NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:798.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Suasana kafe ini cukup ramai di jam makan siang, Tasya dan Radit memilih tempat paling ujung dan sedikit sepi dari riuh orang berlalu lalang. Mereka kembali berbincang tentang pertemuan dengan ibu Shinta.

"Misal, nanti semuanya terkuak sebelum Sintia melahirkan, apa yang akan kamu lakukan?"

"Biar saja, aku tidak peduli. Jujur saja, aku sudah berada di titik paling lelah dan tidak sanggup berpura-pura."

"Aku belum pernah melihatmu seperti ini sebelumnya, sya."

"Duniaku sudah berubah, Dit. Sekarang aku ingin menutup buku yang sudah usang dan memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi milikku."

"Aku harap semuanya yang sudah terjadi, tidak berubahtadya yang aku kenal."

Tasya hanya tersenyum. Tidak beberapa lama makanan pesanan mereka datang. Keduanya segera menyantap, Tasya terlihat sekali masih kurang berselera, masalah ini seperti sudah membuatnya turun berat badan.

Sementara Radit menyantap dengan lahap, hanya dalam waktu sekejap makanan pun habis.

"Ayo yang bener makannya." Ucapnya sedikit menggoda. Sahabatnya sejak kecil memang sedikit sulit memakan makanan sepertinya.

Tasya tertawa kecil. "Kamu seperti kakek-kakek sejarah." Keduanya pun tertawa.

Tidak berapa lama Tasya mengecek ponselnya, ia melihat ada pesan masuk dari mang Ade. Sedikit membuatnya heran, karena tukang kebunnya itu jarang sekali memberikannya pesan.

Tasya membacanya, ia menelan ludah, tenggorokannya terasa kering seketika. Tidak menyangka semua akan terbongkar dengan begitu cepat. Ia pun segera menelpon mang Ade, panggilan pertama tidak ada jawaban. Sampai panggilan berikutnya masih tidak ada jawaban.

Tasya mulai cemas, ia takut sesuatu terjadi pada tukang kebunnya itu. Bisa saja Sintia dan Devan mengamuk dan melakukan tindakan di luar batas.

"Ada apa, Sya?" Tasya tidak menjawab dan masih sibuk pada ponselnya.

"Sya...," panggil Radit lagi.

Tasya masih tidak menjawab, dengan wajah cemas ia menunjukan isi ponselnya.

Wajah Radit pun ikut berubah setelahnya. Ia melihat ke arah Tasya yang terlihat semakin panik. Napasnya memburu, tangannya sedikit bergetar.

Tidak berapa lama datang satu pesan dari Rara.

[ Sya... Kamu harus secepatnya kembali ke kantor, perusahaan sedang kacau.]

Ia menghela napas panjang, memberi restorasi pada dadanya yang sesak. Satu masalah belum saja rampung, datang masalah baru yang tidak kalah rumit. Ia menyimpan ponsel di meja lalu menunduk dan sedikit membungkukkan badan, kedua tangannya memegang kening. Terlihat sekali begitu kacau, goncangnya perusahaan semakin membuat kepalanya nyaris pecah.

Radit beranjak dari duduknya dan mendekat pada Tasya, ia angkat tangan lalu menyimpan di bahu sahabatnya itu.

"Menangis saja kalau kamu sudah gak kuat. Menangis tidak sama sekali menunjukan kelemahan, itu hanya salah satu cara merendam rasa sakit."

Tasya menyandarkan kepalanya di bahu Radit, ia menangis tersedu, dadanya sesak, sakit, bagai sedang di hunus sebuah pedang tajam.

Andai saja ia bisa menyerah, sungguh ingin menyerah saja hari ini, atau melanjutkan hidup dengan ringan dan baik-baik saja seperti dulu sebelum Devan hadir di kehidupannya.

"Tidak peduli sekacau apa kamu hari ini, kamu harus berdiri tegak di hadapan mereka, jangan sekali pun penujukan kelemahan."

Tasya menyeka air matanya dan melepaskan sandaran dari Radit. Masih ada sedikit isak, tapi ia berusaha menetralisir hatinya sendiri.

Itu semua di luar dugaan, ia merutuki kecerobohannya.

