Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Tiada?
"Jun mau tahu dimana Papi Jun kan?"
Juni mengangguk antusias, Namira tersenyum "Jun punya Papi, tentu saja.."
"Papi Jun, dia sangat baik dan perhatian.."
"Dia sangat tampan seperti Jun, tapi dia gak bisa bersama kita.." Juni masih menatap heran pada Namira seolah berpikir, Papi Yogi ada bersamanya lalu kenapa papinya tidak bisa bersamanya.
"Karena Papi Jun sudah tidak ada.." Namira merasakan hatinya seperti di remas tak kasat mata, tapi tak ada cara lain agar Juni tak menanyakannya lagi kelak..
Posisi mereka bukan dimana bisa mengharap Mario ada bersama mereka meskipun Mario bisa saja datang dan menemui Juni, tapi tetap saja tak bisa mengharap bisa tinggal, Namira tak ingin dirinya ataupun Juni menjadi duri di dalam kehidupan rumah tangga orang lain.
Namira bisa melihat raut Juni langsung murung dan sedih mendengar Papinya yang dia harapkan ternyata telah tiada, Maafkan Mami Jun..
Namira menyalakan ponselnya saat malam hari dan melihat ada banyak pesan dari Mario, Namira jadi bertanya- tanya apa Mario tidak bekerja seharian ini dan terus mengiriminya pesan.
Namira tidak membaca pesan dari Mario yang semua isinya sama 'bagaimana keadaanmu sekarang? kau baik - baik saja'
Namira hendak meletakkan ponselnya dan berniat mengabaikan saja pesan- pasan dari Mario, namun Niat Namira harus urung karena ponselnya kembali berbunyi dan kini nada dering panggilan terdengar, awalnya Namira ingin mengabaikan panggilan tersebut, namun dia tahu Mario tidak akan menyerah begitu saja.
"Hallo.."
"Aku ada di depan rumahmu." katanya dengan nada tajam, Namira menelan ludahnya kasar.
"Apa?"
"Sejak tadi aku menghubungimu, dan kamu tidak menjawabnya, jadi tak ada pilihan lain, selain bertanya pada Nisa dimana alamat rumahmu"
Namira menghela nafasnya saat melihat dari jendela, benar di sana terparkir sebuah mobil dan dia tahu itu milik bos sekaligus mantan suaminya.
"Saya baik- baik saja, jadi anda bisa pulang.."
"Apa begitu sikap kamu pada atasan kamu yang menjenguk mu.."
"Saya tidak pernah meminta.."
"Ya, tapi aku berinisiatif.."
Namira menghela nafasnya "Apa mau anda..?"
"Buatkan aku kopi.."
...
Mario tersenyum cerah saat melihat secangkir kopi di depannya, dia duduk di kursi teras rumah Namira, rumah Namira kecil dan tak sebanding dengan rumah mereka dulu, tapi disana terasa indah dan nyaman terlebih ada Namira tentu saja.
"Cepat habiskan kopinya lalu anda bisa pulang.." Namira melipat tangannya di dada dan hanya berdiri saja, padahal kursi di sebelah Mario kosong.
"Sopan sekali.." Mario menggerutu dan menyeruput kopi buatan Namira "Rasanya masih sama, kopi buatan Nami tidak terkalahkan.."
Tak ada waktu untuk memerah untuk pujian Mario, karena saat ini Namira sedang mengkhawatirkan ibunya bangun dan melihat Mario atau bahkan Juni..
Apa yang Namira takutkan benar terjadi Juni bangun dan melihat Namira tidak disisinya pun mencari dimana Maminya itu berada.
"Kamu sudah baikkan..?"
"Seperti yang bapak lihat.."
Mario mengangguk lega, lalu tatapannya menyusuri pekarangan rumah Namira dan melihat ke arah pintu yang terbuka menampakkan ruang tamu minimalis di dalamnya "Kamu tinggal disini sendiri.."
Belum sempat Namira menjawab, sebuah suara mengalihkan tatapan mereka "Mamiii.." suara bocah kecil itu terdengar serak khas bangun tidur, Namira tersentak dan segera masuk saat mendengar suara Juni bangun.
Sedangkan Mario terpaku melihat Namira segera menghampiri seorang bocah kecil yang dia rasa mungkin seumuran Rivano.
"Jun kok bangun.." terdengar suara samar yang Mario dengar.
"Mo pipis Mami.."
Tak berselang lama Namira sudah kembali dan terlihat menghela nafasnya.
"Bapak masih disini.."
