NovelToon NovelToon
Kau Hanya Milik ARUNA

Kau Hanya Milik ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aru_na

"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31.Pengakuan cinta

Melihat Aruna datang, senyum di wajah Kalila sedikit memudar, namun ia segera menguasai diri. Ia melambaikan tangan dengan senyum palsu. "Aruna! Wah, tumben sekali datang ke sini."

Aruna hanya mengangguk kecil, tidak membalas sapaan manis Kalila. Ia berjalan lurus menghampiri meja resepsionis. "Saya ingin menemui Dokter Arza," ucapnya dengan suara yang tenang namun tegas, mengabaikan Kalila dan seolah berbicara pada udara di sekitarnya.

Kalila mengerutkan kening. "Mas Arza sedang sibuk, Aruna. Mungkin sebaiknya kau pulang saja dulu, nanti aku sampaikan."

"Tidak perlu," potong Aruna, menatap langsung ke mata Kalila. "Saya datang untuk mengantar berkas penting ini. Dan saya rasa, saya punya hak untuk menyerahkannya langsung pada suami saya." Aruna menekan kata 'suami saya', membuat Kalila sedikit terkejut.

Munira yang baru saja selesai dengan pasiennya, menghampiri. "Aruna? Ada apa? Oh, itu berkas Dokter Arza yang tertinggal ya?" Munira mengambil inisiatif, seolah membantu Aruna.

"Betul, Munira. Terima kasih," Aruna tersenyum ramah pada Munira, sengaja menunjukkan perbedaan sikapnya. "Saya akan menunggunya di sini."

Munira mengangguk, lalu bergegas masuk ke ruangan Arza. Tak lama kemudian, Arza keluar dengan senyum lebar di wajahnya.

"Sayang? Tumben sekali ke sini?" Arza langsung menghampiri Aruna, meraih tangannya dengan lembut. "Ada apa?"

"Berkas Mas tertinggal di rumah. Munira tadi mengantarnya, tapi Mas sudah pergi. Jadi aku pikir, aku saja yang kemari," Aruna menjelaskan, suaranya manis dan manja di hadapan Arza. Ia melirik Kalila sekilas, yang kini menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ya ampun, terima kasih banyak, Sayang! Kamu memang penyelamatku," Arza mengecup kening Aruna di depan banyak orang, termasuk Kalila yang kini tampak membuang muka. "Kenapa tidak telepon saja tadi?"

"Aku ingin memberikan kejutan," Aruna tersenyum, semakin mendekat pada Arza. "Mas sibuk sekali ya?"

"Sedikit, tapi sekarang sudah agak senggang," Arza menjawab, tangannya melingkar di pinggang Aruna, menarik istrinya mendekat. "Mau menemaniku sebentar di dalam?"

"Tentu saja," Aruna mengangguk, menatap Kalila dengan senyum penuh arti sebelum masuk ke ruangan Arza bersama suaminya.

Kalila mengepalkan tangannya di bawah meja. Pemandangan kemesraan Arza dan Aruna di depan matanya terasa seperti pukulan telak.

Ia tidak menyangka Aruna akan berani dan bertindak sefrontal itu. Rencananya untuk terlihat dominan di Puskesmas di hadapan Arza, kini hancur lebur oleh kehadiran Aruna.

Aruna tersenyum. Ia tahu, di balik kebaikan Arza, ada niat Kalila yang tersembunyi. Kehadirannya di sini adalah pengingat bagi Kalila, bahwa Arza adalah miliknya.

Di dalam ruangan Arza, Aruna duduk di kursi sambil mengamati suaminya yang kembali memeriksa berkas. Meskipun suasana Puskesmas begitu sibuk, kehadiran Aruna seolah menciptakan gelembung kehangatan di antara mereka. Arza sesekali mengangkat kepala, melempar senyum manis yang membuat jantung Aruna berdesir.

"Mas, apa Mas tidak lelah terus-terusan bekerja di Puskesmas?" tanya Aruna lembut, tangannya terulur mengelus bahu Arza yang tampak sedikit tegang.

Arza meraih tangan Aruna, membawanya ke bibir, dan mencium punggung tangannya lembut. "Lelah sedikit, Sayang. Tapi ini tugasku," jawab Arza, matanya memancarkan ketulusan. "Tapi lelahku hilang kalau sudah melihatmu di sini. Rasanya semua energi kembali terisi penuh."

Aruna tersipu, senyumnya merekah indah. "Mas bisa saja. Tapi Mas harus lebih sering istirahat. Dan jangan terlalu sering memaksakan diri, ya. Kesehatan Mas itu penting." arza tersenyum,dia menatap lekat istrinya itu, Aruna semakin yakin, Arza adalah miliknya, dan Aruna tak akan mundur.