*****

.

.

.

.

.

Keluar dari ruang rapat wajah Devan terlihat kacau, ini memang kekacauan pertama selama ia memimpin perusahaan. Keuangan goyang, bahkan beberapa investor ada yang menarik kerja sama mereka. Ini membuat Devan semakin kacau dan tidak mampu berpikir dengan jernih.

Ia masuk kedalam ruangan dengan wajah merah padam. Tidak ada siapa pun yang berani padanya ketika Devan sedang murka seperti ini. Kekesalannya semakin memuncak ketika Tasya tidak kunjung datang ke kantor, padahal ia berangkat lebih dulu. Tingkah berbeda dari istrinya itu nyaris membuatnya gila.

Ia mengebrak meja meluapkan segala amarah, seiring dengan itu Rara masuk dan datang ke ruangannya.

ceklek...

Rara melangkah dan menghampiri dengan wajah Rara yang masam. Selama ini ia memang jarang sekali ia menunjukan wajah yang bersahabat dengan Devan, walau begitu banyak hal yang Devan percayakan pada wanita yang sudah mengabdikan banyak waktunya untuk perusahaan ini, tidak hanya itu, Rara juga banyak membantunya dalam segala hal.

"Ini berkas yang harus kamu selesaikan sebelum perusahaan ini benar-benar bangkrut."

Devan melirik sesaat seolah muak dengan segala permasalahan yang ada. Selama dirinya memimpin perusahaan ini, ini adalah kekacauan pertama, begitu juga hubungannya dengan sang istri, untuk pertama kalinya ia merasa segalanya begitu rumit.

"Kekacauan ini harusnya membuatmu berpikir, kehancuran lambat laun akan datang menghampiri bila kamu terus segila ini, seambisi ini."

"Bila aku hancur, kamu akan terseret di dalamnya." balas Devan.

Rara menghela napas dan diam. Terkadang untuk beberapa waktu ia memang telah siap di atas segalanya kemungkinan paling buruk yang akan terjadi. Bahkan bila saja suatu saat Tasya membunuhnya.

"Mangkanya,.. Akhiri saja sudah semua sampai di sini."

"Tidak! Aku hampir mendapatkan semuanya! Hanya selangkah lagi."

"Iya... Hanya selangkah lagi! Selangkah lagi dalam kehancuran."

Mata Devan membulat tajam, menandakan amarahnya yang semakin tidak terkendali. Ia beranjak dari duduknya kemudian mendekat pada Rara. Jarak mereka sangat dekat ketika ia mencengkram pipi wanita itu.

"Jaga ucapanmu."

Rara mencoba melepaskan cengkraman itu. Tapi tidak kalah tenaga. Beberapa detik setelahnya, Devan melepaskannya.

"Pergi kamu dari sini."

"Manusia sepertimu memang lebih memilih hidup dengan ambisinya untuk sebuah kesenangan dan kehormatan. Tapi terkadang lupa, bahwa sudah melepaskan cinta sejatinya sendiri."

"Tidak usah banyak bicara! Bukan kah kita sama! Bahkan saudara sendiri pun kamu khianati."

Rara mematung sesaat, lalu membetulkan rambutnya yang sedikit kusut, kemudian meninggalkan ruangan ini dengan perasaan yang sulit di jelaskan. Beberapa tahun ini, hidupnya memang di liputi ketidak tenangan.

Devan duduk kembali pada kursinya, lalu mengecek ponsel hendak menghubungi Tasya. Tapi panggilan dari Sintia tercatat sampai puluhan kali, setelahnya ia melihat rentetan pesan masuk.

Sintia 12.02

[ Mas, ada kamera di kamarku.]

Sintia. 12.15

[ Mas, jawab telponnya.]

Sintia. 12.45

[ Tasya sepertinya sedang memantau kita.]

Pesan terus di kirimkan oleh Sintia. Jujur saja, tangannya bergetar, degup jantungnya terasa semakin kencang tak beraturan. Ada sebuah perasaan tidak percaya bila Tasya melakukan semua itu. Pikiran Devan mulai meracau, mungkin kah segala sikap Tasya yang berubah adalah ia sudah tahu tentang hubungannya dengan Sintia.

