Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Seperti orang asing
"Bagaimana keadaan mu beberapa minggu ini Mas? " melihat tubuh Reza yang sedikit lebih kurus dari terakhir kali Rayya melihatnya, jelas dia bertanya, statusnya sekarang masih istri sah dari pria yang sedang berdiri membelakangi nya.
"Seperti yang kamu lihat." jawab Reza datar, dia sebenarnya sangat merindukan Rayya, tapi wajah Jelita selalu terbayang bayang di matanya,andai bisa,dia ingin hidup dengan kedua wanita yang sudah membuatnya seperti orang gila.tapi jelas itu mustahil, dengan berat hati dia harus melepas salah satunya.
"Mas Ari menelpon,tapi ponselmu tidak bisa di hubungi.Mas mu akan datang besok pagi, dia ada pertemuan di sini selama tiga hari.dan selama tiga hari itu dia akan menginap di rumah.aku harap kau bisa pulang,jangan sampai dia tau kalau hubungan kita sedang tidak baik. "Dia terus berbicara tanpa mau menatap Rayya. dia takut hatinya yang sekarang bimbang akan goyah,dan niat untuk berpisah dengan Rayya tidak akan terlaksana.
" Aku akan pulang setelah pekerjaan di sini selesai Mas. "
Hening.... Reza diam seribu bahasa, dia seperti kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan kata kata dari mulutnya.Rayya juga sudah merasa kurang nyaman bersamanya,mungkin karena rasa cinta itu perlahan memudar di tambah tidak adanya senyum apalagi pelukan hangat yang Reza berikan seperti dulu.hambar... itulah perasaan yang kini dia rasakan.
Di luar sana, jika ada suami yang melakukan kekerasan fisik pada istri nya mungkin mereka masih memberikan maaf dan kesempatan kepada suaminya.Tapi tidak dengan Rayya,dia punya prinsip, saat kamu sebagai pemimpin rumah tangga, bahu tempat istri bersandar sudah meringankan tangan untuk melukai istrimu, maka itu adalah awal dari sebuah bencana dalam rumah tangga yang bisa saja berakhir dengan kata yang paling Allah benci yaitu perceraian.
Rayya bukan nabi, bukan juga malaikat, hanya manusia biasa yang memiliki sifat dendam,sulit untuk memaafkan laki laki dengan status suami yang sudah memberikan luka padanya.seandainya luka itu hanya sebatas di tubuh saja, its okay, tapi bagaimana dengan hatinya? dia bukan batu, yang bila di banting atau di lempar ke sana kemari tidak akan mengeluh.
Dan yakinlah bila dia sudah pernah melukaimu sekali maka tidak akan menutup kemungkinan dia akan melakukannya lagi dan lagi.
,,,,,,,,,
Visit baru selesai setelah hampir satu jam, Abian kembali ke nurse station, matanya memindai ke segala arah mencari sosok wanita cantik dengan senyum manis yang selalu bisa menjadi penyemangat hari harinya yang super sibuk.
"Kak Rayya mana? " tanya Devi pada Lia. Abian yang sudah duduk sambil menulis resep obat untuk pasien menyimak perbincangan antara mereka.
"Ooo, tadi pak Reza datang menjemputnya,mungkin udah baikan, yang namanya kehidupan rumah tangga ya gitu, ada pasang surutnya." Lia memang sudah menikah dan memiliki satu orang anak jadi dia sedikit banyak mengerti dengan masalah yang menimpa Rayya.
Tangan Abian mengepal, dia sangat berharap Rayya tidak secepat itu memaafkan suaminya kembali, mengingat sekasar apa perlakuan Reza pada Rayya beberapa minggu yang lalu.
Egois memang,padahal dia tidak ada hubungan apapun sama sekali dengan Rayya selain rekan kerja, tapi dari lubuk hatinya yang terdalam justru dia sangat menginginkan Rayya berpisah, sungguh sangat jahat bukan?
Abian berdiri, moodnya memburuk seketika. "Ners Devi, aku ke poliklinik dulu ya, pasien udah banyak yang nunggu, nanti aku suruh residen buatin resepnya."
"Iya dok. "
Abian meninggalkan bangsal,bukan ke poliklinik seperti yang dia katakan tadi saat pamit pada Devi, melainkan dia ke taman rumah sakit untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut.
"Kenapa juga aku jadi kesel sendiri." ujarnya setelah mendudukkan tubuhnya di kursi taman.dia menggusar rambutnya kasar.dia menatap lurus ke depan. Dari kejauhan,tanpa sengaja netranya menangkap tubuh tinggi Rayya yang sedang berbicara serius dengan Reza, tidak ada kemesraan di antara keduanya, mereka seperti orang asing yang baru saja bertemu.
