Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.13 Lapar
"Ya ampuuun, badan aku kok lemes banget sih! Gimana mau masak kalau kayak gini? Mau delivery order tapi nggak ada yang selera. Pinginnya makan masakan rumahan." Aileena mendengus nafas panjang.
Sepulang dari CFD tadi, hari yang dikira Aileena bakal menyenangkan kini malah berakhir bad mood. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena bertemu dengan sang mantan yang menyebalkan, Adnan.
Saat itu, ingin rasanya Aileena mencekik Adnan dengan kedua tangannya sendiri Sakin terlampau kesalnya dirinya atas wajah memelas dan sikap sok menderita yang ditunjukkan Adnan.
"Menyesal??? Hello, mas, apa yang kamu rasakan saat main kuda-kudaan sama perempuan itu? Apa kamu ingat dengan istri mu? Ingat dosamu? Sadar nggak gimana hancurnya hati istrimu bila tau perbuatanmu kamu yang seenaknya main kuda-kudaan dengan perempuan lain di rumah istrimu sendiri? Apalagi perempuan itu adalah perempuan yang istrimu tolong. Mikir nggak kamu, perempuan baik-baik mana yang suka rela menyerahkan tubuhnya dan membiarkan rahimnya diisi benih dari seseorang yang berstatus suami orang. Kalau single sih terserah, tapi kamu itu suami orang. Kamu punya istri. Aku istri kamu saat itu, tapi kamu malah nggak bisa menjaga hati dan iman kamu. Sekarang kamu bilang menyesal? Minta maaf? Sorry Patrisioso, aku tidak sebaik hati itu karena aku bukan nabi ataupun malaikat." desis Aileena bicara sendiri sambil menatap bantal sofa dan memukul-mukulnya dengan tatapan kesal .
"Setelah melakukan dosa itu, kau pun dengan entengnya menyuruh aku memilih, menerima si pelakor atau melepaskanmu! Tentu aku lebih memilih melepaskanmu. Ogah berbagi raga. Sudah celup sana, terus balik ke sini. Iih ..." Aileena bergidik ngeri saat membayangkan mereka berbagi suami. "Dasar, laki-laki brengs*k, kamu lebih memilih menjandakan ku dan memilih dia , jadi silahkan nikmati penyesalanmu. Aku pastikan, penyesalanmu akan berkali-kali lipat saat tau. aku berhasil hamil anakmu." desis Aileena.
Di bibir perempuan bisa berkata, baik aku memaafkanmu, tapi dalam hati, sakit itu pasti ada dan takkan mungkin hilang. Wanita itu pendendam sejati. Sekali hatinya tergores perih, ibarat kaca yang jatuh lalu pecah, takkan mungkin bisa kau rekatkan hingga kembali utuh seperti semula. Hati perempuan juga ibarat bom waktu, yang bisa meledak sewaktu-waktu. Bila sakit yang kau torehkan begitu menusuk hingga ke relung hati, maka siap-siaplah, ia akan pergi, tanpa mau menoleh ke belakang lagi. Walaupun ia berhasil memaafkanmu, tapi bukan berarti melupakan. Rasa sakit itu akan terus ada sampai kapanpun jua.
Pertengkaran memang kerap ada dalam rumah tangga dan hal itu wajar sebab kadang dibalik pertengkaran itu mampu makin merekatkan hubungan antara dua insan. Dan begitu pun Aileena dan Adnan, mereka pun kerap bertengkar, tapi Aileena masih mampu memaafkannya karena masih dalam batas biasa saja. Tapi karena ini sudah menyangkut perselingkuhan, apalagi perselingkuhan ini sudah dilakukan di luar batas kewajaran hingga dengan berani-beraninya mereka melakukan perbuatan bercocok tanam, hati wanita mana yang tak sakit? Adakah yang mampu memaafkan apalagi mereka melakukannya secara sadar? Aileena rasa tidak. Begitu pun dirinya. Baru kali ini ia merasakan sakit bagai ditusuk berjuta sembilu.
"Duh, perutku makin lapar nih!" keluh Aileena sembari mengusap perutnya.
Lalu Aileena meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja dan membuka aplikasi perpesanan berwarna hijau. Jari jemari lentik Aileena mengetikkan huruf demi huruf di sana.
Lapar, tapi males masak. Dimana ya ada jual masakan rumahan yang enak?
status update.
1 detik
2 detik
3 detik
tring ...
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Aileena pun segera membuka komentar dari statusnya tersebut dengan semangat.
💌Radika
Aku tau, kamu mau?
💌Me
Wah, dimana itu? Aku mau.
💌Radika
Emang kamu mau makanan atau menu apa?
💌 Me
Apa aja yang penting kenyang. 😄
💌Radika
Share lokasi kamu, Na.
💌Me
Ada di aplikasi maufood nggak? Kalau ada aku pesan langsung aja.
💌Radika
Nggak ada.
💌Me
Jadi dikirim pakai kurir ya?
💌Radika
Iya, cepat share lokasi sekarang!
