NovelToon NovelToon
Hidden

Hidden

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Romansa Fantasi / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Kontras Takdir
Popularitas:928
Nilai: 5
Nama Author: иⱥиⱥツ

Fracture Luigi von Rosario, atau yang lebih dikenal dengan nama Frac, merupakan seorang pemuda yang dibesarkan dalam sebuah keluarga bangsawan pihak ibunya yang keras dan dingin, keluarga Rosario. Di sepanjang hidupnya, Frac merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya—kekuatan aneh yang muncul saat emosinya sedang tidak stabil, mimpi-mimpi aneh yang terus berulang seperti sebuah memori yang menghantui. Frac akhirnya mengetahui sebuah kebenaran saat dirinya berulang tahun yang ke-21. Karena muak dengan segala konflik di dalam keluarga Rosario dan kebenaran akan dirinya sendiri, Frac melarikan diri dari dunia bangsawan. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan seorang wanita Elf, pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, Araya Khavira Lizie. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Ikuti terus cerita novel Hidden.

Novel ini menciptakan nuansa hangat, konflik dingin antara politik dan keluarga, romansa fantasi menyentuh sekaligus gelap, serta beberapa hal yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon иⱥиⱥツ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(1) - Dalam Pelarian

"Sungguh tak berguna!" seru Bangsawan Rosario. "Bagaimana cara kalian merawatnya hingga dia bisa terkena demam seperti ini? Apakah kalian gaji kalian dipotong selama satu bulan?" Dia tampak sangat murka saat mengetahui kalau Frac sakit.

"Maafkan saya, Tuan Bangsawan. Saya yang bertanggung jawab atas Tuan Muda selama satu minggu ini," kata seorang pelayan dengan lantang, membela teman-temannya yang tertunduk takut di hadapan Bangsawan Rosario. "Kemarin sore, hujan lebat sedang turun. Saya tidak memperhatikan Tuan Muda dengan baik sehingga dia berlari keluar dan bermain hujan. Saya salah, Tuan Bangsawan!"

"Dasar sekelompok orang tidak berguna!" Bangsawan Rosario semakin panas mendengar pengakuan dari si pelayan. "Aku akan memaafkan kalian kali ini. Awas saja jika hal ini sampai terulang kembali. Aku akan menghancurkan hidup kalian."

"Baik, Tuan Bangsawan. Terima kasih karena sudah memberikan kami kesempatan!"

Frac, yang baru berusia lima tahun, mendengar dengan jelas segala percakapan itu. Namun, terlalu muda baginya untuk mengetahui apa itu ancaman. Dia hanya bisa diam dan berpikir, Kenapa ayah semarah itu? Apakah salah bagiku untuk keluar melihat hujan?

Pelayan yang mengaku pada Bangsawan Rosario mengganti kompres yang ada di kepala Frac. Tampak jelas di wajahnya kalau dirinya sedang menahan tangis. Bagaimanapun juga, itu bukan sepenuhnya salahnya.

Frac kecil membuka mata perlahan. Mata amber miliknya berkaca-kaca. "Maafkan aku, kak Juni," katanya dengan suara pelan.

"Tuan Muda tidak perlu meminta maaf," balas si pelayan, Juni, sambil menghapus air matanya. "Tuan Muda tidak salah."

"Tapi, aku membuatmu dimarahi oleh Ayah. Aku minta maaf karena melakukannya. Tidak seharusnya aku bermain hujan kemarin."

"Tidak apa-apa, Tuan Muda." Juni menatap Frac dengan penuh ketulusan. "Saya tidak masalah. Tuan Muda beristirahatlah dengan tenang. Semoga Tuan Muda cepat sembuh, ya."

Frac kecil menyunggingkan senyuman manis. "Aku akan cepat sembuh, kak Juni. Aku berharap kak Juni tidak membenciku karena kejadian ini."

"Bagaimana mungkin aku bisa membenci Tuan Muda." Juni mengelus kepala Frac. "Istirahatlah. Aku akan membeli obat terlebih dulu."

🫧 🪷 🫧 🪷 🫧 🪷 🫧 🪷 🫧 🪷

Hujan mengguyur rambut dan pakaian yang dikenakan Frac hingga basah, menempel di atas kulit dan daging seperti lapisan beban dari masa lalu yang tak kunjung menghilang. Hawa malam juga menyambutnya dengan cakarnya yang dingin. Jalan di luar mansion Rosario diterangi oleh kilat sesekali, menyingkap bayang-bayang dari pepohonan tua yang meliuk-liuk seperti monster yang lapar.

Frac bersumpah tidak akan pernah menoleh ke belakang. Dia ingin melepaskan masa lalu, segalanya, bahkan kalau bisa, marga von Rosario, atau Imperial, atau apapun itu.

Bangsawan Rosario mungkin sekarang sedang menyuruh para prajurit untuk memburu Frac dan menyeretnya kembali ke mansion terkutuk itu, akan tetapi dia sama sekali tidak peduli. Untuk pertama kalinya, dia merasa sangat bebas. Tersesat, tapi bebas.

