Dalam setiap perceraian, korban paling nyata adalah anak. memiliki orang tua yang tidak pernah harmonis adalah pukulan telak untuk seorang anak yang sudah mulai mengerti arti sebuah keluarga, itulah yang dialami Arkana.
Diusia remaja yang butuh perhatian penuh dan bimbingan untuk menentukan jati diri, Arkan malah mengalami keterpurukan atas perceraian kedua orangtuanya. dia tidak menemukan kehangatan dan dia selalu mencari perhatian dengan cara brutalnya.
Mungkinkah akan ada ruang teduh untuknya merasakan kehangatan ??
Bisakah dia melewati masa transisinya dengan baik ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sakabiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepo Bin Penasaran
Lanina semakin jadi pusat perhatian, dia sebenarnya tidak begitu percaya diri memakai jersey dengan nama Vero yang tertulis jelas dipunggungnya tapi seragamnya memang sudah basah kuyup, sudah pasti itu akan memngganggu konsentrasinya.
Orang-orang juga banyak yang iri dengan Nina yang mendapat perhatian khusus dari Vero.
Saat jam pelajaran kedua di mulai.
Kebetulan yang mengajar di jam ini adalah Bu Arini. Dia heran melihat penampakan Nina yang tidak memakai seragam. Dia hampiri murid terbaiknya itu.
"Vero? Kenapa kamu pakai Jersey milik Vero?" tanya Bu Arini, dia sungguh ingin tahu apa alasannya. Nina bingung harus jawab apa, dia juga gak mau menceritakan yang sebenarnya tentang tindakan kejam yang Kayla lakukan tadi.
"M, tadi seragam saya basah Bu, jadi ... saya pinjam jersey ini darinya," jawab Nina tak menjawab rasa penasaran Bu Arini.
"Memangnya apa yang terjadi sampai seragam kamu basah?" Bu Arini melancarkan introgasinya dan Nina makin terdesak, teman-teman sekelasnya pun tak ada yang berani angkat suara.
"Maaf Bu, semuanya karena kecerobohan saya," kata Nina lagi terdengar seperti ambigu, dia tidak menjawab pertanyaan Bu Arini dengan jelas.
"Ya sudah, lain kali harus lebih hati-hati ya! Kita mulai pelajaran kita hari ini." Akhirnya Bu Arini tak meneruskan pertanyaannya, dia kembali ke depan kelas dan siap mencatat di papan tulis.
"Kenapa gak jawab jujur aja sih?" bisik teman Nina yang ada di samping bangkunya.
"Kalau Nina jawab jujur, masalah sama Kayla bisa tambah ruwet!" jawab Ami sigap.
Nina lanjutkan harinya, dia kembali datangi Arkan.
Nina sudah mulai terbiasa dan kerasan di rumah
Arkan. Setelah menyapa Bi Ija di ruang bawah, Nina langsung berjalan menuju kamar Arkan yang ada di lantai atas.
sebelum benar-benar masuk, Nina menghela nafas cukup dalam. Dia mencoba relax dan bersiap menerima respon apapun dari si mpunya ruangan.
Tok..tok..
"Ar, gue masuk ya ...." kata Nina meminta Ijin, seperti biasa.
Nina masuk dan tak ada lagi pemandangan lain selain Arkan yang hanya rebahan santai sembari bermain game di ponselnya, seperti biasa.
Nina berjalan mendekat dan duduk didekat Arkan, Arkan tidak peduli bahkan dia belum menyadari kalau saat ini Nina memakai jersey milik sahabatnya.
"Hari ini kita belajar matematika lagi ya, sepertinya lo belum paham betul dengan semua rumus yang gue catat dua hari yang lalu, iyakan?" kata Nina lalu dia keluarkan buku-buku dari dalam tasnya.
"Lo udah ngerti rumus dasar logaritma kan?" tanya Nina, Arkan tak menjawab dan masih cuek.
"Arkan, Arkana Putra Wijaya!!" panggil Nina mencoba menyadarkan Arkan.
