NovelToon NovelToon
Netherworld Spirit Realm

Netherworld Spirit Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Persahabatan / Roh Supernatural
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Di dunia di mana Spirit Master harus membunuh Spirit Beast untuk mendapatkan Spirit Ring, Yin Lian lahir dengan kekuatan yang berbeda: Kontrak Dewa. Ia tidak perlu membunuh, melainkan menjalin ikatan dengan Spirit Beast, memungkinkan mereka berkembang bersamanya. Namun, sistem ini dianggap tabu, dan banyak pihak yang ingin melenyapkannya sebelum ia menjadi ancaman.

Saat bergabung dengan Infernal Fiends Academy, akademi kecil yang selalu diremehkan, Yin Lian bertemu rekan-rekan yang sama keras kepala dan berbakatnya. Bersama mereka, ia menantang batas dunia Spirit Master, menghadapi persaingan sengit, konspirasi dari akademi besar, serta ancaman dari kekuatan yang mengendalikan dunia di balik bayangan.

Di tengah semua itu, sebuah rahasia besar terungkap - Netherworld Spirit Realm, dimensi tersembunyi yang menyimpan kekuatan tak terbayangkan. Kunci menuju puncak bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kegelapan yang mengintai.

⚠️pict : pinterest ⚠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Pedagang itu, seorang pria paruh baya dengan tubuh agak gemuk, tengah sibuk menata apel merah di atas lapaknya. Ia menoleh ke arah mereka, matanya menyipit saat melihat Yin Lian yang berdiri diam di samping Kakek Wu Cheng.

"Akademi Tianlong?" pria itu mengangguk. "Ah, tempat itu berada tepat di tengah balai desa. Jika kalian terus berjalan lurus ke arah sana, kalian akan melihat gerbang akademi dengan simbol naga emas di atasnya."

Ia mengangkat tangannya, menunjuk ke jalan yang lebih lebar di depan mereka.

"Ikuti jalan utama itu. Tidak jauh dari sini, hanya butuh beberapa menit berjalan kaki."

Kakek Wu Cheng tersenyum dan mengangguk dalam.

"Terima kasih atas bantuannya."

Pedagang itu hanya melambaikan tangan sebelum kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Kakek Wu Cheng menoleh ke Yin Lian, yang sejak tadi tetap diam. Gadis kecil itu tampak tenang, tetapi matanya jelas menunjukkan bahwa ia memperhatikan semua yang terjadi di sekitarnya.

"Ayo, Xiao Lian. Ikuti aku."

Yin Lian mengangguk dan mulai berjalan mengikuti kakeknya.

Jalan utama desa itu cukup lebar, dengan deretan rumah kayu yang berdiri di kedua sisinya. Beberapa toko kecil mulai buka, menjual berbagai macam barang, dari kain hingga peralatan rumah tangga. Suara para ibu yang berbincang terdengar dari halaman rumah mereka, sementara anak-anak berlarian sambil tertawa riang.

Sesekali, Yin Lian melirik ke arah orang-orang yang mereka lewati. Beberapa penduduk desa menatapnya dengan rasa ingin tahu, mungkin karena jarang melihatnya keluar dari rumah. Namun, Yin Lian tetap berjalan tanpa menanggapi tatapan mereka.

Setelah beberapa saat berjalan, Kakek Wu Cheng akhirnya membuka suara.

“Xiao Lian, dengarkan baik-baik."

Yin Lian menoleh ke arahnya.

"Setibanya di akademi, belajarlah dengan baik. Dengarkan setiap pelajaran dari gurumu dan jangan membuat masalah."

Nada suaranya tidak keras, tetapi jelas mengandung nasihat yang serius.

Yin Lian menatapnya sejenak sebelum mengangguk.

"Aku mengerti, Kakek. Aku berjanji akan belajar dengan baik."

Kakek Wu Cheng tersenyum kecil, merasa lega mendengar jawaban itu.

"Bagus. Ingat, akademi adalah tempat untuk belajar dan berkembang. Kamu harus menjadi lebih kuat agar bisa menghadapi masa depanmu."

Mereka terus berjalan menuju Akademi Tianlong, tempat di mana perjalanan baru bagi Yin Lian akan dimulai.

Saat cahaya matahari yang mulai meninggi ketika Yin Lian dan Kakek Wu Cheng tiba di depan gerbang Akademi Tianlong. Gerbang itu tinggi dan megah, terbuat dari kayu kokoh dengan ukiran naga emas yang melingkar di bagian atasnya. Di sisi gerbang, terdapat dua pilar batu besar dengan simbol akademi yang terukir rapi. Namun, yang membuat mereka sedikit heran adalah suasana di depan akademi yang terlalu sepi.

Tidak ada siswa yang berlalu-lalang atau suara guru yang biasanya terdengar memberikan instruksi. Kakek Wu Cheng menyipitkan mata, mencoba melihat ke sekeliling, mencari seseorang yang mungkin bisa mereka tanyai.