Arza menarik kursi lebih dekat ke Aruna, lalu membelai lembut pipi istrinya. "Aku tahu, Sayang. Kamu memang paling perhatian. Untung ada kamu yang selalu mengingatkanku." Tatapan Arza begitu dalam, penuh cinta yang membuat Aruna merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Ia bisa melihat betapa tulusnya cinta Arza padanya, dan itu menjadi benteng terkuatnya.

"Aku kan hanya ingin Mas selalu sehat," bisik Aruna, lalu ia bersandar manja di bahu Arza, merasakan kehangatan tubuh suaminya. "Mas tahu, aku khawatir kalau Mas terlalu sibuk. Khawatir Mas sakit, khawatir Mas tidak punya waktu untukku..."

Arza memeluk Aruna lebih erat, mengecup puncak kepalanya. "Mana mungkin aku tidak punya waktu untukmu, Sayang? Kamu itu prioritasku. Pekerjaan boleh banyak, tapi kamu tetap yang utama di hatiku." Arza menarik diri sedikit, menatap Aruna lagi, senyumnya menggoda. "Lagi pula, kalau aku sakit, nanti siapa yang akan memelukmu setiap malam?"

Aruna tertawa kecil, mencubit pelan pinggang Arza. "Dasar! Ada-ada saja Mas ini." Namun, hatinya berbunga-bunga. Perhatian kecil dan sentuhan romantis Arza selalu berhasil meluluhkan hatinya.

"Sungguh, Sayang. Kehadiranmu di sini saja sudah membuatku semangat," Arza melanjutkan, mengusap lembut rambut Aruna. "Rasanya semua beban langsung hilang. Kamu itu obat terbaik untukku." dia terus mengelus rambut panjang Aruna membuat istrinya itu merasa nyaman.

Aruna menatap Arza, matanya berkaca-kaca. "Mas Arza..." Ia memeluk suaminya erat, menyalurkan semua rasa cinta dan khawatir yang bercampur aduk di dalam dirinya. "Aku mencintaimu, Mas." arza terkejut,dia menatap istrinya lama.

"Benar kah?"Aruna mengangguk. "Aku sudah mencintai mu, terimakasih sudah hadir dalam hidup ku,mas"

Arza membalas pelukan Aruna tak kalah erat. Hatinya sangat bahagia mendengar pengakuan Aruna. "Aku juga mencintaimu, Sayang. Sangat, sangat mencintaimu." Ia mengecup bibir Aruna lembut, sebuah ciuman yang dalam dan penuh perasaan, seolah ingin meyakinkan Aruna bahwa dialah satu-satunya.

Momen romantis itu berlangsung singkat, namun begitu berarti bagi Aruna. Itu adalah pengingat kuat akan cinta mereka, dan ia tahu, demi cinta ini, ia akan berjuang menghadapi Kalila.

Setelah momen romantis yang singkat namun menghangatkan itu, Aruna melepaskan pelukannya, namun tangannya tetap menggenggam tangan Arza erat. Ia menatap suaminya dengan tatapan yang bercampur antara cinta dan keraguan.

"Mas," panggil Aruna pelan, suaranya kembali serius. "Aku... aku masih ingin bertanya tentang Kalila."

Arza menghela napas, senyumnya sedikit memudar. Ia tahu ini akan datang. "Ada apa lagi, Sayang? Aku sudah bilang, tidak ada apa-apa."

"Bukan begitu, Mas," Aruna menggeleng. "Aku tidak meragukan Mas. Sama sekali tidak." Ia mempererat genggaman tangannya. "Tapi... Mas tidak merasa aneh dia begitu sering datang ke Puskesmas, padahal dia bukan staf di sini? Dan selalu mencari Mas, bukan perawat lain?"

Arza mengusap lembut punggung tangan Aruna. "Aruna, dia itu perwakilan desa. Wajar kalau dia sering datang untuk urusan Puskesmas atau masyarakat. Lagipula, dia kan temanku sejak pertama kali datang kesini. Sudah seperti adik sendiri bagiku."

"Adik, Mas?" Aruna mengangkat alisnya. "Seorang adik tidak akan menatapmu seperti dia menatapmu, Mas." arza tampak tidak nyaman,dia tidak tau harus berbuat apa, Aruna dan Kalila sama berarti nya untuk dia.

1
Zudiyah Zudiyah
,hemmm sangat mirissss
rofik 1234
Perasaan campur aduk. 🤯
Aruna: benarkah?😁
total 1 replies
Shinichi Kudo
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
Aruna: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!