Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Istri kaya
Hari kian merangkak malam. Di luar awan di langit segelap arang. Mala duduk di kursi roda dan kini ia berada di samping jendela.
Ia melihat pemandangan malam yang gelap, segelap hatinya. Karena kembali mengingat kematian kedua orang tuanya.
Ia juga merasa kasian pada mobil yang bertabrakan dengan mobilnya. Wanita itu berpikir, jika korban selamatnya, pasti juga mengalami hal buruk seperti dirinya.
Dalam lubuk hatinya, ia mendoakan semoga korban selamat itu bisa tabah dalam menghadapi semuanya. Andaikan Mala bisa bertemu, ia ingin sekali memeluk korban selamat itu, dan menjadikannya saudara. Karena sama-sama mengalami nasib yang sama.
Sudah satu Minggu sejak kepulangannya dari rumah sakit, tapi suaminya belum pernah sekalipun menginap di rumahnya.
Membuat Mala merindukan suaminya itu. Dengan keterbatasan yang saat ini ia miliki, ia tetap ingin menjadi istri yang baik. Dengan melayaninya sepenuh dan setulus hati.
Ia meraih handphone yang diletakkan di atas meja, lalu mencoba menghubungi suaminya. Setelah panggilan yang kesekian, barulah teleponnya tersambung.
"Hallo mas." sapa Mala dengan senyum sumringah, walaupun pria di seberang sana tak bisa melihat senyumnya.
"Hallo Mala." balas Doni di seberang sana.
"Mas, kamu sudah pulang belum? Kapan pulang kesini?"
"Aku belum pulang Mala. Hari ini kerjaan banyak banget. Coba aku kerja di perusahaan papamu, pasti tidak perlu lembur seperti ini. Dan menemani mu setiap saat di rumah. Nanti aku pulang ke rumah ibu saja, biar tidak merepotkan mu."
"Ya sudah, nanti biar di urus sama asisten papa kalau mas mau pindah ke perusahaan papa. Semenjak kami kecelakaan, semua juga di urus oleh asisten papa."
Doni membulatkan matanya dan senyumnya seketika mengembang, ketika mendengar balasan Mala.
"Ka_kamu serius sayang?" tanyanya tak percaya.
"Iya mas, aku serius." Mala mengangguk walaupun Doni tidak tahu apa yang ia lakukan.
"Ah, terima kasih sayang. Kamu memang istri terbaikku. Muach." Doni berkata dengan penuh semangat sambil mengecup handphonenya sendiri. Adi yang berada di dekatnya, seketika merasa ilfil.
"Sama-sama mas."
"Eh, kita video call dong sayang." ucap Doni lalu mengalihkan panggilan suara ke panggilan gambar.
Tak berselang lama, seraut wajah yang di penuhi luka hitam terpampang nyata memenuhi layar handphone laki-laki itu sehingga membuatnya ilfill.
'Astaga, wajah Mala jelek banget sih. Menyesal rasanya menikahinya.' batin Doni.
"Mas." ucap Mala ketika melihat Doni melihatnya dengan sedikit aneh.
"Eh,i-iya sayang."
"Doakan aku ya, semoga wajahku dan kaki ku lekas sembuh. Dan aku bisa melayani mu dengan baik. Biar kamu tidak memandang ku seperti itu."
"Oh tentu dong. Aku akan mendoakan istriku agar diberi kesehatan dan kita bisa...." Doni tak melanjutkan kalimatnya, tapi justru menaikkan satu alisnya sambil tersenyum. Membuat Mala merasa malu.
'Dasar bodoh, mau saja aku kibulin. Mana mau dilayani dengannya. Mending dengan Siska. Sudah cantik, tubuhnya seperti gitar spanyol pula.' batin Doni.
"Eh, ya sudah ya sayang. Aku mau melanjutkan pekerjaan ku lagi. Bye."
"Semangat kerjanya mas. Bye." Mala tersenyum lembut lalu menutup teleponnya.
"Cie, yang lagi mesra-mesraan dengan istrinya." goda Adi setelah Doni mengakhiri percakapan udara itu.
"Makanya kamu juga buruan menikah dong. Biar bisa mesra-mesraan."
"Iya nanti kalau sudah ketemu jodohnya."
"Paling jodohmu juga ngga cantik-cantik amat Di, sesuai sama mukamu yang pas-pasan itu." kekeh Doni.
Adi hanya geleng-geleng kepala sambil mengusap dadanya. Merasakan ucapan Doni yang suka seenaknya sendiri ketika berbicara.
**
"Doni, bangun Don." teriak bu Mirna berulang kali sambil menggedor pintu kamar putranya.
"Ibu itu apa-apaan sih. Ngga tahu orang masih ngantuk apa." gumam Doni sambil menggeliat, lalu menutup telinganya dengan bantal agar tidak mendengar teriakan ibunya.
"Don, bangun. Kamu kerja tidak. Atau akan ibu dobrak pintu kamar mu." seru Bu Mirna karena jengkel.
"Huft, ibu tidak bisa melihat orang tidur nyenyak kali ya." gumam Doni lagi.
Akhirnya dengan bersungut-sungut kesal, ia beranjak dari tempat tidurnya, lalu membuka pintu.
"Apaan sih bu." Doni menguap lebar sambil menggeliat, untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
Bu Mirna seketika memicingkan mata dan menutup hidungnya karena bau tubuh Doni.
Maklum saja, laki-laki itu pulang jam 10 malam karena pekerjaannya yang menumpuk banyak. Dan jam 7 ia sudah dibangunkan ibunya.
"Sudah siang, tumben kamu belum siap-siap pergi ke kantor."
"Malas ah, bu. Kerja terus capek. Di rumah saja nanti juga dapat duit." balas Doni santai.
"Heh, kalau kamu malas-malasan, mau makan apa kita nanti." bentak Bu Mirna sambil menoyor kepala anaknya.
"Aduh bu. Sakit tahu. Lagian Mala kan kaya. Aku bisa memanfaatkan kekayaannya. Jadi kita ngga perlu capek-capek kerja."
Bu Mirna tersenyum sinis mendengarkan ucapan anaknya yang benar itu.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