"Kenapa lo gak jualan donat aja? Ngapain buang-buang waktu kayak gini!" kata Arkan membuat Nina terkaget, kenapa Arkan bisa tahu kalau dia berjualan donat, padahal Nina tidak menceritakan hal itu sebelumnya.
Nina hanya tidak tahu kalau kemarin Arkan ada di taman kota bersama Vero dan Aldi.
"M ... Vero cerita tentang hal itu?" tanya Nina yang berubah jadi malu seketika.
"Gue tahu!"
"Oh, iya ... sepulang dari sini gue memang jualan donat," jawab Nina mempertegas.
"Ya udah mending lo pergi aja!" Arkan kembali pada perangai aslinya, dia terus berusaha mengusir Nina.
Nina lanjut mencatat tanpa menghiraukan Arkan, seperti yang dia lakukan di hari-hari sebelumnya.
Arkan melirik kearah Nina, dan dia sadar dengan penampakan Nina hari ini. Dia cukup kaget melihatnya.
"Gue gak salah lihat?" tanya Arkan masih memperhatikan Nina.
"Apa?" Nina masih fokus mencatat, dia tak melihat ekspresi kaget Arkan.
"Ngapain lo pake jerseynya Vero?" tanya Arkan.
"Oh ini, tadi ... ada sedikit insiden di sekolah."
Arkan makin penasaran, dia kini mengabaikan gamenya dan fokus memperhatikan Nina.
"Ada apa?"
"Makanya sekolah, biar gak ketinggalan berita," sahut Nina nyeleneh, membuat Arkan kesal.
"Heh, lo pikir berita lo penting?"
"Ya udah, beritanya kan gak penting! Lo gak perlu tahu, jadi gue gak usah cerita!"
Nina mulai berani membalas sikap sarkas Arkan, Arkan kesal bukan main. Tapi dia tahan sekuat hatinya, dia gak mau kalah dari Nina.
Diam-diam Arkan menanyakan hal yang membuatnya penasaran itu pada Vero lewat chatroom.
Arkan : ada kejadian penting apa hari ini di sekolah?
Arkan menunggu balasan dan chatnya bahkan belum terbaca oleh Vero, dia sungguh kesal.
Arkan : Ver
30 detik kemudian
Arkan : Vero!
Arkan : Jersey lo ada yang nyolong!
Belum ada jawaban juga, dia semakin dan semakin dongkol. lalu dia lanjut kepada Aldi.
Arkan : Al, jawab!
3 detik kemudian
Aldi : kenapa bro?
Aldi : jawab apa?
Arkan : ada apa di sekolah?
Aldi : apa? gue gak tahu
Aldi : emang ada apa?
Arkan meradang, dia tak mendapat jawaban apapun.
Dia kembali melirik kearah Nina yang masih fokus menulis, dia ingin bertanya tapi dia gengsi.
"Nih ...." Nina memberikan buku catatan itu pada Arkan.
"Lo sengaja nyuri jersey itu?" tanya Arkan menghakimi.
"Apaan sih? Orang Vero sendiri yang ngasih pinjem ke gue," sahut Nina ketus, dia kesal dengan tuduhan Arkan.
"Kenapa bisa?"
Nina diam beberapa saat, dan dia semakin membuat Arkan penasaran. Arkan menunggu Nina bicara ....
"Kepo!" cibir Nina, Arkan ingin marah tapi dia masih coba tahan. Ya! Memang benar, dia memang sedang dilanda knowing every particullar object atau lebih kita kenal dengan istilah 'kepo'.
"Lo mau tahu ya?" tanya Nina menggoda, dia cemberut dan tak menanggapi Nina, dia tarik ponselnya dan belum ada balasan dari Vero.
"Kalau lo mau berusaha mengerjakan soal yang gue kasih ini, gue akan ceritakan sampai detail!" kata Nina malah memberi syarat, Arkan masih diam.
"Cuma dua soal kok."
Arkan sungguh penasaran, dia sangat ingin tahu.
Dia lihat kertas yang Nina sodorkan, ada dua baris soal yang Nina tulis, dan itu adalah syarat Arkan untuk mengetahui cerita Nina.
