Duri Dalam Pernikahan
Seorang wanita cantik dengan tubuh dibalut dress selutut dan rambut hitam terurai indah, nampak berjalan dengan anggun di sepanjang koridor rumah sakit. Wajahnya tampak cerah secerah mentari pagi dengan senyum tercetak jelas di bibirnya.
Ia masuk ke dalam mobil lalu menghempaskan bokongnya di kursi balik kemudi sambil menggumamkan lafaz Hamdallah tiada henti. Ditatapnya sebuah amplop putih berlogo rumah sakit ternama di kota itu dengan kebahagiaan membuncah. Dipeluknya amplop putih itu lalu dikecupnya hingga berkali-kali untuk mengekspresikan betapa bahagianya ia hari ini.
Ini adalah penantiannya. Ini adalah kejutan terbesar dari yang kuasa, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga suami dan orang tuanya.
Jantungnya berdegup kencang. Tak sabar rasanya ia ingin segera sampai di rumah dan mengabarkan pada semua orang tentang kabar baik ini. Ia sangat yakin, suaminya pasti akan sangat bahagia. Penantian mereka selama 3 tahun akhirnya terbayar sudah. Sungguh tak ada kata yang dapat mewakili betapa bahagianya ia hari ini.
Segera ia mengemudikan mobilnya menuju ke rumah mereka. Rumah yang selama 3 tahun ini ia tempati bersama sang suami tercinta. Ya, suami tercinta karena ia begitu mencintai suaminya, Adnan Ali Atmaja.
Jalanan yang padat merayap dan cenderung macet, tak menyurutkan langkah dan semangatnya. Senandung lirih shalawat atas nabi mengalun merdu dari bibirnya sebagai ungkapan betapa ia begitu bahagia hari ini.
Akhirnya, Aileena Nurliah akan jadi seorang ibu.
Akhirnya, Aileena Nurliah bisa menjadi seorang istri yang sempurna.
Akhirnya, Aileena Nurliah akan menjadi seorang menantu yang sempurna.
Akhirnya, akhirnya, akhirnya, begitu banyak akhirnya yang membuat dadanya begitu meledak-ledak karena kebahagiaan yang begitu sarat.
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 30 menit, sampailah Aileena di rumahnya. Di istana megah yang dibangun Adnan khusus untuk dirinya. Segera Aileena turun dari mobilnya sambil mencangklong tas selempang miliknya. Ia berjalan dengan begitu hati-hati menaiki undakan di depan rumahnya. Dengan senyum lebar, ia masuk melalui pintu depan. Tadi ia melihat ada mobil Adnan di depan. Sebenarnya ia agak heran, tidak biasanya Adnan pulang begitu cepat apalagi tanpa kabar terlebih dahulu. Tapi Aileena adalah wanita yang selalu berpikir positif. Pemikiran negatif hampir tak pernah singgah di otaknya, namun apakah itu akan terus berlanjut ketika ia melihat pemandangan di depannya.
Baru saja Aileena ingin berteriak memanggil nama sang suami, namun keinginan itu ia hentikan saat ia mendengar isakan lirih dari seorang perempuan. Ia tau pemilik suara itu, tapi mengapa ia menangis? Dan suara satunya, mengapa seperti begitu mengayomi dan terdengar seperti sedang berusaha menenangkan. 'Sebenarnya ada apa ini?' gumam Aileena lirih.
Dengan langkah perlahan dan nyaris tanpa suara, ia mendekati sumber suara. Mata Aileena membelalak seketika. Rasa bahagia yang begitu membuncah tadi hilang seketika seperti ditelan ke palung bumi. Hilang tak berbekas. Yang ada hanya jantung yang berdebar hebat. Bukan debaran karena cinta, tapi debaran karena emosi. Panas ... itulah yang Aileena rasakan kini. Namun ia tak mau langsung menyerang begitu saja. Ia harus mendengarkan dulu secara seksama apa yang kedua pengkhianat itu bicarakan. Aileena mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah cukup tenang, ia berdiri di tempat yang aman, namun masih dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
"Mas, bagaimana ini? Bagaimana kalau mbak Aileen tau hubungan kita?"
"Tenang sayang, kamu nggak usah khawatir begitu dong, kasihan anak kita kalau kamu sedih terus kayak gini." ujar Adnan seraya mengusap punggung Delima yang sedang bersandar di dadanya.
Deg ...