Abian tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya, sampai target meninggalkan tempat tersebut.
Abian diam diam mengikuti dari belakang,namun sesuai dugaan, mereka terlihat sangat canggung.Rayya mengayunkan kembali langkahnya ke bangsal, sedangkan Reza keluar menuju arah parkiran.
"Dia pasti tipe wanita yang sangat susah memaafkan kesalahan,aku jadi teringat saat pertama kali bertemu dengannya." batin Abian sambil menyunggingkan senyum.
Abian menuju poliklinik neurologi, alhamdulillah pasien hari ini tidak terlalu banyak, jadi dia bisa segera kembali ke bangsal melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, walaupun tadi dia sudah menyuruh residen untuk menggantikan tugasnya.
Rayya masih duduk di depan komputer saat Abian masuk ke nurse station.karena terlalu serius,Rayya sampai tidak memperhatikan sekitar, residen yang mengetahui kedatangan Abian segera berdiri, tapi Abian menyuruh mereka untuk melanjutkan pekerjaannya, dia memilih untuk duduk di samping Rayya.
Insiden kecil terjadi saat Abian akan duduk, tiba tiba Rayya berdiri ingin mengambil air minum, alhasil Rayya harus meringis kesakitan karena kepalanya menyapa kepala Abian dengan tidak sopan.
"aauuhhhh,, ssssttt... sakitt. " Rayya mengusap kepalanya, begitu pun Abian.
"auuuhhh,aku pikir tadi sebuah batu menghantam kepalaku, keras sekali.. " Abian masih sempat menggoda Rayya walaupun dia sendiri kesakitan.
Dua orang residen yang sedang membantu Abian tersenyum simpul mendengar kata kata Abian barusan.
Rayya mendelik, menatap tajam pada Abian.
"Dokter tuh yang kepalanya kayak batu gunung.iihhh, sakit tau!!!! " Rayya menyemprot Abian.dia mengusap kepalanya yang masih terasa sakit, kemudian mengambil air minum yang terletak di atas meja dan kembali duduk di tempat semula.wajahnya masih masam, menampakkan ketidaksukaannya pada Abian yang baru saja menghinanya.
"Maaf,, kamu sih serius banget, masa aku yang segede gajah ini nggak keliatan." ujar Abian menatap Rayya yang sedang minum.
"Nyalahin aku lagi,,,,kenapa juga datangnya nggak beri salam, kalau bertamu tuh yang sopan." Rayya nyolot.
"Loh yang tamu siapa?aku? " tanyanya dengan nada mengejek.
Rayya mulai hilang kesabaran.kali ini dia menatap Abian seperti seekor elang menemukan mangsa.
"iiiihhh, ini manusia dari planet mana sih,menyebalkan..!!!" Rayya menggerutu.
Semenjak mengenal Abian sifat diam dan acuh yang selama ini Rayya miliki perlahan terkikis.Abian yang pembawaannya jauh dari kata serius menjadikan Rayya merasa nyaman dan bisa mengeksplor apa yang ada dalam dirinya.
Setelah pertengkaran tidak jelas antara Rayya dan Abian, mereka akhirnya makan siang bersama.Abian mentraktir semua residen dan perawat yang bertugas di departemen neurologi siang ini.
Hari menjelang sore,tapi pekerjaan Rayya masih banyak,pasti dia akan lembur seandainya tadi Reza tidak datang dan menyuruhnya pulang.
Mobil Rayya memasuki garasi, dan seperti biasa Reza masih belum pulang.dia masuk ke dalam, mengucapkan salam pada rumah kosong yang di tinggal penghuninya.
"Assalamu'alaikum." sunyi...
Ada perasaan aneh yang hinggap di hatinya setelah dua minggu meninggalkan tempat yang sudah memberi kenangan selama tiga tahun pernikahannya.
Rumah sangat rapi seperti tidak pernah di tinggali seseorang,dapur bersih, kulkas pun kosong tak ada apapun sama sekali kecuali beberapa botol air mineral dalam kemasan yang tersisa.
"Apa yang Mas Reza makan selama ini?" ujar Rayya lalu menutup kembali pintu lemari pendingin.
Rayya ke kamar mengganti pakaian dan mengeluarkan kembali mobilnya, melajukan ke supermarket terdekat, dia harus mengisi full stok makanan di rumahnya berhubung Mas Ari dan istrinya akan datang besok.
Tadi di rumah sakit, Mas ari sempat menelpon Rayya, kalau dia akan datang bersama Mbak Hilya.
...****************...
baiklah
rayya...daebak