DI KIRA MISKIN TERNYATA SULTAN
Sehari-hari nya hanya membantu orang tuanya, ayah nya hanya kerja sebagai tukang tambal ban.
Erik, yang masih sekolah kelas 3 SMA dari keluarga yang miskin." Za, jangan lewat situ..." Ucap Erik, Eza dia teman satu-satunya yang Erik punya. eza selalu bingung setiap pulang sekolah. Erik tidak jalan lewat jalan yang di lalui teman-teman yang lain.
"Kenap sih jalan sini terus, jalan situ lebih dekat."sahut Eza, Erik sengaja karena ayah nya kerja di jalan yang teman-teman nya lewati.
Dia tidak mau teman-temannya tahu kalo ayah nya hanya seorang penambal ban.
"Uy, cupu... Sini Lo." Ucap Nino, ketua geng di sekolah yang selalu membully dirinya. "Za ayo lari..." Dengan kencang Erik dan Eza lari ketika geng yang suka membully mengejar mereka.
"Gue muak dengan mereka..." Ucap Erik, sambil berlari kencang . "Awas Lo , habis kalian..." Nino dengan teman nya terus mengejar.
Eza melihat bangunan kosong , "lewat sini..." Eza menarik tangan Erik masuk bangunan kosong sembunyi di balik pintu WC.
Dengan nafas terengah-engah, mereka sampai di gedung kosong. "Kemana mereka ?," Tanya Nino pada kedua Teman nya.
Dia ketua geng di sekolah nya. Erik menyukain cewek yang dia incar juga. "Ga ada , pasti mereka sudah pergi." Ucap teman nya.
"Aaarrgggg.., awas kalo dia ketemu habis dia .." ujar nya, merekapun pergi.
Erik dan Eza mengintip. Menghela nafas, mereka begitu lega geng Nino sudah pergi.
"Lo sih, kenapa suka sama Siska. Sudah tahu dia cewek yang di sukai nino. Mendi Lo sama mira, dia sudah jelas-jelas menyukai Lo," ucap Eza, beranjak dari gedung kosong berjalan pulang.
Erik, tahu dirinya yang miskin tidak mungkin mendapatkan siska. Tapi dia begitu mencintainya.
"Mau kerumah dulu za," saat sampai depan rumah nya yang reyot nampak lapuk. Begitu kumuh. "Lain kali saja,"sahut Eza. Dia tahu Erik dan keluarganya miskin.
Adiknya yang masih SD sedang main bersama teman nya. Namun yang aneh nya Erik dan kedua adiknya nampak berbeda. Orang-orang pun sering berkata kalo dirinya dan adiknya berbeda wajahnya.
Erik pun menyadari hal itu ketika di bercermin tapi Erik berfikir mungkin adik ya masih kecil. sedangkan dirinya sudah dewasa.
"De,ibu mana?" Tanya Erik pada adik nya. "Belum pulang kak.." sahut adik nya Yang sedang main kelereng dengan teman nya.
Ibunya jualan keliling kampung. Sambil membawa adiknya yang masih kecil.
Erik setelah pulang sekolah membantu ayah nya kerja, "de Kaka ke tempat bapak ya ." Ujar nya, sering pulang sekolah di rumah tidak ada apa-apa untuk di makan.
Melihat ayah nya Yang sudah tua, sering sakit-sakitan Erik merasa kasihan padanya. "Pak sini biar Erik saja," ucap Erik menerus kan perkerjaan ayah nya.
Ayahnya terlihat lelah, duduk melihat Erik Yang sedang kerja.
"Rik, kapan ujian?," Tanya ayah nya.
"4 bulan lagi pak," sahut erik
"Maaf ya Rik, bapak masih belum ada uang buat lunasi biaya sekolah mu.." ujar nya. Erik tersenyum . "Iya pak, ga apa..." Sahut Erik.
Dia tahu pendapatan ayah nya yang tidak seberapa. Belum untuk makan, biaya adiknya susu buat adiknya yang masih kecil.
Ibunya jualan untuk mencari tambahan. Meski tiap hari dagangan nya banyak yang tersisa.
"Pak sudah..." Ucap Erik saat kerjaan nya sudah selesai. "Pulang lah, biar bapak sendiri yang kerja..." Setiap Erik membantu ayang nya dia selalu menyuruh nya untuk pulang. Tapi karena Erik kasihan pada ayah nya dia selalu terus membantunya.
Wajahnya yang terlihat tampan, mata besar hidung kecil mancung bibir yang tipis. Namun dia lusuh kucel.
"Sudah pulang sana." Melihat hari sudah sore. Erik pun pulang.