💌Me
bdydusiwhai8wkauskw7qis7
💌Radika
Oke, tunggu aku!
"Eh ... Apa maksudnya ini? Ini bukan dia mau anterin sendiri kan? " gumam Aileena yang sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri saat membaca pesan terakhir Radika.
25 menit kemudian.
Ting tong ting tong
Suara bel rumah berbunyi, Aileena pun segera membuka pintu. Aileena membelalakkan matanya saat melihat Radika telah berdiri di depan pintunya dengan membawa buah kantong yang cukup besar.
"Assalamualaikum." ucap Radika.
"Kamu ... kok kamu yang kesini, Ka? Aku pikir kurir." ucap Aileena seraya menggaruk kepalanya. Lalu Aileena mempersilahkan Radika masuk dan duduk di kursi tamu.
"Kalo kurir yang anterin bahannya, siapa yang bakal masakkin?" tanya Radika.
"Lho, kok masak? Aku kan minta masakan jadi , Ka. Emang siapa yang bakal masakkin ?"
"Kan aku pernah janji mau masakkin kamu, lupa?" Radika mengingatkan Aileena janjinya saat bertemu di supermarket tempo hari.
"Hah! Serius? Wah, makasih banget kalau kamu mau! Aku lagi bener - bener lemes, ni Ka! "
"Wajar, mamanya juga hamil muda! Trimester pertama emang tubuh kita rentan mudah lelah selain mengalami morning sickness. Itu karena adanya penyesuaian hormon dan baby nya." ujar Radika . "Dapurnya dimana? Biar aku masak sendiri, kamu santai di sini saja ." ujar Radika .
"Bener nggak papa masak sendiri? Aku nggak mau kamu repot sendiri, Ka. Aku bantuin aja ya, biar lebih cepat." tawar Aileena yang tidak enak hati merepotkan Radika.
"Nggak papa, Na. Kamu pokoknya tunggu di sini aja, kalau udah selesai aku panggil." ucap Radika. Lalubia pun berlalu seraya membawa belanjaannya ke arah yang ditunjuk Aileena.
Baru 20 menit berlalu, tiba-tiba ada suara mobil masuk ke pekarangan rumah Aileena. Tak lama kemudian, pemilik mobil itu turun dan berjalan menuju pintu rumah Aileena.
"Assalamualaikum." ucap orang itu.
"Wa'alaikum salam ." sahut Aileena seraya berdiri melihat siapa tamu itu. "Mas Fatur." seru Aileena terkejut. Sebab baru saja pagi tadi, tapi pria itu sudah datang menemuinya kembali.
"Kok kamu kayak terkejut gitu, Ai? Nih ..." ucap Fatur seraya menyerahkan sebuah rantang makanan yang terdiri atas 4 tingkat membuat Aileena bingung.
"Katanya kamu pingin masakan rumahan, jadi aku bawain itu. Bukan masakan aku sih, bukan beli juga, tapi buatan si mbok di rumah aku." ujar Fatur seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Duh, mas, jadi ngerepotin gini! Makasih ya! Silahkan masuk, mas. Duduk di dalam aja. " ujar Aileena.
"Ai, masakannya udah jadi, kita makan yuk!" seru Radika seraya berjalan mendekati Aileena dengan celemek yang masih menempel di tubuhnya.
Fatur yang mendengar suara laki-laki, lantas menolehkan wajahnya sehingga tatapan matanya bertemu dengan mata Radika. Kedua lelaki tersebut lantas saling mengerutkan keningnya, dengan pikiran yang sibuk menduga-duga.
Sedangkan di lain tempat, tampak seorang lelaki sibuk melamun seorang diri hingga mengabaikan omelan demi omelan sang istri yang merasa diabaikan semenjak dinikahi. Bahkan mereka selama menikah, ia belum juga disentuh suaminya itu. Tidak seperti saat ia belum menikah. Pria itu jadi sosok yang berbeda sekarang..
"Mas, kamu kok jadi gini sih? Aku juga pingin jalan mas, aku juga pingin kehangatan, tapi kamu kok semenjak menikahi aku malah mengabaikan aku?" geram Delima saat melihat Adnan sibuk melamun di sandaran ranjang kamarnya.
Adnan menghela nafas berat, "Kamu mau jalan? Nih, ..." Adnan menyerahkan beberapa lembar uang merah kepada Delima yang diambil perempuan itu dengan semangat. "Ajak Nanda sekalian." titah Adnan.
"Mas, kamu jagain Nanda kek, aku kan juga butuh me time. " gerutu Delima seraya mengerucutkan bibirnya.
Adnan meraup kasar wajahnya, lalu menoleh ke arah Nanda yang tengah tertidur pulas.
"Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Aku nggak bisa dieminnya kalau dia nangis ." ujar Adnan malas berdebat .
Delima tentu bahagia mendengar kesediaan suaminya menjaga putrinya itu. Ia pun bergegas bersiap untuk pergi entah kemana. Adnan malas memikirkannya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Karena kalau di awal..... namanya pendaftaran hahaha
kepo nih thor....