Netherworld Spirit Realm

Netherworld Spirit Realm

Chapter 1

Di antara batas kehidupan dan kematian, tersembunyi sebuah dunia yang hanya dikenal dalam bisikan dan legenda. Dunia ini bukanlah surga yang menjanjikan kedamaian, juga bukan neraka yang dipenuhi siksaan. Ia adalah persimpangan, tempat di mana jiwa-jiwa berkumpul sebelum mencapai takdir terakhir mereka. Sebuah dunia yang disebut Netherworld Spirit Realm.

Dikatakan bahwa sejak awal mula penciptaan, Netherworld bukanlah dunia yang terpisah. Dahulu kala, ia hanyalah bayangan dari dunia fana, tempat roh-roh yang telah meninggalkan tubuh mereka melayang tanpa arah. Namun, ketika keseimbangan antara hidup dan mati terganggu, alam semesta menciptakan batasan baru—sebuah ranah yang berdiri di antara dua dunia.

Di Netherworld, waktu tidak berjalan seperti di dunia manusia. Siang dan malam tidak berganti, melainkan terjalin dalam satu harmoni abadi. Langitnya dipenuhi kabut ungu pekat yang berkilauan dengan bintang-bintang yang tidak pernah padam, sementara aurora hitam melayang seperti tarian bayangan yang terus bergerak. Di kejauhan, gunung-gunung terapung dengan pilar-pilar kristal bercahaya biru, seakan menyangga langit itu sendiri.

Namun, tidak semua yang datang ke Netherworld bisa bertahan. Roh-roh yang lemah akan segera menghilang, terserap oleh lautan tak berdasar yang disebut Oblivion Sea—tempat di mana segala sesuatu kembali menjadi ketiadaan. Hanya mereka yang memiliki tekad kuat atau kekuatan luar biasa yang dapat terus eksis di dunia ini.

Dahulu kala, Netherworld diperintah oleh makhluk-makhluk yang dikenal sebagai Arbiter of Souls, para penjaga keseimbangan yang memutuskan takdir jiwa-jiwa yang datang. Namun, legenda mengatakan bahwa suatu hari, para Arbiter menghilang tanpa jejak, meninggalkan dunia ini tanpa penguasa. Sejak saat itu, Netherworld menjadi tempat di mana hukum rimba berlaku—yang kuat bertahan, yang lemah menghilang.

Di tengah semua itu, ada satu ramalan kuno yang telah diwariskan selama ribuan tahun. Disebutkan bahwa suatu hari, seseorang akan muncul dengan kekuatan yang cukup besar untuk menguasai Netherworld dan mengembalikan keseimbangan yang telah lama hilang. Namun, apakah itu berarti kehancuran atau kelahiran kembali dunia ini, tidak ada yang tahu.

Di antara tanah kelam dan langit yang tak berujung, di salah satu puncak bukit tertinggi Netherworld, seorang gadis kecil duduk dengan tenang, memandangi cakrawala.

Rambutnya panjang berwarna hitam, berkilauan di bawah sinar bintang yang tidak pernah redup. Hembusan angin malam membuat helaian rambutnya berkibar lembut di bahunya. Matanya yang biru cerah menatap langit dengan ekspresi hampa, seolah pikirannya tidak berada di sana.

Tangannya yang mungil tergeletak di pangkuannya, namun sesaat, sebuah bayangan lain muncul—tangan yang lebih besar, lebih kuat, miliknya di masa lalu. Pandangan matanya sedikit berubah, dan dalam sekejap, jemarinya mengepal erat.

"Phantom Realm..." gumamnya dalam hati.

Sudah tujuh tahun ia berlatih tanpa henti, mencoba menembus batas kekuatan yang tersegel dalam dirinya. Namun, meskipun ia bisa merasakan kekuatan itu berdenyut di dalam tubuhnya, seakan ada dinding tak kasat mata yang terus menahan langkahnya.

Ia bukanlah gadis kecil biasa. Sejak terlahir di Netherworld, ada sesuatu dalam dirinya yang terasa asing—seolah ia tidak seharusnya ada di sini. Di balik ingatan samar tentang kehidupannya saat ini, bayangan masa lalu masih melekat dalam benaknya.