Tapi di satu sisi Devan tidak yakin, Tasya adalah seorang pecemburu, ia akan marah dan menunjukannya untuk sebuah hal kecil. Ia pun selalu bilang, bahwa ia akan menghancurkannya segalanya kalau sampai dirinya berselingkuh. Tasya adalah yang wanita lemah di matanya, ia menyanjung cinta begitu tinggi di antara mereka. Tasya pun orang yang selalu yakin bila dirinya adalah satu-satunya orang yang tidak akan pernah pergi dari sisinya.

Tiba-tiba saja wajah lembut yang sudah menemaninya selama belasan tahun itu membayang jelas dalam ingatan. Tidak terasa air mata mengenang. Devan mencoba menghubungi Tasya. Entah kenapa, untuk pertama kalinya ia begitu takut wanita itu akan meninggalkannya. Sejenak segala ambisinya menguar, yang terbesit dalam pikiran hanya suara lembut dan senyum manisnya.

Panggilan terhubung, tapi sama sekali Tasya tidak mengangkatnya. Sampai puluhan kali tombol namanya di tekan, Tasya masih enggan menjawab. Tidak kehilangan akal, ia pun mencoba untuk menghubungi melalui WhatsApp,tapi tidak mendapatkan respon.

Tidak kuasa menahan amarah, Devan membanting ponsel ke lantai sampai semua hancur berantakan. Tanpa peduli, ia keluar dari ruangan ini untuk mencari istrinya.

*****

.

.

.

.

Tasya melihat satu persatu bajunya dan memasukan ke dalam koper, untuk pertama kalinya selam pernikahan ini berlangsung, ia merasa tidak sanggup lagi berada di rumah ini.

Tidak bisa di jelaskan bagai mana segala perasaannya, campur aduk segalanya. Ia bukan pergi untuk selamanya, karena bagaimana pun rumah ini adalah pemberian almarhum ayahnya saat kado pernikahan mereka.

Air mata tidak sanggup menetes ketika ia melihat Poto orang tuanya yang tersenyum bahagia saat resepsi pernikahan mereka, siapa yang menyangka Devan yang begitu di percaya yang bisa menarik hati seluruh keluarganya ternyata tidak lebih dari tumpukan sampah.

brak...

Pintu kamarnya terbuka dengan kencang ketika Tasya belum seluruhnya memasukkan pakaian. Devan berdiri di ujung pintu dengan napas terengah-engah dan raut wajahnya yang sulit di jelaskan. Keduanya saling beradu pandang, sebelumnya akhirnya Tasya memalingkan wajah, ia menghentikan sejenak aktivitasnya, kemudian menunduk menetralisir seluruh perasaannya.

Entah jantungnya yang berdegup kencang, atau pikirannya yang tersugesti, derap langkah Devan terasa pelan tapi menakutkan, lambat laun semakin mendekat dan kini tiba tepat di sampingnya. Deru napasnya terdengar lain, memburu seperti hendak menerkam. Tasya tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini, apa pun itu ia berjanji akan menghadapinya.

Diluar dugaan, Devan bersimpuh di kaki Tasya, ia terisak, suaranya nyaris tidak terdengar berlomba dengan isakan.

"Maaf sayang... Maaf.."

Tasya masih terdiam tidak mampu berkata apapun. Ia menghela napas berkali-kali. Entah permintaan maaf itu memang dari hati atau bukan, ia belum pernah melihat suaminya seperti ini. Hal yang paling mengerikan dari pengkhianatan itu sendiri adalah ketika mendapati kenyataanya itu datang bukan dari musuh tapi justru dari yang paling dekat.

"Bukan kamu yang salah, mungkin aku yang masih banyak kekurangan." ucap Tasya lirih.

"Tidak, kamu sudah sangat sempurna." jawabnya sambil terbata.

Tasya tidak menjawab lagi, semua yang terdengar dari mulutnya kini seperti sebuah pesan kosong belaka. Ia pun beranjak hendak mengambil beberapa barangnya, ia nyaris tidak bisa beranjak, tenaganya kuat sekali.

