Hidup melarat dengan kebutuhan rumah tangga yang serba mahal serta kebutuhan anak juga sangat lah besar, mau bagai mana pun Hani mengatur uang maka tetap saja tidak akan cukup bila satu Minggu hanya tiga ratus ribuan saja.
Namun tak lama hidup nya berubah menjadi lebih baik, rumah pondok juga berganti dengan rumah megah yang luar biasa bagus nya.
apa yang sudah Hani lakukan?
Mungkin Hani melakukan pesugihan agar dia bisa kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Keputusan Hani
Imran bingung juga dengan keputusan Hani untuk menyuruh anak nya saat ini juga menikah dengan Tono, mana kondisi Mereka pun saat ini sedang berduka sehingga rasanya agak aneh apa bila Hani langsung meminta Indri untuk menikah dengan Tono, namun apa bila di debat maka semuanya akan menjadi semakin rumit saja keadaan nya.
Kadang kala Imran memang menyadari bahwa dia sebagai pimpinan keluarga ini tidak bisa melakukan apa apa, jangan kan membahagiakan istri yang sudah lama dia nikahi. memberi makan kenyang setiap hari saja kadang kala dia tidak bisa, itu adalah hal yang sangat mencoreng harga diri seorang laki laki di muka bumi ini.
Tapi benar apa yang di katakan oleh Ilham bahwa Imran kurang gesit apa bila mencari pekerjaan baru saat pekerjaan lama telah habis, mungkin di situlah letak kelemahan Imran sebagai laki laki dan yang membuat Hanin menjadi sangat marah serta membuat dia semakin hari semakin terpuruk saja akibat memikirkan semua kebutuhan rumah tangga.
Belum lagi hinaan dengan para tetangga yang mulut nya sepedas cabe setan, tetangga yang julid bukannya mau membantu saat Hani sedang kesusahan, justru yang ada Leni semakin hari akan semakin kurang ajar ketika menghina Hani yang hidupnya sangat pas pasan, seolah selama ini Hani menyusahkan dia saja.
Padahal Hani juga tidak pernah meminta uang atau mengemis makanan pada Leni, tapi memang dasar Leni nya saja yang begitu membenci Hani entah apa sebabnya. setiap saat apabila bertemu maka hinaan lah yang akan dia lontarkan, itu pun masih Hani terima dengan hati yang terasa sangat sakit dan juga pilu.
Hani pun sama sekali tidak pernah mengadu pada Imran, apa bila Hani mengadu maka nanti yang ada Mak Tini akan menyalah kan dia lagi, Mak Tini pun tipe yang sama seperti Leni padahal Hani adalah menantu dia sendiri dan yang mengajaknya susah adalah Imran sang anak dari rahim Mak Tini.
"Kenapa kok kelihatan sedang susah sekali kau, Ran?" Mak Tini bertanya dengan nada heran pada putranya.
"Tidak apa apa, Mak! aku hanya sedang merasa bersalah saja pada Ari karena tidak bisa mengobatkan dia dengan baik." Imran menjawab dengan suara pelan.
"Ya mau bagaimana lagi karena memang keadaan kalian susah sehingga tidak bisa membawa dia berobat ke rumah sakit yang lebih bagus di kota, coba saja kau menjadi orang kaya seperti Fatan maka sudah pasti bisa membawa anakmu berobat." Mak Tini kumat membanding bandingkan sang anak dengan yang lain.
"Aku maunya juga orang kaya, Mak! siapa yang mau hidup sengsara seperti ini?" Imran menjawab sambil mengusap air mata yang jatuh.
Teringat bagaimana ketika dia mendatangi rumah Ambar untuk meminta uang, lebih tepat nya meminjam uang karena dia akan mengganti apabila nanti sudah ada rezeki. tapi yang ia dapat hanya lah hinaan dari adik iparnya saja, gambar memang sangat lihai apa bila di suruh untuk mengatai orang.
Mana Fatan pun bukan tipe suami yang bisa tegas kepada istrinya, sebab selama ini Dia merasa bahwa yang membuat hidupnya menjadi lebih baik adalah Ambar, kalau Ambar tidak memberinya modal untuk memulai bisnis yang bagus maka sudah pasti hidup Fathan akan seperti Imran juga.
