NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Cermin dengan lubang peluru

Wanita itu kemudian berbalik dan memperlihatkan wajah yang sama persis dengan wajah Baskara namun dengan lubang peluru tepat di tengah keningnya. Cairan berwarna perak kental mengalir perlahan dari lubang tersebut dan membasahi gaun putihnya yang tampak terbuat dari jalinan benang sutra gaib secara terus-menerus.

Baskara terkesiap hingga tubuhnya yang lemas terjatuh di atas lantai cermin yang terasa sangat dingin seperti es kutub yang membeku. Ia menatap wajah wanita itu yang tidak menampakkan rasa sakit sedikit pun melainkan hanya kekosongan yang sangat dalam dan sangat hampa secara berulang-ulang.

Darah perak yang menetes ke lantai cermin mulai membentuk tulisan-tulisan kuno yang menceritakan tentang sebuah kematian yang dipalsukan demi menjaga rahasia besar Alas Mayit. Baskara merangkak mundur namun cermin di bawahnya mendadak menjadi transparan dan memperlihatkan ribuan tangan yang mencoba menggapai bayangannya secara berulang-ulang.

"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku dan kenapa ada luka tembak di keningmu?" tanya Baskara dengan suara yang gemetar hebat.

Wanita itu melangkah mendekat tanpa suara sedikit pun seolah kakinya tidak benar-benar menyentuh permukaan lantai cermin yang sangat jernih tersebut. Ia mengangkat tangannya yang pucat dan menyentuh kening Baskara tepat di posisi yang sama dengan luka tembak miliknya secara berulang-ulang.

"Aku adalah saudari kembarmu yang dikubur hidup-hidup oleh ayah kita demi menukar nyawamu dengan keselamatan sementara," bisik wanita itu dengan nada yang sangat datar.

Baskara merasakan kepalanya seolah meledak karena serangan memori yang tidak pernah ia miliki sebelumnya namun terasa sangat nyata di dalam benaknya secara terus-menerus. Ia melihat sebuah adegan di masa lalu saat ayahnya memegang sebuah pistol tua dan mengarahkannya ke arah seorang anak perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu.

Suara letusan senjata api bergema di dalam kepala Baskara secara berulang-ulang hingga ia berteriak histeris dan memukuli lantai cermin dengan kepalan tangannya yang berdarah. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia hidup di atas penderitaan saudarinya yang dijadikan tumbal untuk mengelabui para pengumpul jiwa di hutan ini.

"Ayah tidak mungkin melakukan hal sekejam itu! Dia adalah orang baik yang selalu mengajarkanku tentang kasih sayang!" bantah Baskara sambil menangis sejadi-jadinya.

Wanita berwajah mirip Baskara itu tersenyum sedih hingga lubang peluru di keningnya mengeluarkan asap berwarna ungu yang baunya seperti dupa kematian secara terus-menerus. Ia menjelaskan bahwa di Alas Mayit, kebaikan adalah mata uang yang tidak laku dan pengkhianatan adalah satu-satunya cara untuk tetap bernapas secara berulang-ulang.

"Sekarang kamu harus memilih, apakah akan memberikan jantungmu untuk menghidupkanku kembali atau kamu akan mati di sini bersamaku?" tanya wanita itu dengan penuh penekanan.

Baskara menatap mustika mata gagak hitam yang sudah hancur di tangannya namun serpihannya masih memancarkan cahaya redup yang sangat misterius secara terus-menerus. Ia menyadari bahwa wanita di depannya bukan lagi saudarinya yang malang melainkan sebuah perwujudan dendam yang sudah menyatu dengan kekuatan gelap Alas Mayit.

Tiba-tiba, dinding cermin di sekeliling mereka pecah dan memperlihatkan sosok Komandan yang datang dengan membawa sebuah jaring besar yang terbuat dari rambut mayat. Komandan tampak sangat marah karena wajahnya kini dipenuhi oleh luka cakaran yang terus mengeluarkan nanah berwarna hijau pekat secara berulang-ulang.