Dalam perjalanan dia berpapasan dengan mira, teman sekelas yang menyukai dirinya tapi Erik tidak peka dia hanya menganggap nya teman Biasa.
"Erik, dari mana?," Tanya Mira, sambil tersenyum
"Mira, itu dari depan. "Jawab Erik. Sambil melihat Mira yang bawa jajanan.
"dari tempat ayah mu ya...." ucap mira
Erik mengangguk, "Ya sudah, gue duluan" Erik pergi meninggalkan Mira.
"Erik tunggu, ini kau mau. Aku sudah kenyang." Ujar nya memberi jajanan nya . Mira tahu Erik keluarganya gak mampu karena mereka satu kampung.
"Gak usah..." Padahal dirinya pun lapar tapi dia malu.
"Gak apa Rik, ambilah untuk adik mu," Erik pun meriamnya .
"Thanks ya..." Ucap Erik.
Mira tersenyum, sambil melihat Erik berjalan pulang.
Saat sampai rumah nya, terdengar suara ibunya menangis. Erik bejalan dengan cepat. Adik nya hanya diam.
"Bu, kasih waktu 2 hari lagi. Saya akan membayarnya. " Ucap ibunya Erik. Melihat duduk di hadapan ibu-ibu Yang Suka meminjamkan uang.
"Dari kemarin 2hari , janji gitu terus Sampai kapan? Hutang mu sudah besar. belum Bungan nya. Mau sampai kapan gak bayar!!! "Ucap ibu-ibu yang meminjam kan ibu uang.
"Bu, kasihan lah keluarga kami. Tolong kasih waktu...." Sambil memohon, ibu terlihat menyedihkan.
"Bu, beri kami waktu. Kami akan melunasi ya..."ucap Erik.
"Ok, aku kasih waktu 2 hari tapi kalo ga ada terpaksa ruamhnya saya ambil .."ujarnya. Dia pun pergi.
Ibu berhenti menangis, "Bu kenapa minjem uang padanya?," Sambil melihat ibunya mengusap air matanya.
"Erik, ibu bingung harus minjem pada siapa lagi. Ibu begini supaya kita bisa makan. Mengandalkan bapak mu gak cukup. " Ucap ibu ya.
Erik melihat jualan ibunya yang masih banyak. Diapun pergi berlari keluar rumah, duduk di pinggir rel kereta Termenung sendiri.
"Gimana cara gue dapat uang banyak, " sambil melempar kerikil Erik berfikir. Memikirkan ibunya yang banyak hutang.
"Setelah lulus setelah gue harus cepat pergi dari sini." Setiap hari hanya itu yang Erik katakan.
Hari sudah senja, dia kembali pulang sambil melihat pemuda seumuran nya yang sedang nongkrong dengan motornya sambil merokok.
Mereka melihat Erik yang lusuh, menertawakan nya..namun Erik tidak peduli. setiap hari hinaan dan cacian baginya sudah biasa.
Sampai rumah nya, terdengar lagi ribut. Rupanya ayah nya memarihi ibu.
"Sudah bapak katakan, jangan minjem lagi? Kalo sudah begini dari mana dapat uang buat bayar. Hutang yang dulu saja masih belum lunas. " Ucap ayah nya.
"Pak, apakah cukup uang dari bapak?, Aku mencoba membantu. Tapi malah bapak memarihku..." Sahut ibunya.
Adiknya yang kecil menangis, Erik Yang tadinya akan pulang dia Kembali pergi. Melihat orang tuanya yang bertengkar.
Berjalan sendiri, langit sudah terlihat gelap duduk di atas jembatan. Sambil melihat sungai ia berfikir untuk mengakhiri hidupnya.
Sudah putus asa, sejak dari kecil sampai sekarang belum pernah dia merasakan kebahagiaan.
Hari makin malam, Erik pun pulang dia tidak mau membuat orang tuanya khawatir. "Dari Mana saja kau?, Main ?, Apa ga berfikir orang tuamu kebingungan." Ucap ibunya.
"Bu, kenapa sih aku di lahirkan miskin. Kenapa gak seperti teman-teman ku. mereka senang punya motor, hp, sedangkan aku tiap hari hanya hinaan yang erik dapat. " Erik sudah kesal dengan ibunya.
Ayah nya mendekat, "Rik, maafkan bapak. Harusnya kau gak begini nak..."ucap ayah nya. Erik menangis. Kedua adiknya melihat Erik..
Erik langsung mengusap air matanya dia gak mau terlihat sedih di hadapan adiknya. "Sudah, ayo makan .." ucap ayah nya.