Ia masih ingat—cahaya obor yang berkedip di dalam ruangan batu, udara lembab yang dipenuhi aroma dupa, dan nyanyian suci yang menggema di sekelilingnya. Tubuhnya terikat di atas altar dingin, sementara para pendeta berlutut dengan kepala tertunduk, melantunkan doa-doa yang tidak pernah ia mengerti.

Pengorbanan.

Kata itu berbisik di kepalanya, seperti belati yang menusuk ke dalam pikirannya. Ia masih bisa merasakan bagaimana jubah putihnya berlumuran darah, bagaimana cahaya terakhir yang ia lihat sebelum kematiannya adalah bayangan pedang yang terangkat tinggi di atas kepalanya.

Tidak.

Gadis itu menggeleng cepat, menepis kenangan itu dari benaknya. Ia tidak ingin mengingatnya. Bukan sekarang, bukan di tempat ini.

Namun, tiba-tiba, ia teringat sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih penting daripada masa lalunya.

"Ayah."

Matanya membelalak, dan tanpa pikir panjang, ia segera bangkit dari tempatnya dan berlari menuruni bukit. Langkahnya ringan, tetapi hatinya dipenuhi kecemasan.

Di balik kabut tipis yang menyelimuti desa Qinghe, rumahnya berdiri di ujung jalan berbatu yang sempit. Tidak besar, juga tidak terawat, namun tetap menjadi satu-satunya tempat yang bisa ia sebut sebagai rumah. Dinding kayunya sudah mulai lapuk, atapnya miring di beberapa bagian, dan cahaya redup dari lentera tua menggantung di ambang pintu.

Begitu ia mendorong pintu kayu itu, suara derit pelan terdengar, mengiringi pemandangan yang sudah biasa ia lihat setiap malam.

Seorang pria duduk di kursi kayu tua di tengah ruangan, sikapnya tegak meskipun kepalanya tertunduk. Tubuhnya masih kokoh dengan otot-otot yang jelas terbentuk, tanda bahwa ia pernah menjadi seseorang yang kuat. Namun, rambut panjangnya yang berantakan dan pakaian yang lusuh membuatnya terlihat kacau. Sebuah botol kaca kosong tergeletak di lantai di samping kakinya.

Gadis itu menelan ludah, lalu melangkah perlahan mendekati pria itu.

"Maaf, Ayah… Aku terlambat pulang," ucapnya pelan.

Suara napas pria itu terdengar berat, tetapi ia tidak langsung merespons. Gadis itu hanya bisa berdiri di sana, menunggu reaksi yang akan datang—reaksi yang tidak pernah bisa ia prediksi.

Pria itu hanya mengangguk dengan geraman kecil, nyaris tidak memperhatikannya. Gadis itu sudah terbiasa dengan sikap ayahnya yang dingin. Tanpa banyak bicara, ia segera berjalan ke meja kayu di sudut ruangan, meraih gelas kosong, lalu berlari ke arah tungku yang tertutup. Tangannya yang kecil dengan cekatan membuka penutupnya, mengambil arak tersimpan di dalamnya, lalu menuangkan cairan bening itu ke dalam gelas besar.

Aroma menyengat menusuk hidungnya, tapi ia tidak menunjukkan reaksi. Setelah mengisi gelas itu hingga cukup penuh, ia segera menutup kembali tungku dan membawa minuman itu ke pria yang masih duduk diam di tempatnya.

Ayahnya meraihnya tanpa berkata-kata, hanya menatap cairan dalam gelas itu dengan mata kosong sebelum meneguknya dalam sekali seruput.

Sementara itu, gadis itu kembali ke dapur, mengambil panci kecil yang masih hangat di atas api. Ia menuangkan bubur yang telah ia siapkan sebelumnya ke dalam mangkuk kayu, mengaduknya perlahan agar tidak terlalu panas sebelum membawanya ke meja makan. Namun sebelum ia sempat menghidangkannya, suara berat dan serak menggema di dalam ruangan.

“Bagaimana latihanmu di sekolah?”

Tangan gadis itu sedikit terhenti. Ia menoleh, mendapati ayahnya masih duduk di tempat yang sama, tetapi kali ini matanya menatapnya—tatapan yang tidak bisa ia pahami.

“Sudah sejauh mana perkembanganmu?”

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
97 Chapter 97
98 Chapter 98
99 Chapter 99
100 Chapter 100
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96
97
Chapter 97
98
Chapter 98
99
Chapter 99
100
Chapter 100

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!