"Jangan dengarkan dia, Baskara! Mahluk itu hanyalah iblis peniru yang mencoba mencuri sisa umurmu melalui rasa bersalah!" teriak Komandan sambil melemparkan jaringnya.

Wanita itu menjerit melengking dan berubah menjadi sosok mahluk dengan leher yang sangat panjang dan lidah yang penuh dengan duri besi yang sangat tajam. Pertempuran antara Komandan dan mahluk leher panjang itu terjadi dengan sangat sengit hingga menghancurkan sisa-sisa lantai cermin di sekitar Baskara secara terus-menerus.

Baskara terjebak di tengah-tengah dua kekuatan jahat tersebut dan ia merasakan simbol kunci di tangannya mulai membakar dagingnya hingga ke tulang secara berulang-ulang. Ia meraba sakunya dan menemukan jam tangan ayahnya yang ternyata masih berfungsi meskipun kacanya sudah hancur total dan jarumnya sudah hilang.

"Jika semuanya adalah kebohongan, maka biarkan kejujuran yang menghancurkan tempat terkutuk ini!" seru Baskara sambil menghantamkan jam tangan itu ke simbol di telapak tangannya.

Ledakan energi putih murni terpancar dari tangan Baskara dan menyapu bersih seluruh bayangan cermin serta mahluk-mahluk yang sedang bertarung dengan sangat brutal tersebut. Baskara terlempar keluar dari lorong cermin dan mendarat di sebuah gundukan tanah merah yang dipenuhi oleh nisan-nisan kayu yang sudah sangat rapuh secara berulang-ulang.

Ia melihat sebuah papan kayu yang tertancap di gundukan tanah tempat ia mendarat dan membaca sebuah nama yang sangat ia kenal dengan penuh rasa sesak di dada. Nama yang tertulis di sana adalah nama Baskara sendiri dengan tanggal kematian yang menunjukkan hari ini, saat ini, dan detik ini juga secara terus-menerus.

"Apakah aku sudah mati? Atau aku baru saja memasuki wilayah di mana kematian hanyalah sebuah awal dari siksaan yang lebih panjang?" tanya Baskara pada kesunyian hutan.

Suara tawa bayi berwajah tua kembali terdengar dari balik pepohonan yang kini daunnya terbuat dari kuku manusia yang terus tumbuh memanjang secara berulang-ulang. Baskara mencoba berdiri namun ia menyadari bahwa kakinya kini sudah berubah menjadi akar pohon yang mulai merambat masuk ke dalam tanah merah tersebut secara terus-menerus.

Ia berusaha menarik kakinya namun tanah merah itu justru menghisap tubuhnya dengan sangat kuat seolah-olah ia adalah makanan yang sangat lezat bagi bumi Alas Mayit. Baskara melihat Arini muncul di kejauhan dengan kondisi yang sudah tidak memiliki kulit sama sekali dan hanya menyisakan otot-otot merah yang berdenyut secara berulang-ulang.

"Selamat datang di tahap akhir survival, Baskara, di mana kita akan menjadi pupuk bagi pohon wajah yang baru!" teriak Arini dengan suara yang sangat mengerikan.

Baskara berteriak meminta tolong namun mulutnya mulai dipenuhi oleh butiran tanah merah yang rasanya sangat asin dan berbau amis seperti darah kering secara terus-menerus. Ia merasakan kesadarannya mulai memudar saat seluruh tubuhnya tertimbun tanah hingga hanya menyisakan ujung jari tangannya yang masih memegang jam tangan tanpa jarum tersebut.

Tepat sebelum ia tertimbun sepenuhnya, sebuah tangan raksasa berbulu putih menarik rambut Baskara keluar dari tanah dan membawanya terbang menuju ke arah puncak gunung tengkorak.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!