Yin Lian berdiri diam di sampingnya, memperhatikan sekeliling dengan tatapan tajam. Angin pagi berhembus pelan, membuat beberapa daun jatuh dari pohon-pohon besar di sekitar akademi. Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, seseorang melintasi mereka dan berhenti tepat di depan gerbang.

Seorang laki-laki muda, berusia sekitar 18 tahun, berdiri dengan santai sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia memiliki rambut hitam yang diikat ke belakang, mengenakan pakaian akademi berwarna biru tua dengan emblem naga perak di dadanya. Wajahnya menunjukkan ekspresi dingin dan sedikit meremehkan.

Mata laki-laki itu melirik Yin Lian dan Kakek Wu Cheng dengan tajam. Ia mendengus pelan sebelum akhirnya berbicara dengan nada merendahkan.

"Akademi ini tidak mengizinkan seseorang untuk mengemis," katanya dengan suara dingin.

Mata Yin Lian sedikit menyipit, mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti maksud dari kata-kata laki-laki itu, tetapi nada suaranya jelas tidak bersahabat.

Kakek Wu Cheng menatap pemuda itu dengan tenang, tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Namun, Yin Lian dapat merasakan sedikit ketegangan dalam udara di antara mereka.

Kakek Wu Cheng mencoba mengabaikan ejekan pemuda itu. Dengan tenang, ia merogoh kantong dalam jubahnya dan mengeluarkan sebuah gulungan undangan. Gulungan itu berwarna emas dengan segel khusus di tengahnya, tanda bahwa undangan itu berasal dari seseorang yang memiliki kedudukan penting di Akademi Tianlong.

Ia membuka gulungan itu perlahan, memperlihatkan tulisan yang terukir dengan tinta hitam pekat. “Undangan resmi bagi Yin Lian untuk menjadi murid Akademi Tianlong selama satu semester.”

Kakek Wu Cheng menatap pemuda di depannya dengan penuh keyakinan. "Aku memiliki undangan pribadi. Xiao Lian telah diberikan kesempatan untuk menjadi murid akademi ini."

Namun, bukannya terkejut atau menghormati undangan tersebut, pemuda itu malah tertawa keras. Tawanya menggema di depan gerbang akademi, menarik perhatian beberapa orang di sekitar.

"Akademi tidak akan mungkin menerima orang seperti kalian," ujarnya dengan nada mengejek. Matanya menyapu pakaian Yin Lian dan Kakek Wu Cheng dengan tatapan penuh penghinaan.

Ia menyilangkan tangannya di dada, lalu melanjutkan dengan nada meremehkan, "Membiarkan anak desa ini masuk ke akademi? Apa kalian ingin menjatuhkan reputasi Tianlong? Kalian sebaiknya kembali ke desa dan tetap menjadi petani atau buruh! Jangan bermimpi bisa meningkatkan martial soul!"

Mata Yin Lian membulat. Dia tidak hanya menghina dirinya, tetapi juga Kakek Wu Cheng dan seluruh penduduk desa.

Kakek Wu Cheng tetap tenang, meskipun ekspresinya sedikit mengeras. "Xiao Lian memiliki Innate Full Spirit Power, sesuatu yang jarang dimiliki oleh Spirit Scholar. Kesempatan ini bukan hal yang bisa kau remehkan."

Namun, pemuda itu hanya menertawakan pernyataan tersebut. "Innate Full Spirit? Hah! Percuma kalau martial soulnya hanya sampah! Apa kau pikir dia punya spirit beast atau pedang langka? Aku yakin martial soulnya tidak lebih dari cangkul atau alat tani!"

Urat di dahi Yin Lian mulai menegang.

Amarah membuncah dalam dirinya. Dia bisa menerima penghinaan terhadap dirinya, tetapi menghina Kakek Wu Cheng dan desa tempatnya tinggal? Itu tak bisa dimaafkan.

Tangan kanan Yin Lian mengepal erat. Tanpa disadarinya, kabut hitam mulai menyelimuti kepalannya, menciptakan aura gelap yang hampir tak terlihat. Ghost Hands-nya telah aktif.

Dengan kecepatan luar biasa, Yin Lian melesat ke depan, meninju wajah pemuda itu dengan keras!

"UGH!"

Suara pukulan terdengar jelas, diikuti dengan pemuda itu yang terhuyung mundur beberapa langkah. Wajahnya terkejut dan tak percaya, sementara Kakek Wu Cheng pun ikut terperanjat melihat keberanian Yin Lian.

"Xiao Lian!" seru Kakek Wu Cheng, mencoba menghentikan gadis kecil itu.

Namun, Yin Lian tidak berniat berhenti. Ia sudah mengangkat tinjunya lagi, siap untuk memukul pemuda itu sekali lagi.

Namun sebelum tinjunya melayang, sebuah suara tegas dari kejauhan menggema di udara.

"BERHENTI!"

Suara dingin dan tegas itu menggema di sekitar gerbang akademi. Yin Lian spontan menghentikan gerakannya, kepalan tangannya masih sedikit bergetar akibat emosinya yang belum mereda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!