Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29- tanghulu untuk Lin Xue
Jian Feng berjalan selama hampir dua hari penuh, hanya berhenti sebentar untuk bermeditasi dan mencari air. Luka tusukan di punggungnya sudah tertutup. Lin Xue, yang diyakinkannya untuk tidur, sesekali menyanyi lirih atau mengomel tentang rasa bosan.
Petir Kecil, si Laba-laba Petir raksasa, tetap setia mengikuti. Monster itu menjaga jarak sekitar sepuluh meter, bergerak dengan sangat hening, hanya terlihat dari jejak kilatan listrik samar di antara pepohonan.
Akhirnya, setelah berjalan menyusuri sungai kecil, mereka melihat keramaian. Di kejauhan, tampak tembok batu yang tinggi.
"Lihat, Jian Feng! Kota!" seru Lin Xue kegirangan.
Mereka akhirnya mencapai sebuah kota yang ramai, bernama Kota Batas Awan. Jian Feng sadar bahwa kota ini terletak di perbatasan antara wilayah Sekte Api Merah dan wilayah Sekte Awan Langit yang dikenal netral. Ini adalah tempat terbaik untuk bersembunyi.
"Kita tidak bisa masuk kota begitu saja," kata Jian Feng "Sekte Api Merah pasti sudah menyebarkan gambar kita."
"Tapi bagaimana dengan Tanghulu?" rengek Lin Xue.
Jian Feng menghela napas, lalu menoleh ke Petir Kecil. "Petir Kecil, bersembunyi di balik pohon itu. Jangan bergerak sampai aku kembali. Aku akan memberimu Qi lebih banyak nanti."
Laba-laba Petir itu bergetar sebentar, seolah mengerti, lalu merangkak pergi.
Jian Feng melepaskan Lin Xue di balik semak besar dan mengeluarkan jubahnya yang masih utuh dari Cincin Penyimpanan. Ia menutup wajahnya dengan topi dan Lin Xue dengan penutup wajah untuk menyembunyikan identitas mereka. Ia menggendong Lin Xue di punggungnya, bukan di depan dada, untuk meminimalkan gerakan dan perhatian.
Jian Feng merogoh kantongnya. Untungnya, ia menemukan beberapa koin perak yang tersisa. Cukup untuk hidup beberapa hari.
Mereka memasuki gerbang kota. Keramaian kota Batas Awan langsung membuat Lin Xue melupakan ketakutannya.
"Itu dia! Jian Feng, lihat!" Lin Xue menunjuk dengan semangat.
Di pinggir jalan, ada seorang penjual dengan gerobak penuh manisan: Tanghulu!
Jian Feng menghela napas, menyerah pada permintaan istrinya. Ia menyerahkan koin perak dan membeli tiga tusuk Tanghulu—untuk Lin Xue, dan sebagai cadangan.
"Ini," Jian Feng menyodorkan tusukan manisan itu ke depan Lin Xue, "Makanlah, dan jangan bicara keras-keras."
Lin Xue menerimanya dengan mata berbinar-binar. Setelah menggigit satu buah buah beri merah yang diselimuti gula, dia menoleh ke Jian Feng.
"Buka mulutmu, Jian Feng."
"Tidak mau. Itu terlalu manis." tolak Jian Feng.
"Ayolah! Kau harus mencoba ini! Kau sudah bekerja keras selama empat hari. Aku menyuapimu sebagai hadiah." paksa Lin Xue.
Jian Feng, yang lelah berdebat, akhirnya mengalah. Ia membuka mulutnya sedikit, dan Lin Xue menyuapinya dengan hati-hati.
Rasa manis pekat itu langsung menyerang lidah Jian Feng. Ia mengerutkan kening. Manis sekali!
"Bagaimana?" tanya Lin Xue antusias.
"Buruk," jawab Jian Feng datar. "Terlalu manis. Aku lebih suka makan ikan bakar Petir Kecil."
Lin Xue tertawa kecil. "Dasar kau ini! Tapi makanlah satu lagi! Ini vitamin pemulihan!"
Jian Feng menggeleng, tetapi Lin Xue tetap menyuapinya.
Saat mereka menikmati manisan (atau menderita karena manisan, dalam kasus Jian Feng), tiba-tiba terjadi keributan di jalanan. Para kultivator dan pedagang berteriak dan berlarian.
"Monster! Ada monster!"
Jian Feng menoleh, panik. Apakah Sekte Api Merah sudah menemukan mereka?
Namun, yang dilihatnya bukanlah pasukan api, melainkan Petir Kecil.
Si Laba-laba Petir raksasa itu—yang seharusnya bersembunyi—berjalan santai di tengah jalan, membuat macet arus lalu lintas. Monster itu seolah-olah sedang berpatroli, delapan mata merahnya menatap tajam ke sekeliling, memastikan tidak ada yang mendekati tuannya.
Orang-orang di kota itu ketakutan setengah mati. Qi Petir yang menguar dari monster itu setara dengan aura kultivator Jiwa Sejati!
"Si-siapa yang memiliki monster Jiwa Sejati sebagai hewan peliharaan?" bisik seorang pedagang.
Petir Kecil, yang menyadari Jian Feng sedang menatapnya, mengeluarkan suara BZZZT! pelan, dan dengan bangga menundukkan kepala ke arah Jian Feng, seolah berkata, "Aku menjaga majikanku, dan sekarang aku menagih bayaran!"
Jian Feng menutup wajahnya dengan tangan yang bebas. Rasa malu dan rasa khawatir kini bercampur menjadi satu.
"Dia tidak bisa menahan diri! Dia terlalu suka padamu!" Lin Xue berbisik kegirangan di punggung Jian Feng.
"Dia bukan menyukaiku! Dia mempermalukanku! Sekarang semua orang tahu siapa yang memelihara laba-laba ini adalah aku!" gerutu Jian Feng.
Jian Feng buru-buru menyalurkan sedikit Qi Petir ke udara, memberi isyarat agar Petir Kecil menjauh. Setelah menerima 'bayaran kecil', Petir Kecil akhirnya melompat ke atap gedung, mengikuti mereka dari atas.
"Cepat habiskan Tanghulu-mu! Kita harus cepat mencari penginapan!" perintah Jian Feng, mempercepat langkah, berusaha menghilang dari pandangan publik sebelum ia menarik perhatian yang salah. Kota perbatasan ini mungkin aman, tetapi ia baru saja mengiklankan dirinya sebagai pria yang memiliki Laba-laba Petir Level Jiwa Sejati.