"Lepaskan aku!" Semakin Tasya meminta untuk di lepaskan semakin kuat juga pegangan Devan.

"Lepaskan, jangan seperti ini kalau kamu ingin bicara."

Lambat laun Devan melapaskan pegangannya, ia menyeka air mata dan beranjak. Kemudian membawa Tasya duduk berdampingan di sisi ranjang.

Hening menyapa beberapa saat sebelum keduanya memulai kata.

"Aku pernah berpikir kalau kita akan indah selamanya. Aku juga selalu berpikir bila kamu satu-satunya rumah paling nyaman untuk pulang. Tapi..."

"Denger sayang... Aku bisa menjelaskan." Devan memotong perkataan Tasya.

"Tolong beri aku waktu sendiri, seperti kamu yang memiliki waktu bersama wanita lain."

Devan memandangnya dengan Pilu. Sementara Tasya beranjak, ia langsung menutup koper dan buru-buru meninggalkan kamarnya, juga Devan yang memandangnya tanpa kata.

Tidak ada air mata, ia menyeret langkah. Jujur ini sangat pedih dan tidak mudah. Berulang kali ia ingin menyerah ketika di hempaskan oleh kenyataan. Namun, semesta selalu membuktikan bila manusia lengkap di ciptakan dengan kemampuan untuk bertahan menghadang segala badai.

Langkanya sekum sempat di ambang pintu ini ketika Devan kembali Manarik tangannya dengan kenceng.

"Kamu bawa ke mana surat atas nama aset milikku."

Tasya tersenyum kecut. Ucapan Devan baru saja kembali menegaskan bahwa bukan dirinya yang sedang di pertahankan tapi harta.

"Kamu menikah dengan ku tanpa membawa apapun, jadi bila sekarang kita harus berpisah, pergilah tanpa membawa apapun." Tasya kembali melangkah, tapi Devan tidak membiarkan begitu saja.

"Kamu jangan main-main denganku, Tasya!"

Tasya mulai berontak untuk melepaskan diri, tapi genggaman Devan semakin kuat. merasa tidak memiliki pertahanan diri Tasya menggigit tangan suaminya, pria itu meringis dan sempat melepaskan sesaat pegangan itu, tapi Tasya kembali dalam kendalinya ketika Devan berhasil menarik tangannya kembali dan menyeretnya dengan erat dan kencang. Tasya kesakitan dan terus berusaha melepaskan diri, tapi Devan seperti kehilangan akal ia menampar pipi Tasya yang begitu kencang.

.

.

.

.

.

puas mas, kamu memberikan luka batin dan fisikku secara bersamaan.

1
Yusan Lestari
the best👍
Hilda Hayati
jangan2 kirana nih yg bakal jadi penggnti Tasya
Hilda Hayati
Lumayan
Hilda Hayati
Kecewa
Akun Lima
athornya pengecut anjing kaga ada respon anji k
Akun Lima
thor jangan terlalu goblok dong balas anjink
Akun Lima
thor bisakah kau bersikap adil sumpah karyamu ini Sangat buruk
Dewi Yanti
kpn beres nya sih itu bls dendam
Dewi Dama
saya cuka jln cerita novel..ini...semangat thoorrr...
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
Yani Cuhayanih
aku boleh getok kepala nya pake panci sekalian biar devan dan sintia gegar otak../Curse/
Herta Siahaan
seperti nya acara balas dendam nggak akan habis.... kesadaran masing-masing tdk ada ... kok keknya nggak ingat ajal
Zanzan
udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...
Saadah Rangkuti
kenapa lagi thor ?!😡😡🙏🙏
Saadah Rangkuti
tuh kan pas..ayolah thor sudahi penderitaan mereka 😂😂
Saadah Rangkuti
apa radit yg jadi pendonornya? ya Tuhan 😭😭
Saadah Rangkuti
semua ini memang kesalahanmu Thor...bukan si devan atau siapapun 😭😭
Saadah Rangkuti
aku rasa belum ada bab yg gak bisa bikin emosi thor,dari awal 🙏🙏☺️☺️
Saadah Rangkuti
ya Tuhan..ternyata masih banyak rahasia devan...
Saadah Rangkuti
keterlaluan 😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!