Frac melangkah menyusuri hutan tua di pinggiran wilayah kekuasaan Bangsawan Rosario. Hutan tua itu dikenal sebagai tempat yang konon dihuni oleh roh-roh liar dan makhluk-makhluk buangan. Dia tidak memiliki pilihan, jika terus berada di publik, dia akan tertangkap. Makanya dia memilih jalur yang bahkan para pemburu pemberani pun enggan berpijak.

Selama perjalanan masuk ke dalam hutan, Frac tertancap cabang berduri, kabut tebal pun merayap di antara pergelangan kakinya. Namun, dia terus berjalan. Napasnya memburu. Dia sendiri bahkan tidak tahu apakah dia masih diri yang dikenalnya atau bukan. Dia juga tidak tahu apakah dia bisa mengendalikan dirinya di masa depan atau tidak. Yang jelas, dia tidak ingin lagi menjadi "sesuatu yang tidak dikenalnya".

Pada akhirnya, kakinya menyeret Frac sampai ke sebuah danau yang tersembunyi di tengah hutan belantara tua. Air danau mengeluarkan irama riak dipukul hujan, memantulkan dengan samar langit kelabu seperti sebuah cermin tua.

Frac jatuh berlutut di tepi danau, tangannya mencengkram erat lumpur dingin, dan air matanya mengalir turun bercampur dengan hujan yang mengguyur wajahnya. Dia ingin berteriak, tapi semua perasaannya seolah tertahan.

Langit seolah tak ingin berhenti menangis, begitu pula dengan Frac. Di dalam hatinya, seolah terdapat beban yang terus ingin menariknya ke bawah. Di atas air danau yang mencerminkan bayangan dirinya yang tidak utuh dipukul hujan, dia menatap ke arah wajah yang seolah sudah lagi tak dikenalinya. Mata amber yang indah itu miliknya yang didapatkannya dari ibunya, tapi pantulan di air danau yang membalas tatapannya seolah bukan miliknya.

"Aku sebenarnya siapa…?" gumam Frac dengan penuh kekecewaan. Suaranya yang kecil hanyut dalam hujan dan gemuruh di kejauhan. Semak-semak yang bergerak pelan diterpa oleh angin dan hujan pun tidak membuatnya menoleh sama sekali.

Kalaupun ada yang datang untuk membunuhnya sekarang, Frac tidak lagi peduli. Dia mungkin hanya akan menyambut dengan senyuman kosong.

Kilat menyambar lagi, menerangi seluruh permukaan danau dengan cahaya putih. Selama sesaat, Frac dapat melihat pantulan dirinya berubah di atas air danau. Dia kembali melihat bayangan hitam legam dengan manik mata semerah darah itu lagi. Bayangan itu menatap dingin ke arahnya seolah sedang menunggu. Dan, ketika cahaya kilat menghilang, sosok itu pun ikut menghilang.

Frac berteriak frustasi. Dia menceburkan dirinya sendiri ke dalam danau. Kepalanya berdengung hebat, bukan karena suara, melainkan kesadaran yang bergolak di dalam dirinya. Kepingan demi kepingan mimpi yang dulu diabaikannya kini memenuhi kepalanya. Bahkan ada sosok wanita pemilik manik mata amber yang sekarang diwarisinya…. Semuanya langsung hilang ketika dia mengingat wajah Bangsawan Rosario.

Air danau seolah sedang memeluk tubuhnya dan enggan untuk melepas. Kepalanya terasa semakin berat, seolah air yang menempel di kulitnya mengandung pecahan-pecahan mimpi yang selama ini telah diabaikannya. Wanita dengan manik mata amber yang kerap dimimpikannya, Frac melihatnya. Samar, tapi nyata. Dia amat cantik dengan senyumannya yang lembut.

Frac seolah teringat hal penting yang telah lama dirinya lupakan. "Jangan takut menjadi dirimu sendiri." Kalimat itu, entah berasal dari mimpi atau sekadar ilusi dari pikirannya yang rapuh, menggema di dalam dirinya tanpa henti. Suara itu begitu lembut, hangat, dan menenangkan.

Akhirnya, Frac membiarkan dirinya mengapung di atas air. Dirinya menghirup udara dengan rakus, setelah menahan napas selama beberapa saat. Bagaimanapun juga, dia masih ingin tetap hidup. Dia memejamkan matanya. "Apakah aku harus mencari tahu identitasku yang sebenarnya?" gumamnya pelan.

Dalam keheningan, Frac beradu dengan pemikirannya sendiri. Dia beradu argumen dengan setiap sisi di dalam dirinya: Antara logika dan emosional. Dia ingin mengusahakan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Dia tidak ingin lagi hidup dalam bayang-bayang Rosario ataupun mimpi-mimpi aneh yang kerap mengganggunya. Dia menginginkan kebebasan berekspresi dan menjadi dirinya sendiri.

Tepat saat Frac membuka matanya, dia dikagetkan oleh sosok Elf muda. Wajah Elf muda itu berada tepat di atas wajahnya. Elf muda itu juga tampak kaget karena Frac tiba-tiba saja membuka mata. Dia langsung berteriak, "Kyaaa!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!