"Gue akan bantu uraikan rumusnya," tambah Nina, dia merasa di atas angin sekarang, dia berhasil memanfaatkan rasa penasaran Arkan.
Akhirnya ....
Arkan ambil kertas itu, Nina senang tak terkira. Akhirnya setelah beberapa hari akhirnya Arkan mau meresponnya walau dengan cara yang terpaksa seperti ini.
Arkan mulai berpikir keras, dia sebenarnya benci matematika. Tapi dia berusaha dengan segenap kemampuan yang dia punya, dia tampak kebingungan.
"Perhatikan! cara menemukan nilai 'x' ini, kita harus menyederhanakan nilai yang ini ...." Nina menjelaskan sedetail mungkin pada Arkan, Arkan perhatikan dengan seksama apa yang Nina jelaskan.
"Gimana? Ngertikan?"
Arkan cuma manggut-manggut, Arkan tidak sadar kalau saat ini dia mulai menyerap ilmu dari Nina. Arkan mulai menulis jawaban versinya, dan Nina menunggu, dia kelihatan excited.
"Ini kan jawabannya?" tanya Arkan yang sudah menyelesaikan satu soal, Nina hanya tertawa kecil.
"Hampir!"
Arkan mendengus, ternyata jawabannya salah.
"Dari atas sini udah bener, nah ... dari sini lo mulai ngaco, ayo perhatikan lagi! Soal yang kedua gue gak akan bantu ya ...." kata Nina, dia kembali menjelaskan uraian rumusnya pada Arkan. Arkan perhatikan lagi, dia cukup antusias.
"Jadi, jawabannya 5?"
Nina tersenyum bangga.
"Betul! Itu jawabannya ... ngertikan? Sekarang coba kerjakan soal ini, ini bahkan lebih sederhana."
Arkan kini berkonsentrasi, dia benar-benar serius mengerjakan soal dari Nina dan Nina sangat bangga melihat hal itu.
'Akhirnya ... sedikit demi sedikit ....' batin Nina.
"Nih, selesai!" Arkan menunjukkan hasil jawabannya.
Nina periksa dan Nina cukup surprised, jawaban Arkan benar walau tulisan Arkan sangat jelek.
"Wah ... luar biasa!" puji Nina.
"Ternyata gak sesulit yang gue kira," gumamnya pelan, dia cukup bangga dengan jawabannya.
"Nanti gue kasih PR ya," kata Nina.
"Udah, sekarang lo cerita, apa yang terjadi tadi di sekolah, sampai lo bisa pake jersey milik Vero ini," tuntut Arkan, memang itulah tujuan Arkan mau mengerjakan soal.
"M, baiklah, tadi ... di jam istirahat, Kayla labrak gue!"
"Kenapa?"
"Dia tahu, kalau gue udah beberapa hari jadi guru privat lo! Dan dia marah. Dia, lempar es teh tepat ke muka gue, sampai seragam gue basah dan kotor." Nina mulai bercerita, Arkan tidak mengerti kenapa Kayla lakukan itu.
"Kenapa Kayla marah?"
"Entahlah, tapi tadi dia bilang ... katanya dia sulit dapat kabar dari lo, sedang gue? Bisa dengan mudah ketemu sama lo setiap hari disini, mungkin dia cemburu."
"Terus?"
"Ya, Vero lihat tindakan bully yang Kayla lakukan, dia datang dan menyelamatkan gue," cerita Nina dan pada bagian Vero dia tampak salah tingkah.
"Sejak kapan si Vero peduli?" Arkan pun merasa heran.
"Ternyata, dia gak se-angkuh yang gue kira, dia baik, sangat baik."
"Terus dia kasih pinjam jerseynya itu?" tanya Arkan.
"Iya," jawab Nina masih tersipu malu.
"Heum ... mencurigakan!" gumam Arkan, dia curiga ada sesuatu yang terselubung di balik sikap peduli Vero pada Nina.
ko tokohnya sm kaya d platform sebelah y arkana n lalina 😂