'Hamil?' lirih Aileena dalam hati. 'Anak kita? Artinya mereka ... mereka melakukan hubungan terlarang di rumahku ... di dalam rumahku ... astaghfirullah.' Aileena meremas ujung dress-nya.
"Bagaimana tak sedih mas, aku hamil tanpa suami, apa kata orang-orang nanti."
"Kamu tenang saja sayang, secepatnya pasti mas akan nikahi kamu."
"Tapi bagaimana kalau mbak Aileena tidak setuju?" Delima mengerucutkan bibirnya membuat Adnan terkekeh lalu mengecup bibir Delima kemudian mengusapnya dengan ibu jari membuat pipi Delima merona.
"Dia harus setuju apalagi saat ini kamu sedang mengandung anakku. Anak yang selama ini aku tunggu-tunggu. Setelah sekian tahun aku menanti kehadirannya dan akhirnya aku bisa memiliki anak sendiri walau bukan dari rahimnya, aku tak masalah. Lagipula ia tidak bisa memberikannya padaku. Artinya selama ini, dialah yang mandul, bukan aku. Lihat, baru berapa kali kita melakukannya, kamu sudah hamil. Sedangkan dengan dia, sudah tak terhitung lagi aku melakukan hubungan suami istri dengannya, tapi hingga sekarang ia tak kunjung hamil." ujar Adnan sembari mengelus rambut Delima dengan jari jemarinya.
"Kalau mas harus memilih, siapa yang mas pilih , mbak Aileena atau Ima?" tanya Delima dengan wajah mendongak.
"Tentu kamu dong sayang, kan kamu yang bisa buat aku sempurna sebagai seorang laki-laki. Kamu juga yang akhirnya bisa menjadikan ku seorang ayah. Kamu juga yang bisa membuatku mematahkan argumen orang-orang mengenai aku yang mandul. Jadi kamu nggak usah mikir yang macam-macam, mas pasti lebih memilih kamu." tegas Adnan sambil mengecup bibir Delima.
Namun kecupan itu tak mau dihentikan oleh Delima. Ia menarik tengkuk Adnan untuk memperdalam ciuman mereka hingga nafas mereka terasa terengah-engah. Nafas mereka makin memburu, Adnan pun membalas ciuman itu dengan lum*tan yang berhiaskan n*fsu. Membuat mereka berdua makin menginginkan lebih.
Aileena yang berdiri di pojokan terlihat mematung. Ia mengangkat tangannya dan meremas dadanya. Cinta yang selama ini ia agungkan, seketika luruh bersamaan bulir-bulir kristal yang jatuh dari pelupuk matanya.
Sakit hati.
Kecewa.
Benci.
Kini ketiganya menjadi satu.
Cintanya telah hangus menjadi serpihan debu.
Cintanya telah musnah bagai kertas yang dimakan api.
Dengan langkah tertatih, Aileena keluar dari tempat persembunyiannya. Ia menghapus jejak air matanya terlebih dahulu. Ia tak mau terlihat lemah. Ia tak mau terlihat tak berdaya.
"Bismillahirrahmanirrahim."
Aileena pun kini telah berdiri tepat di hadapan pasangan pengkhianat itu.
"Jadi ini yang kalian lakukan saat aku tidak ada di rumah?" tukas Aileena dengan suara lantang membuat pasangan pengkhianat itu tersentak dan segera mengakhiri cumbu*nnya.
"Sa ... Sa ... sayang ... Aileena....!" lirih Adnan dengan nafas tercekat.
"M ... mbak Aileena ...!" lirih Delima dengan wajah yang sudah memucat.
...***...
...Halo semua, ini karya terbaruku yah! Diusahakan update 1 bab per hari. Semoga suka. Mohon like, komen, vote, dan kalau ada hadiahnya juga ya! 🤭...
...Sebenarnya mau nunda dulu nulisnya, tapi takut idenya tiba-tiba hilang wuzzz kayak ditiup angin, jadi ditulis aja deh. Walau nggak bisa crazy update, semoga tetap bisa menghibur....
...***...
...Happy Reading All 🥰🥰🥰**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Syifa anindya sakhi hafizd
bru baca.. udah pngen.. kasi sambel m 2 penghianat nich
2024-11-29
1
Dewa Rana
baca lagi Thor
2025-01-04
0
neng ade
hadir thor .. luar biasa baru bab 1 aja udah dibuat nyesel sekaligus emosi tingkat dewa ..
2024-07-29
0