"Soal Hani kenapa ingin Indri menikahi Tono secepatnya?" Mak Tini bertanya dengan nada yang sangat penasaran.
"Itu lah yang sedang aku pikirkan juga karena aku pun tidak tahu apa yang Hani mau." Imran menjawab lagi.
"Istri mu itu memang selalu ada saja masalah yang di buatnya, padahal Indri juga masih ingin menikmati hidup nya sendirian tanpa harus bergantung pada suami." Mak tidak setuju dengan keputusan Hani yang menyuruh Indri untuk menikah.
"Sudah tidak usah di perdebatkan lagi karena aku tidak ingin menjadi masalah untuk kalian berdua, Hani juga sedang shock karena merasa kehilangan Ari." Imran untuk mencoba membela istrinya di depan sang Emak.
"Suami kok takut sekali pada istri." Mak Tini berkata ketus sambil berlalu pergi.
Memang selama ini selalu saja begini apabila Imran mencoba untuk membela hari di depan orang tua dia sendiri, Mak Tini sekolah tidak terima apabila anaknya membela hari yang dianggap sudah keterlaluan dan selalu saja meminta uang lebih. padahal uang segitu memang tidaklah cukup apa bila di makan untuk bersama sama, di tambah Mak Tini juga orang yang rewel apa bila ingin makanan.
...****************...
"Ini memang uangku sepenuhnya, aku tidak perlu lagi merasakan bagaimana hidup sengsara dan harus kelaparan!" Hani bersorak senang setelah melihat tumpukan uang yang dia dapatkan dari Nolan.
Dengan uang ini Hani bisa melakukan apa saja yang dia mau, tidak perlu lagi memaksa Imran untuk bekerja keras dan juga tiap hari ribut besar hanya karena masalah uang yang sebesar tiga ratus ribu, emang hanya segitu lah penghasilan yang Imran dapatkan menjadi seorang buruh di sawah milik orang lain.
Sebenar nya banyak juga yang buruk tapi mereka tidak kekurangan seperti Imran, sebab saat di rasa sawah yang mereka kerjakan akan segera habis maka mereka segera mencari pekerjaan lagi, jadi tidak sampai harus menjadi pengangguran lalu keluarga kelaparan akibat sudah tidak punya uang lagi di sini.
"Aku mau beli apa saja untuk keperluanku sendiri." Hani girang sekali memikirkan semuanya.
"Maafkan Ibu ya, In! kamu menikah dengan Tono juga tidak akan lama, Ibu tahu kalau kau tidak suka pada Tono." Hani agak merasa bersalah pada Indri namun bagaimana lagi karena dia memang butuh tumbal.
Pemuda baik baik di desa ini dan yang masih perjaka adalah Tono saja, setidaknya itu yang sedang Hani pikirkan karena selama ini Tono tidak pernah macam macam atau pun bertingkah. hidup yang selalu bersih dan tidak membuat orang tua pusing, oleh sebab itu hanya yakin sekali bahwa Tono adalah pemuda yang masih perjaka.
"Aku terpaksa harus mengorbankan dirimu walau kau tidak ada salah padaku, Tono." Hani bergumam pelan.
"Uang ini akan kuberi juga nanti orang tuamu sebagian." janji Hani agar Tono nantinya bisa tenang saat di jadikan tumbal.
Niat awal Hani adalah Imran yang akan dia korbankan untuk di berikan kepada Nolan, tapi siluman ular itu malah menolak dan memintanya pemuda yang masih perjaka. andai saja tumbal bisa diberikan sembarangan maka sudah pasti Hani tidak akan pusing, ada Imran dan juga adik iparnya yang membuat dia selalu naik darah dan merasa benci, namun Nolan tidak mau pada mereka dan ingin yang masih suci.
Selamat pagi menjelang siang besty.
ak baca telat ..tpi ga krasajga udh hbs 5 baba
tambh semangat lh dia memuja Nolan dilindungi lg dri orang2 bermulut busuk
tnya aja ar man tau Wati tau kn dia udh lm jg disan
semangat kakak ku
mak si Imran baru digituin Hani dah nangis tak ingat KH dia perlukan nya sama Hani.
menyakiti orang mau ee giliran diblz seolah dia paling tersakiti
kan kalo ga bs tumbalin si Imran bisa si Mak Tini yg ditumbalin
makasih udah up
jga lupa jaga kesehatan