan campur aduk. Sebelum pergi, ia memeluk Gendhis erat-erat, seolah enggan melepaskan. Dia memiliki firasat buruk seolah-olah akan ada yang menghancurkan hubungan keduanya.
“Jaga dirimu, ya,” bisiknya.
Gendhis tersenyum menenangkan. “Mas juga. Jangan lupa kabarin aku.”
Sesampainya di resort, suasana terlihat santai namun penuh persaingan. Clara dan Abram bermain peran dengan baik, bersikap seolah mereka hanya rekan kerja biasa. Namun di balik senyum mereka, rencana busuk sudah mulai dijalankan.
Selama sesi santai di tepi kolam renang, Clara berpura-pura tersandung dan menumpahkan minuman ke kemeja Raka. Semua orang menoleh, beberapa tertawa kecil. Clara meminta maaf dengan ekspresi manis, tapi yang membuat situasi canggung adalah cara dia mencoba ‘membantu’ membersihkan noda di dada Raka—sengaja menimbulkan kesan yang salah di mata rekan-rekan kerja lain.
Abram yang melihat kejadian itu hanya tersenyum puas. Semua berjalan sesuai rencana. Namun, ini semua belum cukup, dia memiliki rencana yang lebih hebat lagi. Pria itu ingin membuat hidup Raka menjadi hancur. Bersama Clara dia akan mewujudkan keinginannya.
Namun, Raka segera menarik diri dengan wajah dingin. “Aku bisa bersihkan sendiri,” katanya tegas, membuat Clara sedikit terkejut karena tidak berhasil memancing reaksi yang diinginkan.
Meski begitu, Clara tidak menyerah. Ia tahu, ini baru permulaan. Malam harinya, Raka menerima pesan misterius di ponselnya. Sebuah foto dirinya dengan Clara di kolam renang—dengan angle yang sengaja diambil untuk memberi kesan seolah mereka sedang bermesraan.
Pesan itu hanya berisi satu kalimat:
"Bagaimana reaksi istrimu bila melihat ini? Temui aku di kamar 10x."
Raka menatap layar ponselnya, rahangnya mengeras. Ia tahu, Clara tidak mudah menyerah.
"Sialan!"
***
Halo, kakak-kakak.
Seperti janjiku akan ada hadiah give away ya.
Bagi nama-nama di bawah ini mendapatkan saldo dana dariku. Tolong berikan nomor dana kalian ya di kolom komentar. Terima kasih....
Azizah az
Dewi @@@❤️❤️
Slepyhead
yumna
tini_evel
Tolong komentar ya, kak. Terima kasih telah mendukung karyaku.
dengan diawali penderitaan dari tokoh2nya berakhir dengan bahagia semua....
terus semangat berkarya thor ❤️❤️❤️❤️❤️