"Kamu belum jawab pertanyaanku?" Mario menatap Namira, sekelumit pikiran datang saat melihat bocah kecil itu, kenapa dia memanggil Namira Mami, apa dia anak Namira tapi dengan siapa?. lalu Mario teringat percintaan terakhir mereka setelah mereka bercerai, jika Namira sungguh hamil setelah itu bukankah bocah itu adalah putra nya, rasa bahagia menjalar di hati Mario jika benar bocah laki- laki itu putranya bukankah kesempatannya kembali dengan Namira terbuka lebar, karena sudah pasti ada ikatan antara mereka dan ada anak itu yang akan menyatukan mereka.
"Apa yang ingin bapak tahu?"
"Kamu tinggal dengan siapa lalu siapa anak itu.." Jika benar anak itu anaknya, kenapa Namira menyembunyikannya selama ini, kenapa tidak mengatakan jika dia mengandung anaknya, tega sekali Namira menjauhkannya dari putranya sendiri.
"Kenapa bapak jadi ingin tahu kehidupan pribadi saya.."
"Aku tahu kamu tahu apa yang aku maksud Namira, dan berhenti bilang bapak karena kita sedang tidak di kantor, dan jelas kamu tahu apa yang aku inginkan dari kamu.. siapa anak itu, kenapa dia memanggilmu Mami, apakah.. apakah dia anakku.." lidah Mario terasa tercekat jika benar anak kecil itu anaknya bukankah, Namira keterlaluan menyembunyikannya. "Bukankah jika dia anakku, harusnya aku tahu.."
Namira memejamkan mata "Dia anakku bukan anakmu..."
"Bagaimana bisa? kamu.."
"Seperti kamu setelah kita berpisah aku menikah lagi dan memiliki Juni.."
Mario merasakan dirinya limbung jika saja dia tidak berpegangan pada tembok, Namira sudah menikah itu tidak mungkin dan di Cv Namira jelas bahwa dia masih seorang janda.
"Bagaimana bisa.." Mario menatap Namira dengan pandangan kecewa.
"Kenapa tidak bisa Mario, jika kamu saja menikah lagi, apa aku harus diam sendiri seumur hidupku.."
Mario terkekeh "Kamu benar. lalu sekarang dimana suamimu?"
Namira memalingkan wajahnya dari Mario, dia sudah sejauh ini demi apa dia melakukan kebohongan ini..
Tentu saja, demi Juni..
Demi dirinya..
Dan demi Mario..
Tidak ada yang boleh mengusik apa yang sudah seharusnya berjalan berjauhan, tidak ada Juni yang harus masuk ke kehidupan keluarga Mario, juga tidak ada Mario yang berdalih bertanggung jawab atas Juni dan merusak rumah tangganya sendiri.
Jelas dia mencintai Mario, demi apapun dia ingin Mario ada bersama dia dan Juni, tapi tidak bisa, tidak akan bisa.
Melihat kehidupan Mario yang sudah sempurna tidak mungkin dia berani mengusiknya, senyum tulus Erina, dan Rivano yang menjadi pelengkap rumah tangga mereka, mana mungkin dia biarkan karena keegoisannya dia biarkan Juni masuk dan merusaknya.
"Jawab aku Nami, kamu berbohong bukan? jika tidak dimana suamimu sekarang!"
"Dia sudah tiada" Mario tertegun.
Namira menatap Mario dengan mata yang berlinang, dan Mario bisa lihat ada kesedihan disana, "Sudah puas..?" Mario menelan ludahnya "Juni bukan anakmu, dia anakku dengan suamiku.." Ya ini sudah benar, baginya Mario sudah tiada, tiada dari hidupnya..
Mario masih tertegun melihat Namira terlihat sakit dan sedih, apa begitu besar pengaruh suaminya yang telah tiada itu hingga Namira begitu bersedih saat membicarakannya.
Apa dia mencintainya melebihi cintanya pada Mario.
Jelas Namira sakit dan sedih.. dia harus berkata bahwa ayah Juni sudah tiada tapi ternyata orang itu masih ada di depannya, berdiri kaku dan menatap penuh kebimbangan "Jika tidak ada yang ingin bapak bicarakan lagi, anda bisa pulang.. dan ini sudah malam, saya rasa jam tamu kompleks ini sudah berakhir.."
Dengan hati berkecamuk Mario melangkah gontai ke arah mobilnya yang terparkir di sebelah mobil Namira.
Namira memejamkan mata setelah Mario pergi, Namira masuk dan menutup pintu lalu menguncinya, namun saat berbalik Namira terpaku saat melihat seseorang berdiri menghadap ke arahnya.
Like ..
Komen..
Vote..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....