Laura gadis berparas cantik, manis dan polos namun sayangnya dia sangat tak percaya diri dengan wajah nya itu. karena memiliki mata biru laut yang indah.
selama ini laura selalu berpikir hidupnya sangat kosong dan hampa meski ayah nya selalu memberikan cinta padanya, namun yang dia inginkan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama dia tak merasakan.
tiba-tiba hidupnya berubah seperti tersambar petir setelah bertemu dengan laki-laki tampan. namun sifatnya yang membuat laura sangat kesal.
"ck, dasar jelek! minggir lo" ucapnya dengan mendorong tubuh laura yang mungil.
"yang seharusnya minggir itu lo, gak punya mata emangnya? padahal lo sendiri berdiri ditengah jalan dasar bigfoot!" sahut laura yang sedang membawa tumpukan penuh buku ditangannya.
kayden merigoh ponselnya disaku ia menekan aplikasi browser dan mencari nama bigfoot yang disebutkan laura.
telinga kayden memerah dia menatap tajam kearah laura. "hahaha, lo bilang gue apa tadi?"
"gue bilang bigfoot, lo tuli emang!" cetus laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon love_chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perjodohan
Charles yang mendengar ucapan imanuel merasa semakin sesak, jika diingat dulu membangun perusahaan kecilnya dari nol.
Karena dulu perusahaan milik ayahnya dirampas dengan paksa oleh saudara sanga ayah.
"Saya tidak bisa menerima ini pak maaf." Tolak charles dengan sopan.
"Mengapa? Apa ada hal menggangu." Tanya imanuel.
"Saya tidak bisa meninggalkan putri saya sendirian di indonesia. Dia masih kecil harus dipantau oleh saya." Jawab charles
Meski tawaran itu bagus untuknya dan mungkin saya dia bisa membelikan barang mewah untuk laura.
Tapi charles tak bisa meninggalkan jauh laura meski dia sudah SMA, bagi charles laura hanya bayi kecil yang baru bisa merangkak.
Imanuel menatap serius kearah charles yang sedikit cemas. "Tidak masalah charles, jika kamu berubah pikiran bisa hubungan william atau temu saya segera mungkin."
Charles menghela nafas lega, dia pikir imanuel akan terus memaksanya. Namun ternyata imanuel sama seperti dulu tak yang berubah.
"Baik pak, kalau memang saya berubah pikiran pasti langsung menemuin anda." Jawab charles dengan yakin.
"Charles apa kamu ingat dulu, ibumu dan saya pernah berjanji akan menjodohkan salah satu anak kita. Yah, sayangnya saya dan ibumu sama-sama memiliki putra."
"I-iya saya masih ingat ibu pernah mengatakan itu." Ucap charles dengan perasaan tak nyaman.
"Kebetulan, kau memiliki seorang putri dan william memiliki 2 putra, anak sulung william sekarang sudah bertunangan dan ada anak paling bungsu bisa bilang sebaya dengan putrimu. Rencana saya ingin putrimu dan salah satu putra william menikah."
Jedar
Terdengar suara petir ditelinga charles, wajah charles pucat dan panik mendengar ucapan imanuel.
"Ke-kenapa anda ingin menikahkan putri saya pak? Dia masih sekolah dan masa depannya masih panjang." Ucap charles yang panik.
William yang melihat sahabatnya begitu panik dan cemas, dia menepuk bahu charles sambil tersenyum. Seolah semuanya demi kebaikan.
"Les, lo tenang dulu-" william belum selesai bicara langsung dipotong charles.
"Tenang gimana will! Laura masih 16 tahun gak mungkin gue rebut masa depan dia." Ucap charles dengan nada tinggi.
William mencoba menengkan charles yang begitu marah, namun charles tak mendengarkan ucapan william dia segera keluar dari sana.
Imanuel hanya melihat kepergian charles. "Maksud papa apa buat menikahkan putrinya charles?" Tanya william dengan rasa kesal.
"Kamu tenang dulu william! Itu demi kebaikan charles dan putrinya. Apa lagi kondisi charles sekarang dia sudah kehilangan semuanya, perusahaan keluarganya dan perusahaan nya sendiri." Jawab imanuel dengan serius.
William terdiam dia memang tak tahu bagaimana charles bisa bangkrut.
"Papa sudah berjanji pada liana akan menikahkan anak-anak kita, tapi apa boleh buat... kita bisa menikahkan karena anak-anak kita laki-laki semua, dan ini satu-satunya untuk menjodohkan putri charles dan putra bungsumu."
William tahu betul jika papanya sangat keras kepala, meski sekarang bukan seperti zaman dulu. Tapi dia tak masalah jika bisa menjadi satu keluarga dengan charles.
"Jadi seharusnya kamu sudah mengerti william!"
________
Kayden dan daniel sudah berada didalam kelas untuk mengikuti pelajaran kedua, daniel terus menatap tajam kearah alton yang merasa tak terjadi apa-apa.
