Lolly Zhang, seorang dokter muda, menikah dengan Chris Zhao karena desakan keluarga demi urusan bisnis. Di balik sikap dingin, Chris sebenarnya berusaha melindungi istrinya. Namun gosip perselingkuhan, jarak, dan keheningan membuat Lolly merasa diabaikan.
Tak pernah diterima keluarga suaminya dan terus disakiti keluarganya sendiri, Lolly akhirnya nekat mengakhiri pernikahan tanpa hati itu.
Akankah cinta mereka bersemi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Ciuman mereka berlanjut, semakin dalam dan penuh emosi yang tak terucap. Di antara bisu dan gelap, hanya terdengar napas yang saling bersahutan — bukan karena gairah, melainkan karena luka yang terlalu lama disembunyikan.
Chris menatap Lolly, jemarinya menyentuh pipi istrinya dengan lembut, seolah ingin memastikan bahwa perempuan di hadapannya itu nyata, bukan bayangan yang akan pergi.
Namun di balik sentuhan itu, ada kegelisahan dan rasa bersalah yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata.
Lolly menutup mata, membiarkan semua terjadi tanpa sepatah kata. Tubuhnya diam, tapi hatinya terasa beku. Setiap sentuhan terasa jauh, asing, dan tak lagi berarti apa-apa.
Di balik keheningan itu, hatinya berbisik lirih,
“Aku berharap malam ini menjadi yang terakhir kali kami melakukannya…”
Air matanya jatuh tanpa suara — satu tetes kecil yang tak terlihat oleh Chris, tapi menyimpan seluruh kepedihan yang tak sempat diucapkan.
Chris mulai melepaskan pakaian istrinya dan juga dirinya hingga tanpa sehelai benang. Ciumannya semakin liar dan menurun ke leher istrinya.
Kini keduanya telah tanpa balutan apa pun, gerakan tangan Chris semakin liar dan menurun ke bagian sensitif wanita itu.
Lolly memejamkan mata merasakan setiap sentuhan yang dilakukan oleh suaminya.
"Selama tiga tahun kau mengabaikanku, dan lebih banyak di luar, siapa wanita yang pernah kau pernah tiduri?" batin Lolly." Setiap kau menyentuhku apa yang ada di dalam pikiranmu?"
“Usia tiga puluh tahun bagi pria seperti Chris… masa di mana gairahnya masih kuat, pikirannya masih penuh ambisi. Lalu, bagaimana mungkin ia bisa bertahan tanpa menyentuh siapa pun? Aku bahkan tak tahu berapa kali seharusnya seorang suami menuntaskan kebutuhannya setiap bulan. Tapi aku yakin, pria seusianya tak mungkin bisa menahan diri terlalu lama.”
Lolly memejamkan mata, mencoba mengalihkan pikirannya dari perasaan hampa yang terus menggerogoti hatinya. Di tengah dekapan suaminya, bayangan sebuah surat lama tiba-tiba muncul begitu jelas di benaknya.
“Suamimu selalu bersamaku. Gairahnya begitu tinggi, sampai aku kewalahan melayaninya. Kami sering melakukannya, hampir setiap hari atau tiga kali dalam satu malam.”
Kalimat itu seolah terukir di kepalanya, setiap hurufnya seperti duri yang menancap di dada.
“Setiap kali pergi ke luar negeri, berbulan-bulan lamanya… apakah saat itu dia bersamanya?” batin Lolly getir.
Ia menggigit bibir, menahan air mata yang hampir menetes. “Baru dua bulan menikah, dan aku sudah menerima surat itu… siapa sebenarnya wanita itu?”
Tubuhnya tetap diam di bawah pelukan Chris, tapi hatinya sudah menjauh ribuan mil.
Chris yang telah terbakar hasrat melakukan penyatuan dan bergerak maju mundur di atas tubuh istrinya. Ia mencium bibir wanita itu dengan brutal dan dalam.
Lolly menatap wajah suaminya yang begitu dekat, napasnya berat dan matanya tajam menahan luka.
“Beritahu aku, Chris… berapa banyak wanita yang sudah kau sentuh selama ini?” suaranya bergetar, tapi penuh keberanian.
Chris tak menjawab. Ia justru menarik pinggang Lolly lebih dekat, dan semakin cepat gerakannya.
“Jangan pikirkan hal lain sekarang,” bisiknya rendah. “Nikmati saja.”
Lolly memejamkan mata, bukan karena ingin mengikuti ucapannya, tapi karena ingin menahan air mata yang hampir tumpah.
Chris yang mencapai puncak kenikmatan melanjutkan gerakannya. Lolly yang ingin mendorong suaminya, Namun pria itu menekan pinggangnya dan bergerak tanpa henti.
Beberapa saat kemudian, Lolly telah tertidur pulas.
Sementara itu, Chris masih belum bisa memejamkan matanya. Ia berdiri di balkon kamar, menatap langit malam yang gelap dan sunyi, sebatang rokok menyala di antara jarinya. Asapnya mengepul perlahan, membentuk kabut tipis di udara.
"Apakah perceraian ini benar-benar tidak bisa dihindari?" batinnya lirih. Ada penyesalan yang samar di dalam suaranya sendiri.
Ponselnya di meja kecil bergetar pelan.
Chris menoleh, mengambilnya, dan melihat satu pesan masuk dari nomor bernama Neliza.
Neliza: Chris, apakah kau sudah menceraikan istrimu?
Dada Chris mengencang. Ia menarik napas dalam, lalu membalas dingin:
Chris: Tidak akan ada perceraian.
Beberapa detik hening. Kemudian pesan berikutnya muncul, membuat jemarinya berhenti di udara.
Neliza: Chris, aku hamil.
Chris terpaku. Tatapannya kosong menembus layar ponsel yang berpendar lembut di tengah gelap malam.
Sesaat kemudian, ia mengetik cepat, matanya dingin seperti es.
Chris: Gugurkan.
saya sudah vote
😄😄