Ibunya nampak tidak suka Erik, "nambah beban saja.." ucap ibunya saat Erik akan makan bersama adiknya.
Ayahnya langsung melihat ibunya, " Bu, diam lah.." sambil matanya melotot.
Hanya makan seadanya, tapi sudah Biasa bagi Erik. Begitu pun adik nya.
Sudah selesai makan Erik ke kamarnya bersama adiknya, tidur beralaskan tikar. Adik nya tidak pernah ngeluh.
__________
Pagi hari, "Erik, bangun!!!" Ucap ibunya dengan keras. Erik pun bangun dengan adiknya.
"Cepat sana sekolah. Tiap hari bapakmu memikirkan biaya sekolahmu. Kapan sih lulus " ucap ibunya dengan ketus.
"Iya Bu Hanya sebentar lagi, "sahut Erik.
"Baguslah, cepat cari kerja biar bisa bantu bapak mu. sudah tua sering sakit juga .." ucapnya sambil menanak nasi.
Erik pun tahu, ayah nya sudah lemah . Namun ibunya sejak dari kecil selalu membentak nya beda perlakuan pada diknya.
"De ayo pergi..." Ucap Erik, mengajak adiknya berangkat sekolah. ibunya terlihat memberi uang jajan pada adik nya, sedang Erik tiap hari jarang bekal "Iya kak .." berjalan bersama..
"Hey gembel..." Ucap teman nya saat melihat ku, mereka naik motor. Adik nya melihat nya.
"Kak Ade duluan ya.." saat sampai sekolah nya. Erik berjalan sendiri sepatunya yang sudah terlihat butut. Sejak Dari kelas 2 tidak pernah ganti.
Jangan kan buat beli sepatu baru. Tiap ada uang ibunya mementingkan adiknya. Tapi Erik senang setidaknya adik nya tidak lusuh sepertinya.
Sampai di sekolah, geng Nino langsung menarik Erik. " Dengar gembel lihat diri Lo. Berani beraninya lo Suka dengan Siska. "Ucap Nino. Kedua teman nya menertawakan Erik sambil menatapnya dari atas sampai bawah.
Namun Erik dari dulu selalu diam, dia tidak melawan. dia tidak mau buat masalah di sekolah. "Awas kalo Lo terlihat mengirim lagi surat pada Siska...habis lo.."ucap Nino. Meninggalkan nya sendiri.
Berjalan ke kelas, nampak di dalam kelas begitu ribut . Siska melihat Erik seperti jijik padanya.
Hanya Mira yang selalu menghampirinya. Jugan teman nya Eza. "Lo nanti ada acara gak .." ucap Eza, sambil tersenyum Erik melihat Eza, " kenapa gitu.." sahut Erik.
" Kalo gak nanti ikut geu , ada kerjaan Mayan buat jajan. " Ucap Eza tentu saja Erik mau ," boleh... Di mana?," Tanya Erik Nampak antusias.
"Di pasar, cuman jadi kuli panggul Lo kuat gak.." ucap Eza, melihat Erik kasihan padanya. "Gak apa gue kuat kok..." Sahutnya.
Sambil melihat teman sekelasnya memainkan ponsel, Erik hanya duduk sendiri melihat Eza memainkan ponselnya.
Jangan kan buat beli ponsel buatlt makan sehari-hari aja kurang.
"Lo enak ya punya hp, " ucap Erik saat melihat Eza memainkan ponselnya.
"Rik ini juga bekas, Kaka gue yang kerja beli hp baru nah ini dah jelek gue pungut. " Sahut Eza.
Erik berfikir hidup Eza jauh lebih beruntung darinya. Mungkin dirinya lah yang miskin .
Guru pun masuk, pelajaran di mulai. Erik terus mantap Siska cewek yang dia sukai walau tidak mungkin dia mendapatkan nya. tapi melihatnya saja dia sudah bahagia.
Selama belajar dia terus menatap siska, dia tidak sadar kalo Mira juga terus menatapnya. Mira tahu Erik menyukai Siska.
Jam istirahat saat semua keluar, Erik dan Eza keluar. Orang-orang terus menatap jijik padanya.
"Bau sampah ya..." Saat Erik Melawati teman sekelasnya Yang sedang bercengkrama. "Za, apakah gue bau ." Ucap Erik dia ingin tahu.
Eza terlihat tertawa," Rik, jujur ya Lo bau kejemur matahari..."sahutnya. Erik langsung memukulnya..
"Sial lu...." Canda nya..