Tetttt....
Bel istirahat sudah berdering, daniel beranjak bangun dari tempat duduk. Berjalan menuju tempat alton yang sedang merapihkan bukunya.
Daniel dengan kesal menendang meja alton yang membuat semua orang disana menoleh.
"Apa?" Ucap alton dengan santai.
Daniel menarik seragam alton dengan kesal, alton tersenyum sinis seolah sedang mengejek daniel.
"Kenapa lo kesel? Mau mukul gue? Nih silahkan." Alton menantang daniel.
"Brengsek lo al." Teriak daniel yang akan memukul wajah alton.
Kayden beranjak bangun dengan wajah serius, ia menoleh kearah daniel dan juga alton yang akan berkelahi.
Kayden memasukan satu tangan kedalam saku lali berjalan kearah mereka berdua. Semua orang dikelas hanya diam tak berani bergerak.
Tatapan kayden sangat tajam mimik wajah seolah dia tak ingin disentuh siapa pun, daniel dan alton menatap kayden yang berjalan kearah mereka.
Kayden melempar 2 pisau lipat kemeja alton. "Maksud lo apa?" Tanya daniel yang bingung dan melepaskan seragam alton.
"Bukan nya lo berdua mau saling bunuh? Itu gue udah siapin!" Mata kayden menunjuk kearah pisau tersebut.
"Gi-gila lo? Mana mungkin kita saling bunuh!" Ujar daniel yang merasa panik karena ucapan kayden.
"Terus?"
Daniel melirik alton yang hanya diam, daniel yang tak bisa menjawab dan merasa kesal pergi keluar dari kelas.
Kayden menatap serius kearah alton yang sedang merapihkan seragam nya. "Ambil lagi nih." Ucap alton yang pergi dari sana juga.
Daniel berjalan dikoridor dengan perasaan dongkol, dia sama sekali tak ada niat untuk berselisih dengan alton. Hanya saja ingin memberi pelajaran pada teman nya itu.
"Akh sial! Kalau lagi mode gitu si kayden nyeremin. Padahal gue cuma mau mukul wajah si alton sekali! Enak aja dia tidur nyenyak dan gue kesusahan." Gerutu daniel disepanjang koridor.
Kayden berpisah dengan kedua temannya itu, dia memilih pergi ke rooftop untuk menjernihkan pikiran.
Ia masih mengingat ucapan laura, kalau dia hidup enak karena memiliki orang tua kaya.
"Hufftt.." kayden menghela nafas.
"Apa dia hidup kesusahan? Tapi kak bianca meski dapat beasiswa hidupnya sejahtera. Kenapa dia bilang gitu?" Ucap kayden yang merasa bingung.
Kayden membandingkan laura dengan kakaknya yang sama-sama mendapatkan beasiswa.
Meski dia tahu kehidupan laura menurut kayden gadis itu hanya melebih-lebihkan omongan.
"Paling dia sengaja ngomong biar melepas tanggung jawab!" Cetus kayden dengan kesal.
Apa lagi laura terus menghindarinya, setiap kali kayden meminta pertanggung jawaban atas mobil sportnya itu.
_______
Karena telat masuk sekolah laura mendapat hukuman dari refan sebagai wakil ketua osis. Ia sangat kesal karena pengalaman nya pertama kali dihukum karena terlambat.
"Gara-gara si cowo sinting! Gue jadi kena hukuman gini. Seumur-umur gue sekolah gak pernah dihukum, nyebelin banget!!!" Keluh laura yang sambil membersihkan taman belakang.
Plak
Terdengar suara tamparan begitu nyaring, laura yang berada didekat sana karena penasaran. Dengan mengendap-endap berjalan kesumber suara tersebut.
"Lo itu emang brengsek ya lif! Kurang gue apa sih sama loh hah?" Teriak clara dengan suara bergetar.
Alif yang merupakan kekasih clara dia hanya diam tanpa mengatakan satu kata pun.
"Gue tau lo selingkuh dibelakang gue, selama ini gue diem lif karena gak berantem. Tapi gue gak tahan liat lo mesra-mesraan sama si jal*ng itu."
Laura yang mendengar itu sedikit terkejut karena tahu siapa yang disebukan clara tadi.
"Ngomong brengsek! Jangan diam aja" sentak clara yang memukul dada alif.
Clara menangis sambil memukul alif suaranya begitu berat, laura sangat kasihan melihat clara.
"Gue minta maaf clar, seharunya lo tanya kenapa gue selingkuh dari lo bukan langsung marah!" Ucap alif yang seolah dia tak merasa bersalah.
"Gila tuh kak alif padahal dia selingkuh bisa-bisanya ngomong gitu." Ucap laura yang semakin penasaran dengan pertengkaran tersebut.
Apa tak lebih kurangnya sakit mental ya begitu? 🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️