Di saat Teman-temanya ke kantin dia hanya duduk di pinggir lapangan. "Rik, ke kantin yu.."ajak Eza, "Lo aja sana..., Gue masih betah duduk di sini." Alasan Erik. Tiap hari alsanya begitu.
Eza sudah tahu dia ga bawa uang."ayolah gue traktir...." Sahutnya. Sudah sering Eza mentraktir Erik.
"Ga apa-apa nih, " ucap Erik. Sambil tersenyum. Beranjak ke kantin.
Namun teman-teman nya selalu mengolok-olok nya, "za, kok mau berteman dengan gembel. Pasti Lo jajannin ya.., kalo gue ogah. bodoh lu za..." Ucap mereka.
Erik melihat Eza, " ah sudah jangan dengar kan mereka, "ucap Eza . Hal itu membuat Erik senang dengan Eza. " Thank's ya za .., pokoknya kalo gue kaya yang pertama gue ingat Lo..." Ucap Erik. Tak ayal Eza tertawa terbahak-bahak. "Erik, bangun sudah siang jangan mimpi terus..." Sahut Eza.
Mira cewek yang menyukainya dia terus menatap Erik, mira mengerti keadaan erik karena dirinya pun sama keadaan ekonomi nya tidak jauh beda dengan Erik.
terlihat Nino dan gengnya langsung mendekati Erik dan eza yang sedang duduk di kantin itu. "eh cupu, Lo gak pantes di sini. sana Lo pergi.." sambil berdiri di depan nya, sebelah kakinya di atas kursi.
"heh denger gak...!!" sambil menjitak kepala Erik.
"Rik, ayo cabut. " ajak Eza, dia tidak mau berurusan dengan Nino. "sana pergi. " Nino mengusirnya.
Erik terlihat masih duduk, matanya menatap Erik dengan penuh emosi. " gue sudah lelah..., gue capek. Lo dari dulu selalu memperlakukan gue seperti binatang. " Erik terlihat emosi dia sudah muak di bully Nino.
"Rik, ayo pergi .." Eza terus menarik tangan Erik .
" mau apa Lo hah... berani sama gue. miskin ," mereka menertawai Erik.
Erik langsung berdiri langsung menjotos wajah
brruugggg
seketika ninon jatuh tersungkur. sontak teman nya memukul Erik di keroyok dua orang.
"a*jin* Lo, berani sama Nino. " teman Nino terus memukulinya.
Eza , Hanya bisa melihat. begitu pun teman-teman sekelas nya hanya menonton sambil memvideokan nya.
" berani Lo sama gue hah..." Nino membalas pukulan Erik.
terlihat Erik tersungkur , mulutnya keluar darah wajahnya memar. "gays ayo cabut..."ucap Nino.
Mira, langsung berlari menghampiri Erik. " Rik, ayo gue bantu..." Erik bangun.
" gue gak apa-apa, " sahut Erik , melihat Mira yang mengkhawatirkan nya.
"Lo sih, gue bilang cabut malah melawan. jadi gini kan. " Eza terus ngomel, sambil memapah Erik ke toilet.
" Mira, sudah gue gak apa..." ucap Erik.
Mira yang mencintainya terus menatap Erik, namun Erik tidak mencintai Mira. dia malah mencintai Siska meski tahu dirinya di hina oleh nya.
Eza membantu membersihkan luka Erik, "sorry, gue emosi sudah lelah mereka memperlakukan gue begitu dari dulu. " ucap Erik.
" aawwww pelan..." ucap Erik saat Eza membersihkan lukan nya.
"biar tahu rasa, sudah gue katakan pergi-pergi. Lo kira Lo jagoan lihat diri Lo, Lo itu cupu..." ucap Eza.
Erik, dia malah tertawa ketika Eza mengatakan nya cupu. " emang gue cupu ya..."sambil memandangi dirinya di cermin.
terlihat dirinya menyedihkan seragam nya sudah kekecilan, lusuh rambut berantakan.
"iya gue memang cupu..." sambil bercermin Erik menyadarinya.
"sudah ayo masuk..." kembali beranjak ke kelas
"Erik, Lo baik-baik saja kan..." Mira rupanya masih menunggu di luar toilet.
Eza senyum , dia tahu Mira begitu mencintainya. "gue baik-baik saja mir, sudah jangan terlalu khwatir .." sahut Erik.
"khmmm, wah ada yang perhatian gue jadi iri." canda Eza.
Mira, tersipu malu saat Eza begitu, tapi Erik karena dia tidak peka dan hanya menggap Mira itu teman dia terlihat biasa saja.
cintanya Mira padanya bertepuk sebelah tangan.
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yuliana Ras
duh maraton nih bacanya
2023-11-27
0